OLEH: JASRI,S.Pd
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedawasaan anak didik (Sardiman, 2008).
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).
Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah salah satu faktor-faktor yang manghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran Biologi, ditemukan berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Berkenaan dengan rendahnya hasil belajar Biologi siswa maka perlu perbaikan terhadap proses pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran yang tepat. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan metode pembelajaran yan efektif (Sumiati dan Asra, 2007). Strategi pembelajaran bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar, akan tetapi justru menitik beratkan pada aktivitas siswa, serta tidak hanya membuat guru aktif memberi penjelasan, tetapi membantu siswa aktif dan mampu menjawab soal- soal latihan.
Peneliti melihat model yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan proses pembelajaran Biologi adalah Pembelajaran Inkuiri terbimbing. Inkuiri Terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009). Siswa terlibat dalam membangun pengalaman belajarnya, sehingga dapat melihat keterkaitan materi yang dipelajari dengan dunia nyata.
Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah pada mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya.
Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja.
Siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.
Siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar.
Nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka peneliti perlu memberi batasan, yaitu : Penelitian ini menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang dilakukan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dengan Kompetensi Dasar 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir 2010/2011?”
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
5. 1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/2011 setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
5. 2 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
Guru; sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar.
Sekolah; untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah.
Peneliti; untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi.
Siswa; untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
1.6 Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari (Johnson, 2009).
Inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009).
BAB 2
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Kontruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan kontruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan terhadap siswa; (2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mengajar (Kunandar, 2008).
Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :
Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar;
Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka;
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyan-pertanyaan guru;
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain;
Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri;
Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi;
Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses “menemukan”.
Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
Paradigma Pembelajaran IPA Biologi
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Trianto, 2007).
Belajar biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Pembelajaran biologi harus dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung karena siswa itu perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan juga mengkomunikasikan hasil pengamatan, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan dan memecahkan masalah sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Herlina (2007), menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran bologi, seorang siswa dituntut untuk menguasai tiga ranah yang meliputi:
Kognitif, memiliki enam taraf, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Afektif, meliputi: memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan, dan memperhatikan nilai atau seperangakat nilai.
Psikomotor, meliputi: persepsi, respon terbimbing, respon mekanis, dan respon kompleks.
Handayani (2007), tujuan mata pelajaran IPA biologi yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan dalam:
Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan secara lisan dan tertulis.
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi.
Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, ketermpilan dan sikap percaya diri.
Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008).
Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Menurut Lufri (2007), ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:
Konstruktivisme (constructivisme)
Konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut;
Guru adalah salah satu sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.
Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah dalam diri mereka.
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan dari guru-guru.
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing keaktifan siswa.
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri.
Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiataan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat atau hafalan, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah.
Mengumpulkan data melalui observasi dengan cara:
Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
Mengamati dan mengumpulkan data dari sumber atau objek yang diamati.
Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan/observasi dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
Mempresentasikan hasil observasi di depan kelas.
Hasil observasi disampaikan didepan kelas untuk mendapatkan masukan.
Bertanya jawab dengan teman.
Memunculkan ide-ide baru.
Melakukan refleksi.
Evaluasi.
Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berguna untuk:
Mengawali informasi
Mengecek pemahaman siswa
Memecahkan persoalan yang dihadapi
Membangkitkan respon kepada siswa
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyamankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Pemodelan (modelling)
Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahaskan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.
Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.
Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan perkembangan belajar siswa. Ciri-ciri penilaian autentik yaitu: harus mengukur semua aspek pembelajaran, dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, menggunakan berbagai cara dan sumber, tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian¬-bagian yang kehidupan siswa yang nyata setiap hari, penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa.
2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Orlic dalam Admin (2009), menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu : (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalaui observasi, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun kesimpulan yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) sejumlah kesimpulan tertentu akan diperoleh dari siswa, dan (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan.
Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Bertanya
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah :
Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains.
Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.
Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Trianto (2009), langkah-langkah pemebelajaran inkuiri yang harus dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Fase Guru
Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
Membuat hipotesis Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
Mengumpulkan dan menganalisa data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil observasi
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Sumber: Trianto, 2009
2.1.5 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008).
Menurut Syah (2008), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
2.1.6 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.
Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Slameto (2003), menjelaskan ciri-ciri tingkah laku sebagai hasil belajar adalah: (a) perubahan terjadi secara sadar artinya, seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, (b) perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap, (e) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari, (f) perubahan mencakup segala aspek tingkah laku, perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku.
Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu:
Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ahmadi (2005), menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu sebagai berikut:
Faktor raw input (yaitu faktor murid itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologis
b) Kondisi psikologis
2) Faktor environmental input (yaitu faktor lingkungan), baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial
3) Faktor instrumental input, meliputi:
a) Kurikulum
b) Program atau bahan pengajaran
c) Sarana dan prasarana
d) Tenaga pendidik (guru)
2.1.7 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008).
Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009).
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusmaneli (2010), terhadap siswa kelas VII SMPN 18 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada adalah 74,6 kategori cukup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009), terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Untuk ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/ 1011.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret dari tangal 8 Maret hingga 30 Maret 2011, yang dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir (Lampiran 1).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, yang berjumlah tiga kelas yaitu kelas VIIA, VIIB, dan VIIC dengan jumlah seluruh siswa 107 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik dengan memberikan soal pre-test (lampiran 2) kepada seluruh populasi kelas, kemudian hasil pre-test (lampiran 59 dan 60) akan digunakan untuk dianalisis untuk melihat kemampuan dasar siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diambil dua kelas yang mempunyai nilai rata-rata yang sama (homogen). Kedua kelas tersebut akan dipilih secara acak untuk menentukan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Disini dapat dilihat dari hasil belajar pre-test siswa baik itu dari kelas dari eksperimen dan kontrol. Kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 60), diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VIIA dan VIIB dalam keadaan homogen.
Pada analisis statistik t_hitung > t_tabel, artinya analisis berada pada daerah penerimaan H_I sehingga tolak H_O dan terima H_I. Dengan diterimanya H_I berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Apabila dilihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen 〖(VII〗_B) adalah 66,76, sedangkan kelas kontrol 〖(VII〗_A) adalah 66,57.
3.3 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (2008) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang membandingkan dua kelas sasaran penelitian. Satu kelas diberi perlakuan khusus dan satu kelas lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diterapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Tabel 2. Bentuk Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T1 Kelas yang Menerapkan Inkuiri terbimbing T2
Kontrol T1 Kelas yang tidak Menerapkan Pembelajaran Inkuiri terbimbing T2
Sumber: Modifikasi dari Sukardi , 2008
Keterangan:
T1 = Skor hasil belajar pre-test kedua kelas
T2 = Skor hasil post-test kedua kelas
Prosedur penelitian
Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain:
Menetapkan waktu penelitian yaitu bulan Maret 2011.
Menetapkan kelas eksperimen dan Kontrol.
Menetapkan materi yang akan diajarkan.
Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKPD), post-test, dan soal-soal ujian blok.
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.
2) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen
Pendahuluan
Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Motivasi dan apersepsi.
Kegiatan inti
Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari.
Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa.
Membantu siswa membuat hipotesis
Membagikan LKPD 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan.
Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa yang dianggap kurang tepat dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar.
Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan.
3) Penutup
Memberikan soal berupa post-test.
Menugaskan siswa berupa PR serta membawa alat dan bahan percobaan pada pertemuan berikutnya.
Kelas Kontrol
Pendahuluan
Guru memulai pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik.
Kegiatan Inti
Peserta didik duduk berdasarkan tempat duduknya masing-masing.
Guru menuliskan materi pelajaran.
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menampilkan media pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Peserta didik diminta menanggapi penjelasan guru dengan cara bertanya, dan menjawab pertanyaan dari guru.
Kegiatan akhir
Guru membimbing peserta didik dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut.
Guru memberikan post-test.
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Silabus (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Silabus adalah penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai serta materi pokok yang perlu menggambarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi. (Lampiran 4)
Rencana Pelaksanan Pembelajaran ( RPP) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
RPP adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis oleh peneliti berisikan langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan rincian waktu yang telah ditentukan untuk satu kali pertemuan. (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28, dan 30)
Materi Ajar (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. (Lampiran 9, 14, dan 19)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran10, 15, 20, dan 29)
Soal kuis beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk setiap materi yang telah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 11, 16, dan 21 )
Soal ujian blok beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 23 dan 24)
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes tertulis untuk memperoleh nilai PPK serta penilaian unjuk kerja dan penilaian portofolio untuk perolehan nilai KI. Penilaian PPK diambil dari nilai tes akhir pelajaran yang di peroleh setelah proses belajar mengajar (Lampiran 55 dan 57), tugas rumah yang dikerjakan secara individu (Lampiran 12 dan 17) dan ketuntasan ujian blok yang soalnya berjumlah 20 terdiri dari 15 soal objektif dan 5 soal esai (Lampiran 23) . Sedangkan penilaian KI diambil dari unjuk kerja yang penilaiannya dilakukan pada kegiatan praktikum dilaksanakan (Lampiran 32, 37, dan 42) pada lembar praktikum kemudian perwakilan satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum dan penilaian portofolio dalam bentuk laporan praktikum (Lampiran 31, 36, 41, dan 52). Pada penilaian individu dalam kelompok dilakukan pada saat proses diskusi tanya jawab dan penilaian setiap kelompok dinilai dari laporan. (Lampiran 33, 38,43, dan 54)
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Data yang diolah ialah data hasil belajar siswa dan kinerja ilmiah siswa.
3.6.1Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
3.6.1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Nilai PPK didapatkan dari nilai Tugas (T), nilai Pekerjaan Rumah (PR), nilai Kuis Tertulis (QT), dan Ujian Blok (UB). Masing-masing nilai ini akan dirumuskan sebagai berikut:
NUB PPK = 60% x (rata-rata nilai T + PR + QT) + 40% x UB (Elfis, 2010).
Pengolahan Data Hasil Belajar KI
Menurut Elfis (2010) nilai KI: didapatkan dari nilai portofolio (LKS dan makalah), serta nilai unjuk kerja (presentase portofolio). Masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
NUB KI = 40% x (rata-rata nilai portofolio) + 60% x (rata-rata nilai unjuk kerja)
3.6.2 Analisis Data Deksriptif
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Elfis (2010) analisis data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) daya serap, (b) ketuntasan individu, dan (c) ketuntasan klasikal. Analisis daya serap, ketuntasan individu, dan ketuntasan klasikal didasarkan pada pencapaian hasil belajar siswa melalui dua kelompok penilaian, yaitu penilaian pencapaian hasil belajar pemahaman dan penerapan konsep (PPK) dan penilaian pencapaian hasil belajar kinerja ilmiah (KI).
Kriteria penentuan pencapaian hasil belajar siswa
Daya Serap
Daya serap =
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar, dianalisis dengan menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Daya Serap Siswa
Interval (%) Kategori
90 – 100
80 – 89
65 – 79
56 – 64
≤ 55 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Sumber: Purwanto, 2008 (Disesuaikan dengan KKM sekolah)
Ketuntasan Belajar
(1.b) Ketuntasan individu siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal 75% terhadap pemahaman materi yang dipelajarinya berdasarkan tolak ukur kriteria ketuntasan minimal (KKM). Di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, nilai KKM ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan individu siswa adalah ≥ 65.
(2.b) Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
KK (%) =
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis, 2010)
3.6.3 Analisis Data Inferensial
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah secara statistik dengan uji-t (uji perbedaan rata-rata: uji satu pihak). Uji-t digunakan untuk melihat adanya perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) hasil belajar biologi siswa kedua kelas VII pada SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2009/ 2011 dari kedua kelas yang dijadikan sampel.
Langkah-langkah statistik uji-t:
Mencari nilai rata-rata kelas
(Sudjana, 2002)
Mencari varians
Uji kesamaan varians
4) Mencari standar deviasi gabungan (S)
5) Apabila Fhitung < Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama
6) Apabila Fhitung > Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda
Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu:
Rumus hipotesis
H0 : =
H1 : ≠
Kriteria pengujian hipotesa:
Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < ttabel
Terima H1 dan tolak H0 apabila thitung > ttabel (Sudjana, 2002)
Taraf signifikan (α) = 0,05
Keterangan:
F = simbol statistik untuk menguji varians
t = simbol statistik untuk menguji hipotesis
S^2 = varians
n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = banyaknya sampel kelompok kontrol
X1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
X2 = nilai rata-rata kelas kontrol
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Paparan Data Hasil Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di kelas VIIB dan VIIA SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah yang terdiri dari 6 kali pertemuan. Satu kali pertemuan untuk pengambilan data pre-test untuk menentukan kelas penelitian. Pengambilan data pre-test di kelas VIIB dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 pada jam ketiga dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran, kelas VIIC dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Maret 2011 pada jam kesembilan dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran dan kelas VIIA dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011 pada jam keempat dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran. Pre-test diberikan kepada seluruh populasi kelas dengan jumlah siswa 104 orang. Materi yang diujikan adalah Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Soal pre-test terdiri dari 10 soal objektif. Data kemudian diolah secara statistik untuk menentukan kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen (Menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) dan kelas kontrol (Tidak menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) berdasarkan homogenitas kelas.
Pertemuan sosialisasi dilakukan sebanyak satu kali pertemuan untuk mengenalkan proses belajar mengajar yang akan dilakukan sekaligus melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak merasa canggung lagi baik terhadap guru maupun pada metode pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap sosialisasi ini, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri dengan bimbingan guru. Dengan pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa pada setiap kelompoknya. Kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran seperti halnya kelompok eksperimen. Empat kali pertemuan berikutnya merupakan tahap pengambilan data. Pada kedua kelas penelitian, setiap pertemuan untuk perlakuan dilaksanakan dengan memberikan materi pokok yang sama yaitu pada SK 7 dengan KD 7.1 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dalam setiap pertemuan.
Pada setiap pertemuan, kelompok eksperimen melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pokok bahasan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan model pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen. Pada pertemuan terakhir (pertemuan keempat) digunakan untuk evaluasi hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan pada silabus dan sistem penilaian (Lampiran 4 dan 7) dan RPP (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28 dan 30) dari masing-masing kelas penelitian.
Kelas eksperimen (VIIB)
Penelitian di kelas ekperimen mulai dilaksanakan pada tanggal 8 Maret sampai dengan 29 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan membandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam materi komponen ekosistem, peran dan interaksinya, dan satu kali ujian blok. Alokasi waktu pada penelitian di kelas eksperimen dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa dengan alokasi waktu 2x40 menit, dimulai pada pukul 08.00 sampai 09.10 WIB. Jumlah siswa di kelas eksperimen ini adalah 34 orang, terdiri dari 26 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa 8 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah ekosistem. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman sekolah dan kebun sekolah. Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Kemudian guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru lalu memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi ekosistem untuk menarik perhatian siswa.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme? dan bagaimana pula peran ekosistem dalam upaya pelestarian suatu organisme dari kepunahan? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu bahwa suatu ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena antara komponen biotik dan abiotik sangat berpengaruh penting dalam kehidupan suatu ekosistem, adapun peran ekosistem di dalam pelestarian untuk terhindar dari kepunahan diantaranya antara organisma dan ekosistem harus saling mendukung untuk melangsungkan hidupnya di alam, guru kemudian mengajak siswa untuk melakukan observasi. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan observasi. Guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok. Setelah mengetahui bahwa alat-alat yang mereka bawa telah lengkap, maka guru langsung membimbing para siswa menuju ke lapangan. Kelompok 1 dan 8 melakukan observasi di padang rumput, kelompok 2, 7 sungai, kelompok 3 dan 6 pekarangan, sedangkan kelompok 4 dan 5 di hutan homogen, waktu yang ditetapkan untuk melakukan observasi adalah 20 menit.
Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa di kelas berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Pada kegiatan ini guru memberikan LKPD 1 (lampiran 10) pada setiap kelompok dan menjelaskan cara mengerjakan LKPD tersebut. Tiap kelompok berdiskusi. Setelah selesai mendiskusikan, guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil yaitu kelopok 2, 5 dan 8. Pada presentasi pertama adalah kelompok 5 yaitu (Em), pada diskusi kelompok yang bertanya yaitu MrT, DS, DH dan KR. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 5. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi MR. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 8 yaitu (PVW). Siswa yang bertanya yaitu RS, RF, Fik, HW dan DY. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 8. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini FMA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 2 yaitu (Ao) dengan siswa yang bertanya yaitu AI, MF, AM, dan RNS. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 2. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi diantaranya EDS. Kemudian guru-guru memberikan kuis (Lampiran 11), dan guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12), menutup pelajaran.
Pertemuan kedua
Pertemuan Ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 15 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah hubungan saling ketergantungan. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman dan kebun sekolah yaitu tentang pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, dan menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan.
Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Guru kemudian memeriksa alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru kemudian memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi hubungan saling ketergantungan untuk menarik perhatian siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah hubungan saling ketergantungan berlangsung? Apakah akibat yang akan muncul apabila terjadi gangguan pada komponen penyusun ekosistem? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu hubungan saling ketergantungan berlangsung dengan adanya saling ketergantungan antara organisme dan alam yang mana keduanya saling membutuhkan untuk mempertahankan hidup. Apakah masalah yang muncul bila penyusun komponen ekosistem maka suatu ekosistem mengalami kepunahan?
Guru menginformasikan dalam LKPD 2 (lampiran 15) diadakan praktikum di laboratorium? Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh tiap kelompok. Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik dan biotik terhadap pertumbuhan dan perkembangan di dalam suatu ekosistem. Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Guru memerintahkan kepada setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dan mempresentasikan hasil diskusinya. Guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil presentasi yaitu kelompok 1, 3 dan 6. Pada presentasi pertama adalah kelompok 3 yaitu RNS, Siswa yang bertanya kelompok 3 ini yaitu IS, IF, FMA, RF dan HH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 3. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini AMS. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 6 yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD yaitu (HH). Siswa yang bertanya yaitu MS, VPW dan WH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 6. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini NA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 1 yaitu (AI) yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD. Siswa yang bertanya yaitu SY, MR dan HW. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 1. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini YDS.
Setelah presentasi kelompok selesai, guru memberikan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada kelompok 2, 4 dan 6. Guru kemudian membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Siswa kembali duduk ke bangku masing-masing dan kemudian guru memberikan kuis (Lampiran 16) pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17).
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir, dan terlihat siswa telah duduk sesuai kelompoknya yang telah dibagi pada tahap sosialisasi. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian memulai pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 18). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan secara ringkas mengenai materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Setelah itu, guru memberikan rumusan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran kepada siswa, yaitu “Bagimanakah hubungan simbiosis kompetisi, dan predasi dapat berlangsung?”. Para siswa memberikan jawaban sementara, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan melalui LKPD 3 yang telah diberikan pada tahap sosialisasi (lampiran 20). Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam melakukan pengamatan sesuai dengan LKPD 3 dan mengecek kelengkapan alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok dan diberikan waktu selama + 20 menit untuk melakukan pengamatan dilingkungan sekolah, berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang ada di LKPD 3.
Perwakilan dari kelompok 7 (DY) kemudian mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah DH, RF, HH, dan RF dan siswa yang menjawab adalah kelompok 7 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi RZF, dan dilanjutkan presentasi perwakilan dari kelompok 4 (IS) dan mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah WH, SY, RNS, dan MrT dan siswa yang menjawab adalah kelompok 3 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi yaitu KS. Guru kemudian memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Guru kemudian memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Pada akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan diadakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan diujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Kelas Kontrol (VIIA)
Penelitian di kelas kontrol mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2011 sampai 30 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan materi pokok Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya serta satu
kali ujian blok. Pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan tanpa menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Agar tidak terjadi kecenderungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka peneliti menggunakan multimedia pada saat pembelajaran di kelas kontrol. Alokasi waktu pada penelitian di kelas kontrol dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 08.35 s/d 10.15 wib, dimana jam 09.10 s/d 09.40 jam istirahat dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pada pukul 08.35 s/d 10.15 Wib untuk pertemuan ke-1. Pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 08.35 s/d 10.15 wib untuk pertemuan ke-2. Pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-3. Sedangkan pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-4. Jumlah siswa di kelas kontrol ini adalah 35 orang, terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Kamis 10 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 1 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 26). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Ekosistem sedangkan para siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut. Kemudian guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 11) dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 2 SK 2 KD 7.1 (Lampiran 27). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Hubungan Saling Ketergantungan. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 16), dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17). Kemudian guru membagi kelompok belajar serta menjelaskan alat dan bahan yang akan dibawa untuk pertemuan berikutnya. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu 23 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 28). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Guru menyuruh para siswa untuk duduk dikelompoknya masing-masing dan memberikan LKPD (lampiran 29) pada tiap kelompok yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya. Setelah tiap kelompok selesai melakukan diskusi dan menjawab pertanyaan, perwakilan kelompok 4 (PW) dan 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (RA, AR, HA, dan MAS) dan siswa yang menjawab (PW, TMK, DA, dan NF) dan siswa yang menyanggah pendapat temannya AS. Dan perwakilan kelompok 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (GY, HAS, MON, dan AND) dan siswa yang menjawab (NUR, MFH, BR, KR dan RG) dan siswa yag menyimpulkan hasil diskusi FC. Kemudian guru memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Kemudian guru memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan di adakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan di ujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen
Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Setiap akhir proses belajar mengajar guru memberikan kuis berdasarkan materi yang telah dipelajari. Data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan perbandingan nilai hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dengan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya.
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Daya Serap Siswa yang Menerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis Tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12(35,29) 15 (44,17) 17(50) 17 (50)
2 80 – 89 Baik 7 ( 20,58) 5 (14,70) 10(29,41) 11(32,35)
3 65 – 79 Cukup 10 (29,41) 12 (35,29) 7 (20,58) 6 (17,64)
4 56 – 64 Kurang 3 (8,83) 1 (2,94) - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 2 (5,82) - - -
Jumlah 34 34 34 34
Rata-rata 79,26 85,29 89,91 87,76
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dari nilai kuis siswa tiap pertemuan. Pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 2 orang siswa dengan daya serap 5,82% (kategori kurang sekali), dari 34 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,26% (Lampiran 34). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,94% (kategori kurang), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 85,29% (Lampiran 39). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 89,91% (Lampiran 44). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup) dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 87,76%, (Lampiran 45).
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 79,26%. Pertemuan ke-2 mengalami penurunan nilai dengan daya serap kuis yaitu 85,29%. Pertemuan ke-3 mengalami peningkatan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 89,91%. Ujian blok nilai daya serap siswa mengalami penurunan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 87,76%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas eksperimen diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 88,60% (Lampiran 56). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12 35,25
2 80 – 89 Baik 15 44,11
3 65 – 79 Cukup 7 20,58
4 56 – 64 Kurang - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 34
Rata-rata Kelas 86,28
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,11% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup dari 34 orang). Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 86,28% (kategori baik).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah, dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 6. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 29 5 34 85,29
Kuis 2 32 1 34 94,11
Kuis 3 34 - 34 100
Ujian Blok 32 2 34 92,11
Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 29 orang siswa (85,29%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami peningkatan pada kuis 2 terdapat 32 orang siswa (94,11%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan kembali terdapat 34 orang siswa (100%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 32 orang siswa (92,11%) dari 34 orang siswa.
Tabel 7. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 34 29 5 85,29 Tuntas
Kuis 2 34 32 1 94,11 Tuntas
Kuis 3 34 34 - 100 Tuntas
Ujian Blok 34 32 2 94,11 Tuntas
Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 85,29%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu 94,11%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 100%. Pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 94,11%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 8. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 34 100
Tidak Tuntas - -
Jumlah 34 100
Ketuntasan Klasikal 100 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 34 orang siswa tuntas secara individual (100%) disebut tuntas
Kelas Kontrol (VIIA)
4.1.2.1 Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Daya Serap Siswa yang tidak Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 9 (26,47) 14(41,17) 11(32,35) 13(37,14)
2 80 – 89 Baik 6 (17,64) - 11(32,35) 9(25,71)
3 65 – 79 Cukup 12 (35,29) 12(35,29) 6(17,64) 6(17,14)
4 56 – 64 Kurang 5(14,70) 9(26,47) 7 (20,78) -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 3(8,82) - - 1(2,85)
Jumlah 35 35 35 35
Rata-rata 75,14 79,18 82,04 80,8
Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas Kontrol (VIIA) dari nilai kuis siswa pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 3 orang siswa dengan daya serap 8,82% (kategori kurang sekali), dari 35 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 75,14% (Lampiran 46). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 14 orang siswa dengan daya serap 41,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 9 orang siswa dengan daya serap 26,47% (kategori kurang), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,18% (Lampiran 48). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 11` orang siswa dengan daya serap 32,35% (kategori baik sekali dan baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 82,04% (Lampiran 50). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 13 orang siswa dengan daya serap 37,14% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,85% (kategori kurang sekali) dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 80,8% (Lampiran 45).
Gambar 2. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 75,14%, pertemuan ke-2 mengalami peningkatan nilai dengan daya serap kuis yaitu 79,18%, pada pertemuan ke-3 mengalami penurunan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 82,04%, dan pada ujian blok nilai daya serap siswa mengalami kenaikan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 80,8%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas Kontrol diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 77,25% (Lampiran 57). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Komponen ekosistem peran dan intraksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 3 8,57%
2 80 – 89 Baik 10 28,57%
3 65 – 79 Cukup 21 60%
4 56 – 64 Kurang 7 20%
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 2703,94 35
Rata-rata Kelas 77,25
Kategori Cukup
Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 21` orang siswa dengan daya serap 60% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20% (kategori kurang) dari 35 orang. Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 77,25% (kategori cukup).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Kontrol (VIIA), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 27 8 35 77,14
Kuis 2 26 9 35 74,28
Kuis 3 29 7 35 82,85
Ujian Blok 29 7 35 80
Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 27 orang siswa (77,14%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada kuis 2 terdapat 26 orang siswa (74,28%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan terdapat 29 orang siswa (82,85%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 2 orang siswa (80%) dari 35 orang siswa.
Tabel 12. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 35 27 8 77,14 Tuntas
Kuis 2 35 26 9 74,28 Tuntas
Kuis 3 35 29 7 82,85 Tuntas
Ujian Blok 35 29 6 82,85 Tuntas
Berdasarkan Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 77,14%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami penurunanan yaitu 74,28%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan kembali 82,85% dan pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 82,85%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Kontrol (VIIA)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 31 88,57
Tidak Tuntas 4 11,42
Jumlah 35 100
Ketuntasan Klasikal 88,571 (Tuntas)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 31 orang siswa tuntas secara individual (88,57%).
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai KI
Nilai KI siswa di kelas eksperimen diperoleh dari nilai unjuk kerja dan portofolio (Laporan pratikum). Nilai unjuk kerja yaitu dari praktikum, diskusi dan presentasi dan portofolio yaitu dari laporan praktikum. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai unjuk kerja dari nilai diskusi dan nilai portofolio diperoleh dari nilai laporan praktikum.
Tabel 14. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kinerja Ilmiah (KI) Siswa Kelas Eksperimen (VIIB) dan Kelas Kontrol (VIIA)
Kelas Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%) Ketuntasan Individual
Tuntas Tidak Tuntas
Eksperimen 1 34 - 34 100 T
2 34 - 34 100 T
3 34 - 34 100 T
Kontrol 3 33 2 33 94,28 T
Dapat dilihat pada Tabel 14 bahwa di kelas eksperimen pada pertemuan ke-1 terdapat siswa yang tuntas secara individual dengan persentase 100%, dan mengalami ketetapan pada pertemuan ke-2 dengan siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada pertemuan ke-3 kembali mengalami peningkatan dimana jumlah siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang siswa dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Sedangkan di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 terdapat siswa yang tuntas secara individual yaitu 33 orang dengan persentase 94,05% dari 35 orang siswa yang hadir.
Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa ketuntasan individu siswa pada nilai KI (Kinerja Ilmiah) mata pelajaran IPA Biologi di kelas eksperimen adalah 94,28% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual. Sedangkan di kelas kontrol adalah 97,05% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual.
4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Analisis Inferensial untuk Pre-test
Berdasarkan hasil pre-test siswa kelas VII SMPIT Syahrudiniyah Tahun Ajaran 2010/2011 (lampiran 59) dapat ditentukan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol. Data hasil pre-test kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Hasil Analisis Data Pre-test
Kelas n ∑X_ X ̅ 〖∑X_1〗^2 〖(∑X_1)〗^2
Ekperimen
Kontrol 34
35 2270
2330 66.76471
66.57143 161900
164300 5152900
5428900
Dari Tabel di atas, kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians, diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VII_b dan VII_a dalam keadaan homogen. Berdasarkan hasil analisis statistik maupun hasil rata-rata kelas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan dasar sama (homogen) atau mendekati sama.
Analisis Inferensial untuk PPK
Data PPK (Lampiran 61) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Hasil Analisis Data PPK
Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2)
Eksperimen (VIIB) 34 2933,86 86,29 254593,2 8607534
Kontrol (VIIA) 35 2703,94 77,26 212140,9 7311292
Berdasarkan Tabel 16, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 62), maka diperoleh nilai Fhitung = 2,20 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 8,35 dan nilai thitung = 9,92 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa pada penelitian ini hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak Ho karena thitung > ttabel, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 86,28 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 77,25.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan PPK dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Analisis Inferensial untuk KI
Data KI (Lampiran 63) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Hasil Analisis Data KI
Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2)
Eksperimen (VIIB) 34 2668,867 78,50 209599,2 7122851
Kontrol (VIIA) 35 2390,467 68,30 164901,4 5714332
Berdasarkan Tabel 17, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 64), maka diperoleh nilai Fhitung = 15,31 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 5,09 dan nilai thitung = 11,21 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa thitung > ttabel, maka hipotesis terima H1, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 78,49 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 68,29.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan KI dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kamapar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka terdapat perbedaan hasil belajar dalam proses pembelajaran antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran Inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada analisis statistik data PPK nilai thitung = 9,92 dan ttabel = 2,00, artinya thitung > ttabel maka hasil analisis berada pada daerah penerimaan H1 sehingga tolak H0 dan terima H1. Dengan diterimanya H1 berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Jika dilihat dari persentase daya serap PPK siswa kelas eksperimen (VIIB) yaitu 86,28% pada kategori baik dengan ketuntasan individu siswa yaitu 34 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 100% sehingga kelas dikatakan tuntas. Pada kelas kontrol (VIIA) persentase daya serap siswa yaitu 77,25% pada kategori cukup dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 (20%) orang siswa dengan ketuntasan individu siswa yaitu 28 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 80% sehingga kelas dikatakan tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan pada kelas kontrol menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang mandiri dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada kelas Eksperimen (VIIB) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang siswa dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hal ini disebabkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing masih merupakan suatu yang baru oleh siswa, dan sebagian dari siswa tersebut masih belum dapat beradaptasi seperti penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikelas, dan kurangnya kerjasama dalam diskusi kelompok.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Daya serap ini mengalami peningkatan karena siswa mulai terbiasa dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan adanya motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu 89,91 dan lebih meningkat dari nilai rata-rata kuis pertemuan 2 dari 34 orang siswa yang hadir. Daya serap ini mengalami peningkatan karena ada motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok, Guru/ peneliti melakukan tindakan lanjut dengan selalu memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat lebih aktif, dapat bekerja sama, dan mempelajari terlebih dahulu materi.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok dengan daya serap siswa yaitu 87,76 pada kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 17 (50%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 2 (5,88%) orang siswa.. Penurunan ini dikarenakan materi yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai kuis tiap pertemuan dan ujian blok yaitu 85,55% pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001).
Pada kelas kontrol (VIIA) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 75,14% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik ada 9 (26,47%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang ada 5 (14,70%) orang siswa dan pada kategori kurang sekali sebanyak 3 (8,82%) orang siswa. Nilai rata-rata kuis pada kelas kontrol ini lebih rendah dibanding pada kelas eksperimen, karena model pembelajaran yang digunakan berbeda.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,18% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 14 (41,17%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 9 (26,47%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan meningkatnya minat, kemandirian, dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 82,04% dengan kategori baik dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 6 (17,64%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan siswa serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok pada kelas kontrol dengan daya serap siswa lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen yaitu 80,8% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 13 (37,14%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 9 (25,71%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,14%) orang siswa, dan pada kategori kurang sekali sebanyak 6 (17,14%) orang siswa. Ini disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya digunakan metode ceramah dan siswa hanya terpaku pada penjelasan guru yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Selain dari daya serap siswa, peningkatan hasil belajar siswa juga dilihat dari ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas eksperimen terdapat 34 orang siswa yang tuntas secara individu dengan ketuntasan klasikal 85,29% dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 32 orang dengan ketuntasan klasikal 94,11% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 34 orang dengan ketuntasan klasikal 84,62% dari 34 orang siswa yang hadir, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 32 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 94,11% sehingga kelas eksperimen (VIIB) dapat dikatakan tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas kontrol terdapat 27 orang siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 77,14% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami penurunan yaitu menjadi 26 orang dengan ketuntasan klasikal 74,28% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 29 orang dengan ketuntasan klasikal 80% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 29 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 80% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tidak tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu nilai PPK siswa pada kelas eksperimen dari 34 orang siswa sebanyak 34 (88,6%) orang siswa yang tuntas karena mencapai KKM yaitu 65, dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 100% dan siswa kelas eksperimen (VIIB) dikatakan tuntas secara klasikal. Perbandingan ketuntasan individu pada kelas kontrol (VIIA) yaitu dari 35 orang siswa sebanyak 30 (85,71%) orang siswa yang tuntas, dan sebanyak 4 (11,42%) orang siswa yang tidak tuntas dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 85,71% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tuntas secara klasikal.
Selain nilai PPK, siswa turut dinilai dari hasil belajar KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) (lampiran 56 dan 58) ini dianalisis dari nilai unjuk kerja dan portofolio. Berdasarkan analisis data ketuntasan individual nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) dari 34 orang siswa, 100% orang siswa dikatakan tuntas karena sudah melebihi KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Sedangkan pada kelas kontrol (VIIB) dari 35 orang siswa, 34 (97,14%) orang siswa dikatakan tuntas dan 1 (2,85%) orang siswa dikatakan tidak tuntas karena tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Jika kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dibandingkan ketuntasan individual nilai KI maka terdapat selisih angka yaitu siswa yang tuntas 10,17%. Untuk ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) sebesar 100% sedangkan ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas kontrol (VIIA) sebesar 97,14%. Terdapat perbedaan ketuntasan klasikal nilai KI antara kelas eksperimen (VIIB) dengan kelas kontrol (VIIA) sebesar 2,86%.
Perbedaan nilai rata-rata KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA), hal ini karena pada kelas eksperimen (VIIB) siswa lebih sering melakukan pratikum, diskusi, dan persentasi sehingga siswa lebih aktif dalam bertanya dan menjawab, sedangkan pada kelas kontrol (VIIA) sebaliknya yaitu tidak pernah pratikum dan diskusi sehingga siswa jarang bertanya, karena model pembelajaran yang diterapkan lebih membuat siswa kurang aktif dan kurang bersemangat.
Adanya perbedaan hasil belajar siswa baik dalam nilai PPK dan KI antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) disebabkan karena pada kelas eksperimen (VIIB) diterapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing sehingga siswa dapat berfikir aktif, analitis serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang diberikan guru. Dengan kata lain penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing di kelas eksperimen (VIIB), hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Adapun kelemahan Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu: (1) Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Adapun kelebihan dari Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut: (1) Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, (2) Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan, dan (4) Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010. Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Inkuiri terbimbing berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa pada pokok materi komponen ekosistem, peran dan intraksinya kelas VII SMP IT Syahruddiniyah, semester genap tahun ajaran 2010/ 2011.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurang agar mendapat perhatian yang lebih.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.
Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model Pembelajaran inkuiri terbimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. Model Pembelajaran. http://gurupemula.co.cc/ (Diakses 5 Februari 2010).
Ahmadi, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Ahmad, Andi. 2011. Hakikat Metode Inkuiri. http://pjjpgsd.dikti.go.id . (Diakses 26 April 2011).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Elfis. 2009. Model RPP Dengan Berbagai Model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Pekanbaru (Tidak dipublikasikan).
Elfis. 2010a. Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 20 Maret 2010).
Elfis. 2010b. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Handayani, Retno Dwi. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun Ajaran 2006/ 2007. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. UIN. Jakarta.
Ibrahim. 2009. Http://.Blogspot.Com. Pembelajaran Inkuiri. (Diakses 20 Maret 2010).
Johnson B. Elaine. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Mizan Media utama (MMU). Bandung.
Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek, dan Penelitian. UNP Press. Padang.
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto. N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Prenada Media Group. Bandung.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Wacana Prima: Bandung.
Sutrisno, Joko. 2008. Metode Pembelajaran Inkuiry. http://gurupkn.wordpress.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
Trianto. 2007. Model Pembelajran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus