Sabtu, 22 Oktober 2011

PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

OLEH:JASRI,S.Pd

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Menurut Syah (2009) pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Menurut Hasbullah (2009), dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut menurut Syah (2009), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, ilmu pendidikan membahas masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori ataupun yang bersifat praktis (terapan), ilmu pendidikan juga berbicara tentang masalah-masalah yang menyangkut teori-teori, pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan pendidikan. Ia juga tertuju pada cara-cara bertindak (mendidik), bergerak dalam suatu pendidikan, tertuju pada pelaksanaan realisasi cita-cita ideal yang telah tersusun dalam ilmu pendidikan (Hasbullah, 2009).
Adapun keuntungan yang diperoleh siswa dengan teknik penyajian kerja lapangan ini, ialah di antaranya siswa mendapat kesempatan untuk langsung aktif bekerja di lapangan, sehingga memperoleh prngalaman langsung dalam bekerja. Juga mereka akan menemukan pengertian/pemahaman dari pekerjaan itu, mengenai kebaikan ataupun kekurangannya. Maka bila ada kesulitan ia bisa mencari jalan keluar untuk mengatasinya (Roestiyah, 2008).
Hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA yang ada di SMPN 2 Tandun khususnya yang mengajar pada kelas VIIA menyatakan pada dasarnya pelajaran IPA bukanlah pelajaran yang sulit seperti matematika, tetapi dilihat dari hasilnya ternyata dari latihan dan ulangan yang diberikan (28,58 %) masih di bawah KKM (65). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan labor sebagai tempat praktek dalam pembelajaran biologi, motivasi siswa dalam belajar masih kurang disebabkan kurangnya motivasi dari pihak keluarga, kurangnya pemanfaatan perpustakaan, dan kurangnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, jadi perlu adanya perubahan model pembelajaran yang bisa menekankan dimana siswa yang lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator.
Salah satu cara untuk meningkatakan hasil belajar siswa adalah memotivasi siswa untuk senang dan tanggap terhadap pelajaran sehingga terjadi perubahan. Proses belajar mengajar perlu adanya perubahan metode yakni dengan penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan yang pada akhirnya diharapkan selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Menurut Roestiyah (2008), keuntungan yang diperoleh siswa denan teknik penyajian kerja lapangan ini di antaranya siswa mendapat kesempatan untuk langsung aktif bekerja di lapangan, sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja. Mereka akan menemukan pengertian/pemahaman dari pekerjaan itu, mengenai kebaikan ataupun kekurangannya. Maka bila ada kesulitan ia bisa mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Selain itu direct instruction dengan praktikum lapangan ini merupakan pendekatan yang belum pernah diterapkan di SMPN 2 Tandun khususnya pada pelajaran biologi yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar biologi.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka peneliti merumuskan judul penelitian ini sebagai berikut: Penerapan Direct Instruction dengan Praktikum Lapangan Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1) Kurangnya pemanfaatan labor sebagai tempat praktek dalam pembelajaran biologi.
2) Motivasi siswa dalam belajar masih kurang, disebabkan kurangnya motivasi dari pihak keluarga.
3) Kurangnya pemanfaatan perpustakaan.
4) Kurangnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
5) siswa yang tidak tuntas sekitar 28,58% dengan KKM 65

1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian dilaksanakan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, terdiri dari Kompetensi Dasar 7.1. Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem dan Kompetensi Dasar 7.2. Mengidentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.

1.4 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 setelah penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan?”

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.
1.5.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi siswa, pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan aktifitas siswa terutama pada mata pelajaran biologi.
2) Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan dan menambah alternatife strategi pembelajaran Biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam mata pelajaran biologi.
4) Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam cakupan lebih luas.

1.6 Definisi Istilah Judul
Definisi istilah judul pada penelitian ini sebagai berikut:
Direct instruction (DI) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends dalam Trianto, 2009).
Praktikum lapangan adalah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi di lapangan, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan (Roestiyah, 2008).
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

















BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Gimin, dkk. (2008) mengemukakan bahwa filosofi kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Dalam pandangan kontruktivisme, strategi “memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara :
1) Menjelaskan kebermaknaan materi itu bagi siswa.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi belajar mandiri.

Menurut Kunandar (2010), konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Sedangkan menurut Sanjaya, (2009) konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Konstruktivis berarti bersifat membngun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia (Jalaludin dalam Riyanto, 2009).
Menurut Elfis (2010d), enam keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menentang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan mengunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5) Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan pembelajaran yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

2.2 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
Gimin, dkk. (2008) mengemukakan bahwa menemukan (inkuiri) merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapakan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri atas pengalamannya belajar. Oleh sebab itu guru harus merancang kegiatan pembelajarannya yang merujuk pada kegiatan menemukan. Agar siswa bisa menemukan sendiri, dalam pembelajaran siswa harus melakukan 5 siklus kegiatan yaitu : a) observasi, b) bertanya, c) mengajukan dugaan (Hipotesis), d) pengumpulan data, e) menyimpulkan.
Menurut Sanjaya (2009), Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Selanjutnya menurut Kunandar (2010), pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Menurut Elfis (2010d), inquiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri yang siklusnya observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan
Menurut Gulo dalam Trianto (2009), strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah;
1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
3) Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

2.3 Paradigma Pembelajaran Biologi
Menurut Trianto (2007), ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut menurut Syah (2009), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah (Trianto, 2007).
Djamarah (2006), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.

2.4 Pembelajaran Direct Instruction (DI) dengan Praktikum Lapangan
Menurut Arends dalam Trianto (2009), Direct instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Praktikum lapangan adalah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi di lapangan, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan (Roestiyah, 2008).
Ada empat alasan pentingnya kegiatan praktikum (Rustaman, 1995)
a) Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA
Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan sungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi dorongan ingin tahu dan ingin bisa.
b) Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen
Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen perlu dilakukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengukur, memanipulasi peralatan laboratorium. Kegiatan praktikum melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara umum, merancang dan melakukan dan menginterprestasikan eksperimen.
c) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah
Para pakar pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientis. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup.
d) Praktikum menunjang teori pembelajaran
Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pembelajaran IPA dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip IPA.

Penerapan pembelajaran Direct Instruction dengan praktikum lapangan dalam pembelajaran akan menarik minat dan perhatian serta memotivasi siswa. Menurut Sanjaya (2009), ada beberapa kelebihan direct instruction yaitu:
1) Dengan direct instruction guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran direct instruction dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran direct instruction Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan guru tentang suatu meteri pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang luas.
Selanjutnya Disamping memiliki keunggulan, Akan tetapi direct instruction juga mempunyai kelemahan, adapun kelemahan tersebut adalah:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpresonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran direct instruction sangat tergantung kepada Apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Menurut Kardi dalam Trianto (2009), direct instruction dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Direct instruction digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefesien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.






Tabel 1: Sintaks pembelajaran direct instruction dapat disajikan dalam 5 tahap sebagai berikut:

Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajukan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Sumber: Kardi & Nur dalam Trianto (2009)

2.5 Hasil Belajar
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi), domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rauntinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Menurut Slameto (2003), seperti diketahui belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala seluk beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai-bagai factor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan menjamin sukses siswa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras, tanpa usaha tak akan tercapai sesuatu.
Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Faktor jasmaniah (antara lain faktor kesehatan, dan cacat tubuh)
b. Faktor psikologis (yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan)
c. Faktor kelelahan ( baik secara jasmani maupun rohani)

2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Faktor keluarga (berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan).
b. Faktor sekolah (mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah).
c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyaraka

2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2009) di kelas VIIB SMPN 25 Pekanbaru telah terbukti telah meningkatkan hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus satu 66,87% (kategori cukup) dan pada siklus dua mencapai 87,5% (kategori amat baik).
Penelitian yang dilakukan oleh Desmiati (2009) di kelas VII5 SMPN 4 Siak Hulu-Kampar telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar yang dapat dilihat pada siklus 1 presentasi ketuntasan yaitu 76,2 %, dan pada siklus 2 presentase ketuntasan yaitu 88,1%. Berdasarkan hasil evaluasi siswa sebelum dilakukan tindakan rata-rata tingkat penguasaan siswa 69,04%.







BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – April 2011 di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.

3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

3.3 Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk. (2008) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Adapun desain penelitian PTK dapat dilihat pada gambar berikut:



























Gambar 1: Desain Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Elfis, 2010a).
Berdasarkan Gambar 1, desain penelitian ini dapat dijelasakan sebagai berikut:
1) Pemecahan masalah pada pelitian ini adalah dengan menerapkan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun tahun ajaran 2010/2011.
2) Tindakan dilakukan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
3) Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – April 2011 di kelas VIIA SMPN 2 Tahun Tahun Ajaran 2010/2011.
4) Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif.
5) Refleksi, dilakukan oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk mengukur tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa pada siklus awal yang kemudian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
6) Jika permasalahan belum terselesaikan maka di lanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari:
1) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
2) Menentukan Standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi, dan siklus yaitu: pada standar kompetensi 7. (Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem), yaitu pada: Kompetensi Dasar 7.1. (menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem) dan Kompetensi Dasar 7.2. (mengidentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem). Menyiapkan materi yang akan disajikan yaitu ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup.
3) Menentukan pembagian kelompok, membentuk kelompok belajar berdasarkan tingkat prestasi akademiknya, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, yang terdiri dari 6 kelompok.
4) Menjelaskan sintaks dan modifikasi sintaks pembelajaran yaitu:














Tabel 2: Modifikasi sintaks direct instruction dengan praktikum lapangan

No Kegiatan Alokasi waktu
Guru Peserta didik
1 Apersepsi/motivasi
• Salam pembuka, do’a, dan mengabsen siswa.
• Memotivasi peserta didik, motivasi berbentuk kata motivasi yang bisa mengacu peserta didik agar bersungguh-sunguh dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
• Mengajukan apersepsi awal pada peserta didik dengan mengajukan pertanyaan.
• Mempersiapkan diri untuk melaksanakan proses KBM.
• Menyimak motivasi yang diberikan oleh guru

• Siswa menjawab apersepsi yang diberikan oleh guru.
3 menit

3 menit

4 menit

2 • Mengarahkan siswa untuk kelapangan, yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

• Guru menyajikan informasi materi kepada siswa secara garis besar.

• Membagikan LKS yang berupa langkah-langkah atau petunjuk terhadap apa yang akan dilakukan dilapangan.
• Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik.
• Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan kegiatan dan hasil yang telah dilaksanakan waktu dilapangan. • Siswa melaksanakn tugas guru, dan siswa sudah mengetahui sebelumnya lokasi tempat pengamatan.
• Peserta didik memahami dan mengamati materi yang dijelaskan oleh guru
• Langsung menuju tempat yang telah ditentukan

• Siswa menjalankan perintah yang diberikan oleh guru
• Siswa berdiskusi terhadap apa yang mereka dapatkan di lapangan
3 menit


15 menit

2 menit

20 menit

20 menit

3 • Guru memberi penguatan dari materi yang telah dipelajari dan menyimpulkannya.
• Guru memberikan kuis untuk me gatahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dilaksanakan
• Mengumpulkan lembar jawaban peserta didik.
• Mengarahkan siswa untuk kembali ke kelas • Peserta didik mencatat dan memahaminya.
• Mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru

• Mengumpulkan soal dan lembar jawaban
• Kembali ke kelas 2 menit
7 menit

1 menit




5) Menentukan pengambilan nilai hasil belajar siswa
Sumber untuk pengambilan nilai hasil belajar siswa pada penelitian ini terdiri atas dua kelompok:
a. Nilai PPK (nilai tugas, Quis tertulis dan ujian ketuntasan blok)
b. Nilai KI nilai portofolio (Laporan praktikum, kliping, dan makalah) serta nilai unjuk kerja (pengamatan sewaktu praktikum)

3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Pada penelitian ini perangkat pembelajaran guru terdiri dari:
a) Silabus (Lampiran 2)
b) Rencana Perangkat Pembelajaran (Lampiran 7, 14, 24, 33, 43, 52, dan 61)
c) Buku Siswa
d) Lembar Praktikum (Lampiran 9, 16, 26, 48, dan 54)

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Soal-soal yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan pemahaman konsep (PPK) melalui tugas, kuis tertulis serta ujian ketuntasan blok dilakukan dalam bentuk soal objektif tes dan soal essay (Lampiran 10, 17, 27, 28, 35, 46, 47, 55, dan 63).
b) Format-format penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja ilmiah (KI) melalui portofolio berupa laporan praktikum, kliping, dan makalah (Lampiran 3) dan unjuk kerja melalui kegiatan kegiatan praktikum (Lampiran 3).

3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
3.6.1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Hasil belajar PPK diambil dari tugas, quis tertulis serta ujian ketuntasan blok di lakukan dalam bentuk soal objektif tes dan soal essay. Menurut Elfis, (2010b) nilai pengetahuan pemahaman konsep (PPK) di peroleh dari penilaian tes dengan rumus:

NKD PPK = (40% X UB) + (60% X ∑ NP (NTR dan NL)
Keterangan:

NKD PPK : Nilai Kompetensi Dasar Pengetahuan Pemahaman Konsep
UB : Ujian Ketuntasan Blok
∑NP : Nilai Proses
NTR : Nilai Tugas Rumah
NL : Nilai Latihan

3.6.1.2 Pengolahan Data Hasil Belajar (KI)
Hasil belajar KI adalah hasil belajar yang diperoleh melalui portofolio (laporan praktikum, makalah dan kliping) serta nilai unjuk kerja (presentasi fortofolio). Menurut Elfis, (2010b) masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
NUB KI = (50% x (rata-rata nilai portofolio) + (50% x (rata-rata nilai Unjuk Kerja)

Keterangan :
NUB KI : Nilai Ujian Blok Kinerja Ilmiah

3.6.2. Teknik Analisis Data Deskriptif
1) Daya Serap
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penerapan pembelajaran direct instructions dengan praktikum lapangan. Menurut Elfis (2010b), analisis deskriptif data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) daya serap siswa, (b) ketuntasan individu siswa, dan (c) ketuntasan klasikal.
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajarnya digunakan analisis dengan menggunakan kriteria berikut:
Daya serap siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
Daya Serap = Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimun



Tabel 3: Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
% Interval Kategori
85 – 100
75 – 84
65 – 74
45 – 64
≤ 45 Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Sumber: Berdasarkan KKM yang Ditetapkan di Sekolah SMPN 2 Tandun

2. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal.
1) Ketuntasan individu siswa
Berdasarkan penilaian di SMPN 2 Tandun seorang siswa dinyatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai KKM 65.

2. Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010b), suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
KK : Presentase ketuntasan klasikal
JST : Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS : Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan







BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun dalam dua siklus, meliputi 8 kali pertemuan menggunakan Pembelajaran Direct Instruction dengan Praktikum lapangan dengan pokok bahasan ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup. Siklus I adalah pokok bahasan ekosistem dengan empat kali pertemuan, alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Sedangkan pada siklus kedua pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup terdiri dari tiga kali pertemuan. Dua kali pertemuan digunakan untuk evaluasi terhadap hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada tiap akhir materi pokok.
Alokasi waktu dalam pertemuan ini dalam satu minggu terdiri dari 5 x 40 menit, dalam satu minggu ada dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan hari Jumat dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pada hari selasa penelitian dilaksanakan pukul 08.50 – 10.10 WIB, sedangkan pada hari jumat dilaksanakan pada pukul 08.30 – 09.30 WIB.
Sebelum proses pelaksanaan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan dilaksanakan, guru atau peneliti menjelaskan atau mensosialisasikan terlebih dahulu proses pelaksanaan pembelajaran. Kemudian untuk pertemuan selanjutnya guru atau peneliti menjelaskan materi serta langkah-langkah pengamatan yang harus dilakukan di lapangan yang disajikan pada pertemuan tersebut.
4.1.1. Deskriptif Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 1
1) Sosialisasi
Pertemuan pada tahap sosialisasi dilaksanakan pada hari Selasa, 08 Maret 2011 dengan siswa yang hadir yaitu 26 orang dan 2 orang sakit. Kegiatan pada pertemuan pertama ini diawali dengan proses perkenalan antara observer dengan siswa dan sebaliknya. Kegiatan selanjutnya guru atau peneliti menjelaskan kegiatan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan yang akan dilakukan.
Guru membentuk kelompok belajar siswa yang terdiri dari 6 kelompok dan setiap kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Kelompok yang dibentuk ini terdiri atas siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan kurang. Selain itu juga mempertimbangkan kriteria heterogen lainnya, seperti jenis kelamin. Kegiatan ini berlangsung selama 80 menit sesuai dengan jam pelajaran pada waktu itu. Pada akhir kegiatan guru atau peneliti memberi tugas pada setiap siswa untuk membaca materi yang akan disampaikan pada penelitian untuk setiap pertemuan.

2) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at, 11 Maret 2011. Pertemuan ini membahas tentang Satuan makhluk hidup dalam ekosistem. Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang, 1 orang sakit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, kolam, rawa-rawa dan pekarangan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa serta memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, sesuai dengan RPP-1 terlampir pada Lampiran 7. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya yakni mengenai ekosistem dan pengertiannya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem (lampiran 8) dengan memanfaatkan ekosistem yang ada pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan di sekolah).
Pada kegiatan belajar mengajar ini siswa diminta duduk. Selanjutnya guru/peneliti menjelaskan materi pelajaran, pada saat menjelaskan materi pelajaran ada beberapa orang siswa yang ribut. Selesai menjelaskan materi pembelajaran kemudian guru membagikan lembar kerja siswa LKS (Lampiran 10), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatannya, masing-masing kelompok segera membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan tali raffia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa tidak tidak membuat plot, selanjutnya siswa melakukan pengamatan tentang menghitung jumlah individu dalam tiap populasi berdasarkan komponen biotik dan abiotik beserta jumlahnya yang terdapat pada plot tersebut.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Disini guru melihat masih ada beberapa kelompok yang belum melakukan pengamatan (karena tidak paham). Kemudian guru memberikan penjelasan kembali agar siswa paham. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Selanjutnya guru menyuruh perwakilan dari kelompok 1 dan 3 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi hanya ada 2 orang yang bertanya yaitu ENA, RDKS dan siswa yang menjawab adalah AI, AP, dan masih banyak siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena siswa belum terbiasa, karena sebelumnya siswa jarang melakukan diskusi seawaktu proses belajar mengajar berlangsung.
Pada akhir kegiatan ini guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan. Setelah selesai kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini, siswa diberi kuis (Lampiran 10), untuk kuis selanjutnya (Lampiran 17, 27, 46, dan 55) dalam bentuk tertulis yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk seluruh pertemuan kecuali ujian blok.

3) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang komponen penyusun ekosistem sesuai dengan RPP - 2 (Lampiran 14). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa, dan 1 orang skit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan yang ada disekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya yakni mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai komponen penyusun ekosistem (Lampiran 15) pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam, dan pekarangan sekolah).
Guru selanjutnya mendemonstrasikan materi pelajaran yaitu komponen penyusun ekosistem, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran suasana sudah tidak ribut lagi seperti pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 16), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatan, setiap kelompok membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan talia rafia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa-rawa tidak membuat plot. Selanjutnya sisw melakukan pengamatan tentang komponen biotik dan abiotik berdasarkan peranan, cara peroleh makanan, dan jenis makanan
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Pada sat diskusi masih ada siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena mereka belum terbiasa. Tetapi, bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya pada pertemuan ke dua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini, bahkan mereka senang belajar diluar ruangan. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 2 dan 5 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi ada 2 orang siswa yang bertanya yaitu AI, SF dan siswa yang menjawab yaitu AS, ENA.
Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat makalah sederhana tentang ekosistem. Setelah itu guru menyuruh siswa mengumpulkan laporan LKS pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salamdan mengarahkan siswa kembali ke dalam kelas.

4) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 25 Maret 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang saling ketergantungan sesuai dengan RPP-3 (Lampiran 24). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa, dan 1 orang skit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan yang ada di sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai komponen-komponen ekosistem untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai hubungan saling ketergantungan (Lampiran 25) pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam, dan pekarangan sekolah).
Guru selanjutnya mendemonstrasikan materi pelajaran yaitu hubungan saling ketergantungan kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 26), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatan, setiap kelompok membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan talia rafia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa-rawa tidak membuat plot. Kemudian guru menyuruh siswa untuk mengamati semua hewan dan tumbuhan serta komponen biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan, dan menghubungkan apakah termasuk simbiosis mutualisme, komensalisme atau parasitisme.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Pada sat diskusi masih ada siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena mereka belum terbiasa. Tetapi, bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya pada pertemuan ke dua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini, bahkan mereka senang belajar di luar ruangan. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 4 dan 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa untuk diskusi, hal ini dapat terlihat ada 3 orang siswa yang bertanya yaitu AI, ER, SF, dan siswa yang menjawab yaitu AS, DPU, RDKS.
Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa mengelompokan hewan kedalam herbivore, karnivora dan omnivore, serta membuat jaring-jaring makanan. Setelah itu guru menyuruh siswa mengumpulkan laporan LKS pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.

5) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 28 orang. Pada pertemuan ini guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran atau ujian blok pada pokok bahasan Ekosistem sesuai dengan RPP 4 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 33).
Pada pertemuan ini masing-masing siswa mengerjakan ujian blok siklus 1 yang terdiri dari 20 soal objektif dan 5 soal essay. Soal dan kertas jawaban disediakan oleh guru setelah tes berakhir semua kelengkapan tes dikumpulkan kembali. Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu siklus pembelajaran. Ujian blok siklus I berjalan dengan optimal, walaupun masih ada beberapa siswa yang saling bertanya dengan teman lainnya. Guru sempat mewawancarai beberapa orang siswa setelah ujian blok mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Rata-rata siswa menjawab lebih menikmati belajar diluar ruangan dibandingkan di dalam kelas seperti proses belajar mengajar yang sudah biasa mereka lakukan.
4.1.2. Deskriptif Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 2
1) Pertemuan Kelima
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Selasa, 05 April 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 28 orang. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-5 (Lampiran 43). Lokasi pengamatannya yaitu di di semak-semak yang ada di lingkungan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai hubungan saling ketergantungan untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai keanekaragaman makhluk hidup (Lampiran 44). kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada LKS (Lampiran 54), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru.
Setelah berada di tempat pengamatan, guru/peneliti menyuruh siswa mengamati 10 tanaman sikeduduk, yang diamati adalah tinggi tanaman, warna tanaman, bentuk (daun dan bentuk batang), dan jumlah daun dalam 1 tanaman, kemudian hasilnya dicatat pada LKS. Dalam setiap kelompok siswa bekerjasama, ada siswa yang mengukur tinggi tanaman, ada siswa yang mengamati bentuk tanaman, ada juga yang menghitung jumlah daun dan ada yang mencatat hasil pengamatan.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 2, 3 dan 5 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi ada beberapa siswa yang bertanya yaitu AP, RDKS, ZL dan siswa yang menjawab pertanyaan saat diskusi yaitu AI, AR, MBS. Pada saat diskusi siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran ini. Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat tugas rumah. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.


2) Pertemuan keenam
Pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Jumat, 08 April 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-5 (Lampiran 52). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa. Lokasi pengamatannya di lingkungan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai hubungan saling ketergantungan untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi upaya pelestarian keanekaragaman makhluk hidup (Lampiran 53). kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 54), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 1, 4 dan 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi siswa yang bertanya yaitu ENA, FD, dan siswa yang menjawab yaitu AP, SF.
Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat kliping tentang upaya manusia untuk meningkatkan keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang dapat menurunkan keanekaragaman makhluk hidup. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.

3) Pertemuan ketujuh
Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 27 orang, 1 orang sakit. Pada pertemuan ini guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran atau ujian blok pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-7 (Lampiran 61).
Pada pertemuan ini masing-masing siswa mengerjakan ujian blok siklus 2 yang terdiri dari 20 soal objektif dan 5 soal essay. Soal dan kertas jawaban disediakan oleh guru setelah tes berakhir semua kelengkapan tes dikumpulkan kembali. Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu siklus pembelajaran. Ujian blok pada siklus II berjalan dengan lancar.

4.2 Hasil Belajar Siswa Kelas VII
4.2.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK

Hasil belajar siswa sebelum PTK dapat dilihat dari daya serap dan ketuntasan individu dengan menganalisis nilai daya serap dan ketuntasan belajar siswa yang terdiri dari ketuntasan belajar individu dan ketuntasan klasikal. Pengambilan data nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siswa sebelum PTK diambil dari nilai KD sebelum PTK melalui guru bidang studi. Nilai diambil untuk melihat kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan (Lampiran 4).

1) Daya serap siswa
Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 4 daya serap sebelum PTK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Daya Serap Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK

NO Skor % Kategori Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 - 100 Amat baik 1 3,57
2 75 - 84 Baik 7 25
3 65 - 74 Cukup 12 42,85
4 45 - 64 Kurang 8 28,57
5 ≤ 45 Kurang sekali - -
Jumlah 37 100
Rata-rata 65,89%
Kategori Cukup


Dari Tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa sebelum PTK dapat dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu kategori amat baik sebanyak 1 siswa (3,57%), kategori baik sebanyak 7 siswa (25%), kategori cukup 12 siswa (42,85%), dan kategori kurang 8 siswa (28,57%). Rata-rata daya serap siswa sebelum PTK adalah 65,89 (kategori cukup).




2) Ketuntasan individual siswa
Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 4 ketuntasan belajar biologi siswa sebelum PTK pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5. Ketuntasan Belajar Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK

Kategori Jumlah siswa Persentase
Tuntas 20 71,42
Tidak tuntas 8 28,57
Jumlah 100
Ketuntasan klasikal 71,42 (Tidak Tuntas)

4.2.2 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Sebelum PTK
Pengambilan data nilai Kinerja Ilmiah (KI) siswa sebelum PTK diambil dari nilai LKS siswa melalui guru bidang studi yang bersangkutan. Nilai Kinerja Ilmiah (KI) diambil untuk melihat kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan (Lampiran 5). Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 5 nilai kinerja ilmiah siswa sebelum PTK dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Nilai Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Sebelum PTK

NO Skor % Kategori Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 - 100 Amat baik -
2 75 - 84 Baik 14 50
3 65 - 74 Cukup 7 25
4 45 - 64 Kurang 7 25
5 ≤ 45 Kurang sekali -
Jumlah 28 100
Rata-rata 68,25
Kategori Cukup

Dari Tabel 6 diatas dapat dijelaskan bahwa nilai siswa pada Kinerja Ilmiah (KI) sebelum PTK dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik sebanyak 14 orang siswa (50%), kategori cukup sebanyak 7 orang siswa (25%) dan kategori kurang sebanyak 7 orang siswa (25%). Rata-rata nilai siswa sebelum PTK adalah 68,25% (kategori cukup).

4.2.3 Analisis Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep pada Siklus 1
Hasil belajar siswa pengetahuan pemahaman konsep pada siklus 1 materi ekosistem dengan penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan dapat dianalisis dari nilai kuis, tugas dan ujian blok.

1) Analisis Nilai PPK Kuis dan Ujian Blok Siklus I
Kuis diberikan kegiatan akhir pada proses pembelajaran. Sedangkan ujian blok 1 diberikan setelah siklus 1 terlihat pada Lampiran 35. Pada siklus 1 peneliti melakukan kuis sebanyak 3 kali terlihat pada Lampiran 10, 17, dan 27. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Daya Serap Siswa pada Siklus 1 Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Pokok Bahasan Ekosistem

Daya Serap Siswa Siklus 1
No Interval kategori Kuis I Kuis II Kuis III Ujian blok
N(%) N(%) N(%) N(%)
1 85 – 100 Amat Baik 12(42,85) 17(62,96) 12(42,85) 10(35,71)
2 75 – 84 Baik 4(14,28) 2(7,40) 9(33,33) 7(25)
3 65 – 74 Cukup 5(17,85) 4(14,81) 3(11,11) 4(14,28)
4 45 – 64 Kurang 6(21,42) 2(7,40) 3(11,11) 6(21,42)
5 ≤ 45 Kurang sekali - 2(7,40) - 1(3,57)
Jumlah Siswa 27(100) 27(100) 27(100) 28(100)
Rata-Rata Kelas 78,14 79,7 81,88 77,8
Kategori Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan Tabel 7 di atas daya serap siswa nilai PPK pada kuis 1 adalah 78,14% dengan kategori baik. Pada kuis 2 daya serap adalah 79,7% dengan kategori baik. Pada kuis 3 daya serap siswa adalah 81,88% dengan kategori baik. Pada ujian blok daya serap adalah 77,8% dengan kategori baik .




















Gambar 2. Perbandingan Daya Serap Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Kuis dan Ujian Blok

2) Tugas
Pada siklus I tugas diberikan 1 kali (Lampiran 28), agar lebih jelasnya lihat tabel berikut:




Tabel 8. Nilai Tugas Siswa Siklus I pokok Bahasan Ekosistem
No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 4 16
2 75 – 84 Baik 13 52
3 65 – 74 Cukup 8 32
4 45 – 64 Kurang -
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 25 100
Rata-rata kelas 85,01
Kategori Baik

Berdasarkan Tabel 8 di atas daya serap siswa nilai tugas pada siklus I dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: amat baik 4 orang siswa (16%), cukup 13 orang siswa (52%), dan cukup 8 orang siswa (32%). Rata-rata daya serap siswa pada nilai tugas pada kuis I adalah 85,01% (kategori baik).

4.2.4 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep Pada Siklus I
Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I materi ekosistem melalui direct instruction dengan praktikum lapangan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 menganalisa daya serap dan ketuntasan individual siswa.

1) Daya serap
Hasil daya serap nilai pengetahuan pemahaman konsep siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun berdasarkan rata-rata nilai kuis (Lampiran 38) dan nilai ujian blok (Lampiran 37) dari penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan. Daya serap siswa pada siklus I pokok bahasan ekosistem dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Daya Serap Siswa Nilai PPK pada Siklus I

No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 8 28,57
2 75 – 84 Baik 11 39,28
3 65 – 74 Cukup 5 17,85
4 45 – 64 Kurang 4 14,28
5 ≤ 45 Kurang sekali - -
Jumlah 28 100
Rata-rata kelas 75,12
Kategori Baik

Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa pada nilai pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siklus I materi ekosistem dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu kategori amat baik sebanyak 8 siswa (28,57%), kategori baik sebanyak 11 siswa (39,28%), kategori cukup sebanyak 5 siswa (17,85%), dan kategori kurang sebanyak 4 siswa (14,28%). Sedangkan kategori kurang sekali tidak ada. Rata-rata daya serap siswa pada nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I adalah 75,12% (kategori baik), terlampir pada Lampiran 39.

2) Ketuntasan individual siswa
Ketuntasan belajar biologi pengetahuan pemahaman konsep siswa (Lampiran 39) pada siklus 1 materi ekosistem setelah penerapan direct instructions dengan praktikum lapangan dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini:

Tabel 10. Ketuntasan Individual Siswa Nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada Siklus I Bahasan Ekosistem

No Kategori Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 24 85,71%
2 Tindak tuntas 4 14,28%
jumlah 28 100%
Ketuntasan klasikal 85,71% (Tuntas)

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dijelaskan bahwa siklus 1, ketuntasan belajar biologi siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada pokok bahasan ekosistem dari 28 siswa yang tuntas 24 siswa (85,71%), dan 4 siswa (14,28%) dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai KKM sebesar 65.
Berdasarkan nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I ketuntasan klasikalnya 85,71% secara klasikal dinyatakan tuntas karena rata-rata ketuntasan lebih dari 85% dari jumlah siswa. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi siswa berdasarkan daya serap, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Bahkan pada siklus I ini tingkat ketuntasan klasikal mencapai (85,71%). Atas dasar ini, peneliti berkeinginan melanjutkan ke siklus II dengan asumsi hasil belajar yang diperoleh lebih meningkat lagi atau menurun setelah penerapan direct instructios dengan praktikum lapangan.



4.2.5. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) pada Siklus I
Nilai kinerja ilmiah pada siklus I materi ekosistem melalui dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Nilai Kinerja Ilmiah Siswa Pokok Bahasan Ekosistem Siklus I

No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik
2 75 – 84 Baik 19 67,85
3 65 – 74 Cukup 7 25
4 45 – 64 Kurang 1 3,57
5 ≤ 45 Kurang Sekali 1 3,57
Jumlah 27 100
Rata-rata kelas 75,40
Kategori Baik

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil kinerja ilmiah siswa pada siklus I dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu kategori baik sebanyak 19 siswa (67,85%), kategori cukup sebanyak 7 siswa (25%), kategori kurang sebanyak 1 siswa (3,57%), dan kategori kurang sekali sebanyak 1 siswa (3,57%) sedangkan kategori amat baik tidak ada. Rata-rata nilai kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 75,40% (kategori baik) terlampir pada Lampiran 42.

4.2.6 Refleksi siklus I
Dari pengamatan penulis selama melakukan tindakan untuk tiga kali pertemuan, terdapat beberapa perencanaan yang tidak sesuai diantaranya penulis paparkan sebagai berikut:
1) Pada saat siswa mengerjakan LKS di lapangan, guru kurang maksimal dalam membimbing siswa, banyak siswa yang tidak mendengarkan arahan guru. Sehingga pada saat siswa mengerjakan LKS, masih ada siswa yang mengerjakan secara individual.
2) Dalam melakukan diskusi siswa masih kurang aktif, hal ini dilihat dari pertanyaan-pertanyaan hanya diajukan oleh beberapa orang saja.
3) Lingkungan belajar yang kurang kondisif sehingga siswa kurang nyaman dalam belajar.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada refleksi hasil penelitian tindakan kelas siklus ke-1 di atas, maka disusunlah suatu upaya perbaikan tindakan selanjutnya dengan dilaksanakan siklus ke-2. Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan sebagai berikut:
1) Mengatur waktu sebaik-baiknya agar waktu dalam menggerjakan LKS dan mempresentasikan LKS sesuai dengan perencanaan.
2) Guru meningkatkan kerja sama siswa dengan membimbing siswa untuk saling bertukar pikiran antar sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
3) Memberi pemahaman kepada siswa dan memonitor dan membimbing siswa pada saat mereka melakukan pengamatan.

4.2.7 Analisis Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep pada Siklus II
Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup melalui penerapan direct instruction dikelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 dapat dianalisa dari nilai kuis, ujian blok dan tugas.
1) Kuis dan Ujian Blok
Kuis diberikan kegiatan akhir pada proses pembelajaran. Sedangkan ujian blok II (Lampiran 63) diberikan setelah selesai siklus II. Pada siklus II peneliti melakukan kuis sebanyak 2 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Daya Serap Nilai PPK Siklus II Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok

Daya Serap Siswa Siklus II
No Interval kategori Kuis V Kuis VI Ujian blok
N(%) N(%) N(%)
1 85 – 100 Amat Baik 15(53,57) 11(40,74) 7(25,92)
2 75 – 84 Baik 5(17,85) 6(22,22) 14(51,85)
3 65 – 74 Cukup 5(17,85) 7(25,92) 5(18,51)
4 45 – 64 Kurang 1(3,57) 3(11,11) 1(3,70)
5 ≤ 45 Kurang Sekali 2(7,14) - -
Jumlah Siswa 28(100) 27(100) 27(100)
Rata-Rata Kelas 81,75 80,67 79,34
Kategori Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh daya serap siswa nilai PPK pada kuis 5 adalah 81,75% dengan kategori baik. Pada kuis 6 daya serap adalah 80,67% dengan kategori baik. Pada ujian blok II daya serap adalah 79,34 dengan kategori baik.

























Gambar 3: Perbandingan Daya Serap Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Kuis dan Ujian Blok Siklus II

2) Tugas
Pada pertemuan kelima siswa disuruh mengerjakan tugas rumah yang dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Daya serap siswa berdasarkan nilai tugas rumah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Daya Serap Siswa Berdasarkan Nilai Tugas Siswa Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup pada Siklus II

No Skor Kategori Materi keanekaragaman makhluk hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 5 17,85
2 75 – 84 Baik 23 82,14
3 65 – 74 Cukup
4 45 – 64 Kurang -
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 28 100
Rata-Rata Kelas 78,55
Kategori Baik

Berdasarkan tabel di atas daya serap siswa nilai tugas 5 pada siklus II dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu: kategori amat baik 5 siswa (17,85%), kategori baik 23 siswa (82,14%), sedangkan kategori cukup, kurang dan kategori kurang sekali tidak ada. Rata rata daya serap siswa pada nilai tugas pada kuis II adalah 78,55% (kategori baik), terlampir pada Lampiran 62.

4.2.8. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep Pada Siklus II

Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup melalui penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dikelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 menganalisa daya serap dan ketuntasan individual siswa.
1) Daya serap
Hasil daya serap nilai pengetahuan pemahaman konsep siswa berdasarkan rata-rata nilai kuis, nilai ujian blok 2 dan tugas. Daya serap siswa pada siklus II pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:






Tabel 14. Daya Serap Siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup

No Skor Kategori Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 11 39,28
2 75 – 84 Baik 10 35,71
3 65 – 74 Cukup 5 17,85
4 45 – 64 Kurang 2 7,14
5 ≤ 45 Kurang Sekali - -
Jumlah 28 100
Rata-Rata Kelas 79,61
Kategori Baik

Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu: kategori amat baik 11 orang siswa (39,28%), kategori baik 10 orang siswa (35,71%), kategori cukup 5 orang siswa (17,85%), kategori kurang 2 orang siswa (7,14%). Sedangkan kategori kurang sekali tidak ada. Daya serap siswa pada nilai pengetahuan pemahaman konsep (PPK) pada siklus II adalah 79,61% (kategori baik).

2) Ketuntasan Individual Siswa
Ketuntasan belajar biologi pengetahuan pemahaman konsep siswa pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup setelah penerapan direct instructions dengan praktikum lapangan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini:



Tabel 15. Ketuntasan Individual Siswa Pada Siklus II Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup

No Kategori Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 27 96,42%
2 Tindak tuntas 1 3,57%
jumlah 28 100
ketuntasan klasikal 96,42% (tuntas)

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dijelaskan bahwa siklus II, ketuntasan belajar biologi siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup dari 28 siswa yang tuntas 27 siswa (96,42%), dan 1 siswa (3,57%) dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai KKM sebesar 65.
Ketuntasan belajar biologi siswa pengetahuan pemahaman konsep (PPK) pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup maka nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus II ketuntasan klasikalnya 92,85% secara klasikal dinyatakan tuntas karena rata-rata ketuntasan lebih dari 85% dari jumlah siswa. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK) setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.

4.2.9. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Pada Siklus II
Nilai kinerja ilmiah pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16 berikut:


Tabel 16. Nilai Kinerja Ilmiah Siswa Kelas VIIA Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup Pada Siklus II

No Skor Kategori Materi keanekaragaman makhluk hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik -
2 75 – 84 Baik 25 89,28
3 65 – 74 Cukup 2 7,14
4 45 – 64 Kurang 1 3,57
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 28 100
Rata-rata kelas 77,17
Kategori Baik

Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil kinerja ilmiah siswa pada siklus II dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik sebanyak 25 siswa (89,28%), kategori cukup sebanyak 2 orang siswa (7,14), dan kategori kurang sebanyak 1 siswa (3,57%), sedangkan kategori amat baik, dan kurang sekali tidak ada. Rata-rata nilai kinerja ilmiah siswa pada siklus II adalah 77,17% (kategori baik).

4.2.10 Refleksi Siklus II
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya

4.2.11 Analisis Perbandingan Hasil Belajar
1) Nilai Pengetahuan Pemahan Konsep (PPK)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal pada nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) sebelum penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dan setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan pada siklu I dan II dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 17. Perbandingan hasil belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK)

No Analisis hasil belajar Sebelum PTK Setelah PTK
Siklus I Setelah PTK
Siklus II
1 Daya serap 65,89 75,12 79,61
2 Ketuntasan Klasikal 71,42% 85,71 92,85

Berdasarkan tabel di atas, maka peningkatan hasil belajar sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I dan II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:









Gambar 7. Perbandingan hasil belajar PPK
2) Nilai Kinerja Ilmiah (KI)
Perbandingan hasil belajar kinerja ilmiah sebelum penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dengan setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Perbandingan Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI)
No Analisis hasil belajar Sebelum PTK Setelah PTK
Siklus I Setelah PTK
Siklus II
1 Nilai KI 68,25 75,40 77,17

Berdasarkan tabel di atas, maka peningkatan kinerja ilmiah sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I dan II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:









Gambar 8. Perbandingan Hasil Belajar KI

Berdasarkan perbandingan hasil belajar PPK dan KI di atas, penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan mampu meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 pada KD 7.1 dan 7.2 dengan menganalisis daya serap dan ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal.


4.3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan penulis terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus berbeda-beda setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan. Hal ini dapat dilihat dari daya serap dan ketuntasan belajar pada standar kompetensi 7 yang terdiri dari satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 7.1 dengan materi komponen ekosistem, peran dan interaksinya. Siklus 2 meliputi SK 7 yang terdiri dari satu Kompetensi Dasar yaitu KD 7.2 dengan materi pokok keanekaragaman mahkluk hidup dan upaya pelestariaanya.
Hasil data yang telah dianalisis secara deskriptif terlihat bahwa hasil belajar siswa pada tiap pertemuan berbeda-beda, ini dapat kita lihat pada Siklus I pertemuan 1 (kuis) pada pokok bahasan Ekosistem yaitu hasil belajar siswa dengan rata-rata 78,14 pada kategori baik, pertemuan II dengan rata-rata 79,7 pada kategori baik, pertemuan III dengan rata-rata 81,88 dengan kategori baik. Pertemuan IV yaitu ujian blok dengan rata-rata 77,8 pada kategori baik. Sedangkan pada siklus II dilaksanakan 2 kali kuis, dari analaisis kuis tersebut rata-rata daya serap pada pertemuan V yaitu sebesar 81,75 (kategori baik), pada kuis VIyaitu 80,67 (kategori baik). Pertemuan VII yaitu ujian blok siklus II dengan rata-rata 79,34 (kategori baik). Daya serap siswa pada kuis 5 mengalami penurunan dibandingkan pada kuis 4, karena pada pertemuan ini konsentrasi belajar siswa menurun dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya sehingga pembelajaran menjadi tidak kondusif. Menurut Purwanto (2009), manusia memiliki perasaan yang turut mempengaruhi hasil pengukuran atas dirinya. Misalnya siswa yang diukur hasil belajarnya dengan tes yang sama pada kondisi sehat, gembira, ruang nyaman, pengawasan baik dan sebagainya akan berbeda apabila siswa diuji dalam kondisi sakit, sedih, ruang tak nyaman, pengawasan yang menegangkan, dan sebagainya. Berbagai kendala diluar tes hasil belajar dapat mempengaruhi hasil tes sehingga hasil ukurannya mengandung kesalahan.
Daya serap siswa sebelum PTK sebesar 65,89% dengan kategori cukup sedangkan setelah PTK pada siklus I sebesar 75,12% dengan kategori baik dan pada siklus II hasil belajar terus meningkat menjadi 79,61% dengan kategori baik. Dari data ini dapat dilihat perbandingan peningkatan daya serap siswa sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9,23% sedangkan dari siklus I ke II terjadi peningkatan sebesar 4,49%. Dengan demikian secara keseluruhan terjadi peningkatan daya serap siswa dari sebelum PTK dan sesudah PTK siklus II sebesar 13,72%.
Ketuntasan individu sebelum PTK dari 28 orang siswa hanya 20 orang siswa yang telah tuntas dan sisanya sebanyak 8 orang siswa yang belum tuntas. Pada siklus 1 dari 28 orang siswa sebanyak 24 orang telah tuntas dan 4 orang yang belum tuntas, sedangkan pada siklus 2, dari 27 orang siswa sebanyak 26 orang telah tuntas dan 1 orang belum tuntas karena belum mencapai KKM yang di tetapkan oleh SMPN 2 Tandun untuk mata pelajaran IPA Biologi yaitu 65.
Ketuntasan klasikal sebelum PTK sebesar 71,42%. Dan pada Siklus I sebesar 85,71%. Secara klasikal pada Siklus 1 dinyatakan Tuntas sedangkan pada Siklus II sebesar 96,29%. Secara klasikal pada Siklus II dinyatakan tuntas. Ketuntasan klasikal nilai KI sebelum PTK adalah 75%. Secara klasikal nila KI sebelum PTK dinyatakan tidak tuntas dan pada Siklus I sebesar 96,42%. Secara klasikal nilai KI Siklus I dinyatakan tuntas sedangkan Siklus II nilai KI sebesar 96,42%. Secara klasikal nilai KI Siklus II dinyatakan tuntas.
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian diketahui bahwa nilai PPK siklus I dan siklus II dan nilai KI siklus I dan siklus II diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan adanya perubahan seperti cara berpikir dan minat siswa sehingga nilai yang diperoleh meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadinata (2007) yaitu penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perubahan prilaku, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Dengan kata lain penggunaan metode pempelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Desmiati (2009) diketahui bahwa penerapan praktikum lapangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan dan daya serap siswa. Daya serap siswa sebelum PTK (65,76%), setelah PTK Siklus 1 (71,02%) dan setelah PTK Siklus 2 (80,38%). Kemudian ketuntasan belajar siswasebelum PTK (69,76%) setelah PTK Siklus 1 (76,92%) dan setelah PTK Siklus 2 (88,1%).
Selanjutnya Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Maidesi (2010), maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran ekspositori dengan metode pengamatan juga dapat meningkatkan hasil belajar biologi dengan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 67,18% dan pada siklus II rata-rata sebesar 70,24%.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari analisis nilai PPK dan KI.










BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.

5.2 Saran
1. Bagi guru mata pelajaran biologi agar dapat menerapkan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan untuk menambah variasi dalam mengajar dan juga dapat merangsang siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian dan menerapkan penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan hendaknya membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar, dan terlebih dahulu mempersiapkan tempat pembelajaran sebelum pembelajaran dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Desmiati. 2009. Penerapan Praktikum Lapangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII5 SMPN 4 Siak-Hulu Kampar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. 2006. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Elfis. 2010a. Desain PTK.Available at: http://3.bp.blogspot.com. (di akses 10 Juli 2010).

Elfis. 2010b. Teknik Analisa Data. Available at : http//elfisuir.blogspot.com. (di akses 16 Mei 2010).

Elfis. 2010c. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa-1. Available At: http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-biologi.html. Di Akses (2 Oktober 2010).

Elfis. 2010d. Hubungan Antara Kontruktivisme Dalam Pendekatan Kontekstual. Available at: http://elfisuir.blogspot. Di akses (3 Oktober 2010).

Gimin, Murni, Bahar, Johar, Wilson, Mustofa. 2008. Model-model Pembelajaran. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Herliani, E., Indrawati, Setiawan.R, Noeraida. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PPPPKIPA. Media Online. Available at:http//pusat panduan.com. Diakses 12 april 2011.

Ismail. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIB SMP N 25 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas islam riau. Pekanbaru.

Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Maidesi, R. 2010. Penerapan pembelajaran ekspositori dengan metode pengamatan di kelas VIIc SMPN 3 Tambang tahun ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas islam riau. Pekanbaru.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riyanto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rustaman. 1995. Penerapan Metode Praktikum Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Kimia. http://pascaldaddy512.worotpress.com/2008/12/07. Diakses 21 Desember 2010.

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar