OLEH:JASRI,S.Pd
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Menurut Syah (2009) pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Menurut Hasbullah (2009), dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut menurut Syah (2009), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, ilmu pendidikan membahas masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori ataupun yang bersifat praktis (terapan), ilmu pendidikan juga berbicara tentang masalah-masalah yang menyangkut teori-teori, pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan pendidikan. Ia juga tertuju pada cara-cara bertindak (mendidik), bergerak dalam suatu pendidikan, tertuju pada pelaksanaan realisasi cita-cita ideal yang telah tersusun dalam ilmu pendidikan (Hasbullah, 2009).
Adapun keuntungan yang diperoleh siswa dengan teknik penyajian kerja lapangan ini, ialah di antaranya siswa mendapat kesempatan untuk langsung aktif bekerja di lapangan, sehingga memperoleh prngalaman langsung dalam bekerja. Juga mereka akan menemukan pengertian/pemahaman dari pekerjaan itu, mengenai kebaikan ataupun kekurangannya. Maka bila ada kesulitan ia bisa mencari jalan keluar untuk mengatasinya (Roestiyah, 2008).
Hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA yang ada di SMPN 2 Tandun khususnya yang mengajar pada kelas VIIA menyatakan pada dasarnya pelajaran IPA bukanlah pelajaran yang sulit seperti matematika, tetapi dilihat dari hasilnya ternyata dari latihan dan ulangan yang diberikan (28,58 %) masih di bawah KKM (65). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan labor sebagai tempat praktek dalam pembelajaran biologi, motivasi siswa dalam belajar masih kurang disebabkan kurangnya motivasi dari pihak keluarga, kurangnya pemanfaatan perpustakaan, dan kurangnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, jadi perlu adanya perubahan model pembelajaran yang bisa menekankan dimana siswa yang lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator.
Salah satu cara untuk meningkatakan hasil belajar siswa adalah memotivasi siswa untuk senang dan tanggap terhadap pelajaran sehingga terjadi perubahan. Proses belajar mengajar perlu adanya perubahan metode yakni dengan penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan yang pada akhirnya diharapkan selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Menurut Roestiyah (2008), keuntungan yang diperoleh siswa denan teknik penyajian kerja lapangan ini di antaranya siswa mendapat kesempatan untuk langsung aktif bekerja di lapangan, sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja. Mereka akan menemukan pengertian/pemahaman dari pekerjaan itu, mengenai kebaikan ataupun kekurangannya. Maka bila ada kesulitan ia bisa mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Selain itu direct instruction dengan praktikum lapangan ini merupakan pendekatan yang belum pernah diterapkan di SMPN 2 Tandun khususnya pada pelajaran biologi yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar biologi.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka peneliti merumuskan judul penelitian ini sebagai berikut: Penerapan Direct Instruction dengan Praktikum Lapangan Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1) Kurangnya pemanfaatan labor sebagai tempat praktek dalam pembelajaran biologi.
2) Motivasi siswa dalam belajar masih kurang, disebabkan kurangnya motivasi dari pihak keluarga.
3) Kurangnya pemanfaatan perpustakaan.
4) Kurangnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
5) siswa yang tidak tuntas sekitar 28,58% dengan KKM 65
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian dilaksanakan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, terdiri dari Kompetensi Dasar 7.1. Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem dan Kompetensi Dasar 7.2. Mengidentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.
1.4 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 setelah penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan?”
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.
1.5.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi siswa, pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan aktifitas siswa terutama pada mata pelajaran biologi.
2) Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan dan menambah alternatife strategi pembelajaran Biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam mata pelajaran biologi.
4) Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam cakupan lebih luas.
1.6 Definisi Istilah Judul
Definisi istilah judul pada penelitian ini sebagai berikut:
Direct instruction (DI) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends dalam Trianto, 2009).
Praktikum lapangan adalah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi di lapangan, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan (Roestiyah, 2008).
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Gimin, dkk. (2008) mengemukakan bahwa filosofi kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Dalam pandangan kontruktivisme, strategi “memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara :
1) Menjelaskan kebermaknaan materi itu bagi siswa.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi belajar mandiri.
Menurut Kunandar (2010), konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Sedangkan menurut Sanjaya, (2009) konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Konstruktivis berarti bersifat membngun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia (Jalaludin dalam Riyanto, 2009).
Menurut Elfis (2010d), enam keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menentang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan mengunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5) Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan pembelajaran yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2.2 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
Gimin, dkk. (2008) mengemukakan bahwa menemukan (inkuiri) merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapakan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri atas pengalamannya belajar. Oleh sebab itu guru harus merancang kegiatan pembelajarannya yang merujuk pada kegiatan menemukan. Agar siswa bisa menemukan sendiri, dalam pembelajaran siswa harus melakukan 5 siklus kegiatan yaitu : a) observasi, b) bertanya, c) mengajukan dugaan (Hipotesis), d) pengumpulan data, e) menyimpulkan.
Menurut Sanjaya (2009), Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Selanjutnya menurut Kunandar (2010), pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Menurut Elfis (2010d), inquiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri yang siklusnya observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan
Menurut Gulo dalam Trianto (2009), strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah;
1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
3) Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
2.3 Paradigma Pembelajaran Biologi
Menurut Trianto (2007), ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut menurut Syah (2009), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah (Trianto, 2007).
Djamarah (2006), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.
2.4 Pembelajaran Direct Instruction (DI) dengan Praktikum Lapangan
Menurut Arends dalam Trianto (2009), Direct instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Praktikum lapangan adalah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi di lapangan, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan (Roestiyah, 2008).
Ada empat alasan pentingnya kegiatan praktikum (Rustaman, 1995)
a) Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA
Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan sungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi dorongan ingin tahu dan ingin bisa.
b) Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen
Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen perlu dilakukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengukur, memanipulasi peralatan laboratorium. Kegiatan praktikum melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara umum, merancang dan melakukan dan menginterprestasikan eksperimen.
c) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah
Para pakar pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientis. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup.
d) Praktikum menunjang teori pembelajaran
Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pembelajaran IPA dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip IPA.
Penerapan pembelajaran Direct Instruction dengan praktikum lapangan dalam pembelajaran akan menarik minat dan perhatian serta memotivasi siswa. Menurut Sanjaya (2009), ada beberapa kelebihan direct instruction yaitu:
1) Dengan direct instruction guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran direct instruction dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran direct instruction Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan guru tentang suatu meteri pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang luas.
Selanjutnya Disamping memiliki keunggulan, Akan tetapi direct instruction juga mempunyai kelemahan, adapun kelemahan tersebut adalah:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpresonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran direct instruction sangat tergantung kepada Apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Menurut Kardi dalam Trianto (2009), direct instruction dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Direct instruction digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefesien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Tabel 1: Sintaks pembelajaran direct instruction dapat disajikan dalam 5 tahap sebagai berikut:
Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajukan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Sumber: Kardi & Nur dalam Trianto (2009)
2.5 Hasil Belajar
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi), domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rauntinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Menurut Slameto (2003), seperti diketahui belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala seluk beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai-bagai factor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan menjamin sukses siswa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras, tanpa usaha tak akan tercapai sesuatu.
Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Faktor jasmaniah (antara lain faktor kesehatan, dan cacat tubuh)
b. Faktor psikologis (yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan)
c. Faktor kelelahan ( baik secara jasmani maupun rohani)
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Faktor keluarga (berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan).
b. Faktor sekolah (mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah).
c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyaraka
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2009) di kelas VIIB SMPN 25 Pekanbaru telah terbukti telah meningkatkan hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus satu 66,87% (kategori cukup) dan pada siklus dua mencapai 87,5% (kategori amat baik).
Penelitian yang dilakukan oleh Desmiati (2009) di kelas VII5 SMPN 4 Siak Hulu-Kampar telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar yang dapat dilihat pada siklus 1 presentasi ketuntasan yaitu 76,2 %, dan pada siklus 2 presentase ketuntasan yaitu 88,1%. Berdasarkan hasil evaluasi siswa sebelum dilakukan tindakan rata-rata tingkat penguasaan siswa 69,04%.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – April 2011 di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
3.3 Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk. (2008) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Adapun desain penelitian PTK dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1: Desain Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Elfis, 2010a).
Berdasarkan Gambar 1, desain penelitian ini dapat dijelasakan sebagai berikut:
1) Pemecahan masalah pada pelitian ini adalah dengan menerapkan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun tahun ajaran 2010/2011.
2) Tindakan dilakukan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
3) Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – April 2011 di kelas VIIA SMPN 2 Tahun Tahun Ajaran 2010/2011.
4) Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif.
5) Refleksi, dilakukan oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk mengukur tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa pada siklus awal yang kemudian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
6) Jika permasalahan belum terselesaikan maka di lanjutkan pada siklus selanjutnya.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari:
1) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
2) Menentukan Standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi, dan siklus yaitu: pada standar kompetensi 7. (Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem), yaitu pada: Kompetensi Dasar 7.1. (menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem) dan Kompetensi Dasar 7.2. (mengidentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem). Menyiapkan materi yang akan disajikan yaitu ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup.
3) Menentukan pembagian kelompok, membentuk kelompok belajar berdasarkan tingkat prestasi akademiknya, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, yang terdiri dari 6 kelompok.
4) Menjelaskan sintaks dan modifikasi sintaks pembelajaran yaitu:
Tabel 2: Modifikasi sintaks direct instruction dengan praktikum lapangan
No Kegiatan Alokasi waktu
Guru Peserta didik
1 Apersepsi/motivasi
• Salam pembuka, do’a, dan mengabsen siswa.
• Memotivasi peserta didik, motivasi berbentuk kata motivasi yang bisa mengacu peserta didik agar bersungguh-sunguh dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
• Mengajukan apersepsi awal pada peserta didik dengan mengajukan pertanyaan.
• Mempersiapkan diri untuk melaksanakan proses KBM.
• Menyimak motivasi yang diberikan oleh guru
• Siswa menjawab apersepsi yang diberikan oleh guru.
3 menit
3 menit
4 menit
2 • Mengarahkan siswa untuk kelapangan, yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.
• Guru menyajikan informasi materi kepada siswa secara garis besar.
• Membagikan LKS yang berupa langkah-langkah atau petunjuk terhadap apa yang akan dilakukan dilapangan.
• Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik.
• Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan kegiatan dan hasil yang telah dilaksanakan waktu dilapangan. • Siswa melaksanakn tugas guru, dan siswa sudah mengetahui sebelumnya lokasi tempat pengamatan.
• Peserta didik memahami dan mengamati materi yang dijelaskan oleh guru
• Langsung menuju tempat yang telah ditentukan
• Siswa menjalankan perintah yang diberikan oleh guru
• Siswa berdiskusi terhadap apa yang mereka dapatkan di lapangan
3 menit
15 menit
2 menit
20 menit
20 menit
3 • Guru memberi penguatan dari materi yang telah dipelajari dan menyimpulkannya.
• Guru memberikan kuis untuk me gatahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dilaksanakan
• Mengumpulkan lembar jawaban peserta didik.
• Mengarahkan siswa untuk kembali ke kelas • Peserta didik mencatat dan memahaminya.
• Mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru
• Mengumpulkan soal dan lembar jawaban
• Kembali ke kelas 2 menit
7 menit
1 menit
5) Menentukan pengambilan nilai hasil belajar siswa
Sumber untuk pengambilan nilai hasil belajar siswa pada penelitian ini terdiri atas dua kelompok:
a. Nilai PPK (nilai tugas, Quis tertulis dan ujian ketuntasan blok)
b. Nilai KI nilai portofolio (Laporan praktikum, kliping, dan makalah) serta nilai unjuk kerja (pengamatan sewaktu praktikum)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Pada penelitian ini perangkat pembelajaran guru terdiri dari:
a) Silabus (Lampiran 2)
b) Rencana Perangkat Pembelajaran (Lampiran 7, 14, 24, 33, 43, 52, dan 61)
c) Buku Siswa
d) Lembar Praktikum (Lampiran 9, 16, 26, 48, dan 54)
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Soal-soal yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan pemahaman konsep (PPK) melalui tugas, kuis tertulis serta ujian ketuntasan blok dilakukan dalam bentuk soal objektif tes dan soal essay (Lampiran 10, 17, 27, 28, 35, 46, 47, 55, dan 63).
b) Format-format penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja ilmiah (KI) melalui portofolio berupa laporan praktikum, kliping, dan makalah (Lampiran 3) dan unjuk kerja melalui kegiatan kegiatan praktikum (Lampiran 3).
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
3.6.1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Hasil belajar PPK diambil dari tugas, quis tertulis serta ujian ketuntasan blok di lakukan dalam bentuk soal objektif tes dan soal essay. Menurut Elfis, (2010b) nilai pengetahuan pemahaman konsep (PPK) di peroleh dari penilaian tes dengan rumus:
NKD PPK = (40% X UB) + (60% X ∑ NP (NTR dan NL)
Keterangan:
NKD PPK : Nilai Kompetensi Dasar Pengetahuan Pemahaman Konsep
UB : Ujian Ketuntasan Blok
∑NP : Nilai Proses
NTR : Nilai Tugas Rumah
NL : Nilai Latihan
3.6.1.2 Pengolahan Data Hasil Belajar (KI)
Hasil belajar KI adalah hasil belajar yang diperoleh melalui portofolio (laporan praktikum, makalah dan kliping) serta nilai unjuk kerja (presentasi fortofolio). Menurut Elfis, (2010b) masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
NUB KI = (50% x (rata-rata nilai portofolio) + (50% x (rata-rata nilai Unjuk Kerja)
Keterangan :
NUB KI : Nilai Ujian Blok Kinerja Ilmiah
3.6.2. Teknik Analisis Data Deskriptif
1) Daya Serap
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penerapan pembelajaran direct instructions dengan praktikum lapangan. Menurut Elfis (2010b), analisis deskriptif data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) daya serap siswa, (b) ketuntasan individu siswa, dan (c) ketuntasan klasikal.
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajarnya digunakan analisis dengan menggunakan kriteria berikut:
Daya serap siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
Daya Serap = Skor yang diperoleh X 100
Skor maksimun
Tabel 3: Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
% Interval Kategori
85 – 100
75 – 84
65 – 74
45 – 64
≤ 45 Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Sumber: Berdasarkan KKM yang Ditetapkan di Sekolah SMPN 2 Tandun
2. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal.
1) Ketuntasan individu siswa
Berdasarkan penilaian di SMPN 2 Tandun seorang siswa dinyatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai KKM 65.
2. Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010b), suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
KK : Presentase ketuntasan klasikal
JST : Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS : Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun dalam dua siklus, meliputi 8 kali pertemuan menggunakan Pembelajaran Direct Instruction dengan Praktikum lapangan dengan pokok bahasan ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup. Siklus I adalah pokok bahasan ekosistem dengan empat kali pertemuan, alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Sedangkan pada siklus kedua pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup terdiri dari tiga kali pertemuan. Dua kali pertemuan digunakan untuk evaluasi terhadap hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada tiap akhir materi pokok.
Alokasi waktu dalam pertemuan ini dalam satu minggu terdiri dari 5 x 40 menit, dalam satu minggu ada dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan hari Jumat dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pada hari selasa penelitian dilaksanakan pukul 08.50 – 10.10 WIB, sedangkan pada hari jumat dilaksanakan pada pukul 08.30 – 09.30 WIB.
Sebelum proses pelaksanaan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan dilaksanakan, guru atau peneliti menjelaskan atau mensosialisasikan terlebih dahulu proses pelaksanaan pembelajaran. Kemudian untuk pertemuan selanjutnya guru atau peneliti menjelaskan materi serta langkah-langkah pengamatan yang harus dilakukan di lapangan yang disajikan pada pertemuan tersebut.
4.1.1. Deskriptif Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 1
1) Sosialisasi
Pertemuan pada tahap sosialisasi dilaksanakan pada hari Selasa, 08 Maret 2011 dengan siswa yang hadir yaitu 26 orang dan 2 orang sakit. Kegiatan pada pertemuan pertama ini diawali dengan proses perkenalan antara observer dengan siswa dan sebaliknya. Kegiatan selanjutnya guru atau peneliti menjelaskan kegiatan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan yang akan dilakukan.
Guru membentuk kelompok belajar siswa yang terdiri dari 6 kelompok dan setiap kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Kelompok yang dibentuk ini terdiri atas siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan kurang. Selain itu juga mempertimbangkan kriteria heterogen lainnya, seperti jenis kelamin. Kegiatan ini berlangsung selama 80 menit sesuai dengan jam pelajaran pada waktu itu. Pada akhir kegiatan guru atau peneliti memberi tugas pada setiap siswa untuk membaca materi yang akan disampaikan pada penelitian untuk setiap pertemuan.
2) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at, 11 Maret 2011. Pertemuan ini membahas tentang Satuan makhluk hidup dalam ekosistem. Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang, 1 orang sakit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, kolam, rawa-rawa dan pekarangan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa serta memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa, sesuai dengan RPP-1 terlampir pada Lampiran 7. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya yakni mengenai ekosistem dan pengertiannya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem (lampiran 8) dengan memanfaatkan ekosistem yang ada pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan di sekolah).
Pada kegiatan belajar mengajar ini siswa diminta duduk. Selanjutnya guru/peneliti menjelaskan materi pelajaran, pada saat menjelaskan materi pelajaran ada beberapa orang siswa yang ribut. Selesai menjelaskan materi pembelajaran kemudian guru membagikan lembar kerja siswa LKS (Lampiran 10), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatannya, masing-masing kelompok segera membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan tali raffia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa tidak tidak membuat plot, selanjutnya siswa melakukan pengamatan tentang menghitung jumlah individu dalam tiap populasi berdasarkan komponen biotik dan abiotik beserta jumlahnya yang terdapat pada plot tersebut.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Disini guru melihat masih ada beberapa kelompok yang belum melakukan pengamatan (karena tidak paham). Kemudian guru memberikan penjelasan kembali agar siswa paham. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Selanjutnya guru menyuruh perwakilan dari kelompok 1 dan 3 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi hanya ada 2 orang yang bertanya yaitu ENA, RDKS dan siswa yang menjawab adalah AI, AP, dan masih banyak siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena siswa belum terbiasa, karena sebelumnya siswa jarang melakukan diskusi seawaktu proses belajar mengajar berlangsung.
Pada akhir kegiatan ini guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan. Setelah selesai kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini, siswa diberi kuis (Lampiran 10), untuk kuis selanjutnya (Lampiran 17, 27, 46, dan 55) dalam bentuk tertulis yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk seluruh pertemuan kecuali ujian blok.
3) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang komponen penyusun ekosistem sesuai dengan RPP - 2 (Lampiran 14). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa, dan 1 orang skit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan yang ada disekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya yakni mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai komponen penyusun ekosistem (Lampiran 15) pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam, dan pekarangan sekolah).
Guru selanjutnya mendemonstrasikan materi pelajaran yaitu komponen penyusun ekosistem, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran suasana sudah tidak ribut lagi seperti pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 16), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatan, setiap kelompok membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan talia rafia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa-rawa tidak membuat plot. Selanjutnya sisw melakukan pengamatan tentang komponen biotik dan abiotik berdasarkan peranan, cara peroleh makanan, dan jenis makanan
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Pada sat diskusi masih ada siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena mereka belum terbiasa. Tetapi, bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya pada pertemuan ke dua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini, bahkan mereka senang belajar diluar ruangan. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 2 dan 5 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi ada 2 orang siswa yang bertanya yaitu AI, SF dan siswa yang menjawab yaitu AS, ENA.
Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat makalah sederhana tentang ekosistem. Setelah itu guru menyuruh siswa mengumpulkan laporan LKS pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salamdan mengarahkan siswa kembali ke dalam kelas.
4) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 25 Maret 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang saling ketergantungan sesuai dengan RPP-3 (Lampiran 24). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa, dan 1 orang skit. Lokasi pengamatannya yaitu di kebun sawit, rawa-rawa, kolam dan pekarangan yang ada di sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai komponen-komponen ekosistem untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai hubungan saling ketergantungan (Lampiran 25) pada ekosistem alami (kebun sawit, rawa-rawa, kolam, dan pekarangan sekolah).
Guru selanjutnya mendemonstrasikan materi pelajaran yaitu hubungan saling ketergantungan kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 26), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru. Setelah siswa berada pada tempat pengamatan, setiap kelompok membuat plot yang berukuran 2x2 meter dengan menggunakan talia rafia dan patok kayu, namun kelompok yang mendapatkan ekosistem kolam dan rawa-rawa tidak membuat plot. Kemudian guru menyuruh siswa untuk mengamati semua hewan dan tumbuhan serta komponen biotik dan abiotik yang terdapat di sekitar lokasi pengamatan, dan menghubungkan apakah termasuk simbiosis mutualisme, komensalisme atau parasitisme.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Pada sat diskusi masih ada siswa yang tidak berani untuk bertanya, karena mereka belum terbiasa. Tetapi, bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya pada pertemuan ke dua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini, bahkan mereka senang belajar di luar ruangan. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 4 dan 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa untuk diskusi, hal ini dapat terlihat ada 3 orang siswa yang bertanya yaitu AI, ER, SF, dan siswa yang menjawab yaitu AS, DPU, RDKS.
Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa mengelompokan hewan kedalam herbivore, karnivora dan omnivore, serta membuat jaring-jaring makanan. Setelah itu guru menyuruh siswa mengumpulkan laporan LKS pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.
5) Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 28 orang. Pada pertemuan ini guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran atau ujian blok pada pokok bahasan Ekosistem sesuai dengan RPP 4 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 33).
Pada pertemuan ini masing-masing siswa mengerjakan ujian blok siklus 1 yang terdiri dari 20 soal objektif dan 5 soal essay. Soal dan kertas jawaban disediakan oleh guru setelah tes berakhir semua kelengkapan tes dikumpulkan kembali. Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu siklus pembelajaran. Ujian blok siklus I berjalan dengan optimal, walaupun masih ada beberapa siswa yang saling bertanya dengan teman lainnya. Guru sempat mewawancarai beberapa orang siswa setelah ujian blok mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Rata-rata siswa menjawab lebih menikmati belajar diluar ruangan dibandingkan di dalam kelas seperti proses belajar mengajar yang sudah biasa mereka lakukan.
4.1.2. Deskriptif Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus 2
1) Pertemuan Kelima
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Selasa, 05 April 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 28 orang. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-5 (Lampiran 43). Lokasi pengamatannya yaitu di di semak-semak yang ada di lingkungan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai hubungan saling ketergantungan untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi mengenai keanekaragaman makhluk hidup (Lampiran 44). kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada LKS (Lampiran 54), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru.
Setelah berada di tempat pengamatan, guru/peneliti menyuruh siswa mengamati 10 tanaman sikeduduk, yang diamati adalah tinggi tanaman, warna tanaman, bentuk (daun dan bentuk batang), dan jumlah daun dalam 1 tanaman, kemudian hasilnya dicatat pada LKS. Dalam setiap kelompok siswa bekerjasama, ada siswa yang mengukur tinggi tanaman, ada siswa yang mengamati bentuk tanaman, ada juga yang menghitung jumlah daun dan ada yang mencatat hasil pengamatan.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 2, 3 dan 5 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi ada beberapa siswa yang bertanya yaitu AP, RDKS, ZL dan siswa yang menjawab pertanyaan saat diskusi yaitu AI, AR, MBS. Pada saat diskusi siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran ini. Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat tugas rumah. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.
2) Pertemuan keenam
Pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Jumat, 08 April 2011. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-5 (Lampiran 52). Dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang siswa. Lokasi pengamatannya di lingkungan sekolah dengan jarak tempuh sekitar 3 menit. Selanjutnya guru memastikan semua siswa sudah berada di lapangan pengamatan dan telah berada pada kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh guru dan memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru membahas sedikit pertemuan sebelumnya mengenai hubungan saling ketergantungan untuk mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi upaya pelestarian keanekaragaman makhluk hidup (Lampiran 53). kemudian guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan menginstruksikan siswa melakukan pengamatan sesuai dengan yang terdapat pada lembar pengamatan (Lampiran 54), selanjutnya siswa diarahkan oleh guru menuju tempat pengamatan yang sudah ditentukan terlebih dahulu oleh guru.
Pada saat siswa mengamati (pengamatan langsung) pada posisi masing-masing, guru memperhatikan dan mengecek masing-masing kelompok apakah mereka sudah berhasil atau sesuai melakukan kerja dengan yang diarahkan LKS. Setelah melakukan pengamatan, guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi. Guru/peneliti menyuruh perwakilan kelompok 1, 4 dan 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat diskusi siswa yang bertanya yaitu ENA, FD, dan siswa yang menjawab yaitu AP, SF.
Guru memberikan perluasan materi dengan menyuruh siswa membuat kliping tentang upaya manusia untuk meningkatkan keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang dapat menurunkan keanekaragaman makhluk hidup. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dan mengarahkan siswa kembali ke kelas.
3) Pertemuan ketujuh
Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Selasa, 19 April 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 27 orang, 1 orang sakit. Pada pertemuan ini guru mengadakan evaluasi hasil pembelajaran atau ujian blok pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup sesuai dengan RPP-7 (Lampiran 61).
Pada pertemuan ini masing-masing siswa mengerjakan ujian blok siklus 2 yang terdiri dari 20 soal objektif dan 5 soal essay. Soal dan kertas jawaban disediakan oleh guru setelah tes berakhir semua kelengkapan tes dikumpulkan kembali. Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu siklus pembelajaran. Ujian blok pada siklus II berjalan dengan lancar.
4.2 Hasil Belajar Siswa Kelas VII
4.2.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK
Hasil belajar siswa sebelum PTK dapat dilihat dari daya serap dan ketuntasan individu dengan menganalisis nilai daya serap dan ketuntasan belajar siswa yang terdiri dari ketuntasan belajar individu dan ketuntasan klasikal. Pengambilan data nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siswa sebelum PTK diambil dari nilai KD sebelum PTK melalui guru bidang studi. Nilai diambil untuk melihat kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan (Lampiran 4).
1) Daya serap siswa
Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 4 daya serap sebelum PTK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Daya Serap Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK
NO Skor % Kategori Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 - 100 Amat baik 1 3,57
2 75 - 84 Baik 7 25
3 65 - 74 Cukup 12 42,85
4 45 - 64 Kurang 8 28,57
5 ≤ 45 Kurang sekali - -
Jumlah 37 100
Rata-rata 65,89%
Kategori Cukup
Dari Tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa sebelum PTK dapat dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu kategori amat baik sebanyak 1 siswa (3,57%), kategori baik sebanyak 7 siswa (25%), kategori cukup 12 siswa (42,85%), dan kategori kurang 8 siswa (28,57%). Rata-rata daya serap siswa sebelum PTK adalah 65,89 (kategori cukup).
2) Ketuntasan individual siswa
Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 4 ketuntasan belajar biologi siswa sebelum PTK pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5. Ketuntasan Belajar Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum PTK
Kategori Jumlah siswa Persentase
Tuntas 20 71,42
Tidak tuntas 8 28,57
Jumlah 100
Ketuntasan klasikal 71,42 (Tidak Tuntas)
4.2.2 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Sebelum PTK
Pengambilan data nilai Kinerja Ilmiah (KI) siswa sebelum PTK diambil dari nilai LKS siswa melalui guru bidang studi yang bersangkutan. Nilai Kinerja Ilmiah (KI) diambil untuk melihat kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan (Lampiran 5). Berdasarkan data yang terdapat pada Lampiran 5 nilai kinerja ilmiah siswa sebelum PTK dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Nilai Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Sebelum PTK
NO Skor % Kategori Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 - 100 Amat baik -
2 75 - 84 Baik 14 50
3 65 - 74 Cukup 7 25
4 45 - 64 Kurang 7 25
5 ≤ 45 Kurang sekali -
Jumlah 28 100
Rata-rata 68,25
Kategori Cukup
Dari Tabel 6 diatas dapat dijelaskan bahwa nilai siswa pada Kinerja Ilmiah (KI) sebelum PTK dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik sebanyak 14 orang siswa (50%), kategori cukup sebanyak 7 orang siswa (25%) dan kategori kurang sebanyak 7 orang siswa (25%). Rata-rata nilai siswa sebelum PTK adalah 68,25% (kategori cukup).
4.2.3 Analisis Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep pada Siklus 1
Hasil belajar siswa pengetahuan pemahaman konsep pada siklus 1 materi ekosistem dengan penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan dapat dianalisis dari nilai kuis, tugas dan ujian blok.
1) Analisis Nilai PPK Kuis dan Ujian Blok Siklus I
Kuis diberikan kegiatan akhir pada proses pembelajaran. Sedangkan ujian blok 1 diberikan setelah siklus 1 terlihat pada Lampiran 35. Pada siklus 1 peneliti melakukan kuis sebanyak 3 kali terlihat pada Lampiran 10, 17, dan 27. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Daya Serap Siswa pada Siklus 1 Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Pokok Bahasan Ekosistem
Daya Serap Siswa Siklus 1
No Interval kategori Kuis I Kuis II Kuis III Ujian blok
N(%) N(%) N(%) N(%)
1 85 – 100 Amat Baik 12(42,85) 17(62,96) 12(42,85) 10(35,71)
2 75 – 84 Baik 4(14,28) 2(7,40) 9(33,33) 7(25)
3 65 – 74 Cukup 5(17,85) 4(14,81) 3(11,11) 4(14,28)
4 45 – 64 Kurang 6(21,42) 2(7,40) 3(11,11) 6(21,42)
5 ≤ 45 Kurang sekali - 2(7,40) - 1(3,57)
Jumlah Siswa 27(100) 27(100) 27(100) 28(100)
Rata-Rata Kelas 78,14 79,7 81,88 77,8
Kategori Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan Tabel 7 di atas daya serap siswa nilai PPK pada kuis 1 adalah 78,14% dengan kategori baik. Pada kuis 2 daya serap adalah 79,7% dengan kategori baik. Pada kuis 3 daya serap siswa adalah 81,88% dengan kategori baik. Pada ujian blok daya serap adalah 77,8% dengan kategori baik .
Gambar 2. Perbandingan Daya Serap Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Kuis dan Ujian Blok
2) Tugas
Pada siklus I tugas diberikan 1 kali (Lampiran 28), agar lebih jelasnya lihat tabel berikut:
Tabel 8. Nilai Tugas Siswa Siklus I pokok Bahasan Ekosistem
No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 4 16
2 75 – 84 Baik 13 52
3 65 – 74 Cukup 8 32
4 45 – 64 Kurang -
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 25 100
Rata-rata kelas 85,01
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 8 di atas daya serap siswa nilai tugas pada siklus I dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: amat baik 4 orang siswa (16%), cukup 13 orang siswa (52%), dan cukup 8 orang siswa (32%). Rata-rata daya serap siswa pada nilai tugas pada kuis I adalah 85,01% (kategori baik).
4.2.4 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep Pada Siklus I
Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I materi ekosistem melalui direct instruction dengan praktikum lapangan di kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 menganalisa daya serap dan ketuntasan individual siswa.
1) Daya serap
Hasil daya serap nilai pengetahuan pemahaman konsep siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun berdasarkan rata-rata nilai kuis (Lampiran 38) dan nilai ujian blok (Lampiran 37) dari penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan. Daya serap siswa pada siklus I pokok bahasan ekosistem dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Daya Serap Siswa Nilai PPK pada Siklus I
No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 8 28,57
2 75 – 84 Baik 11 39,28
3 65 – 74 Cukup 5 17,85
4 45 – 64 Kurang 4 14,28
5 ≤ 45 Kurang sekali - -
Jumlah 28 100
Rata-rata kelas 75,12
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa pada nilai pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siklus I materi ekosistem dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu kategori amat baik sebanyak 8 siswa (28,57%), kategori baik sebanyak 11 siswa (39,28%), kategori cukup sebanyak 5 siswa (17,85%), dan kategori kurang sebanyak 4 siswa (14,28%). Sedangkan kategori kurang sekali tidak ada. Rata-rata daya serap siswa pada nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I adalah 75,12% (kategori baik), terlampir pada Lampiran 39.
2) Ketuntasan individual siswa
Ketuntasan belajar biologi pengetahuan pemahaman konsep siswa (Lampiran 39) pada siklus 1 materi ekosistem setelah penerapan direct instructions dengan praktikum lapangan dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini:
Tabel 10. Ketuntasan Individual Siswa Nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada Siklus I Bahasan Ekosistem
No Kategori Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 24 85,71%
2 Tindak tuntas 4 14,28%
jumlah 28 100%
Ketuntasan klasikal 85,71% (Tuntas)
Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dijelaskan bahwa siklus 1, ketuntasan belajar biologi siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada pokok bahasan ekosistem dari 28 siswa yang tuntas 24 siswa (85,71%), dan 4 siswa (14,28%) dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai KKM sebesar 65.
Berdasarkan nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus I ketuntasan klasikalnya 85,71% secara klasikal dinyatakan tuntas karena rata-rata ketuntasan lebih dari 85% dari jumlah siswa. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi siswa berdasarkan daya serap, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Bahkan pada siklus I ini tingkat ketuntasan klasikal mencapai (85,71%). Atas dasar ini, peneliti berkeinginan melanjutkan ke siklus II dengan asumsi hasil belajar yang diperoleh lebih meningkat lagi atau menurun setelah penerapan direct instructios dengan praktikum lapangan.
4.2.5. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) pada Siklus I
Nilai kinerja ilmiah pada siklus I materi ekosistem melalui dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Nilai Kinerja Ilmiah Siswa Pokok Bahasan Ekosistem Siklus I
No Skor Kategori Materi ekosistem
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik
2 75 – 84 Baik 19 67,85
3 65 – 74 Cukup 7 25
4 45 – 64 Kurang 1 3,57
5 ≤ 45 Kurang Sekali 1 3,57
Jumlah 27 100
Rata-rata kelas 75,40
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil kinerja ilmiah siswa pada siklus I dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu kategori baik sebanyak 19 siswa (67,85%), kategori cukup sebanyak 7 siswa (25%), kategori kurang sebanyak 1 siswa (3,57%), dan kategori kurang sekali sebanyak 1 siswa (3,57%) sedangkan kategori amat baik tidak ada. Rata-rata nilai kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 75,40% (kategori baik) terlampir pada Lampiran 42.
4.2.6 Refleksi siklus I
Dari pengamatan penulis selama melakukan tindakan untuk tiga kali pertemuan, terdapat beberapa perencanaan yang tidak sesuai diantaranya penulis paparkan sebagai berikut:
1) Pada saat siswa mengerjakan LKS di lapangan, guru kurang maksimal dalam membimbing siswa, banyak siswa yang tidak mendengarkan arahan guru. Sehingga pada saat siswa mengerjakan LKS, masih ada siswa yang mengerjakan secara individual.
2) Dalam melakukan diskusi siswa masih kurang aktif, hal ini dilihat dari pertanyaan-pertanyaan hanya diajukan oleh beberapa orang saja.
3) Lingkungan belajar yang kurang kondisif sehingga siswa kurang nyaman dalam belajar.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada refleksi hasil penelitian tindakan kelas siklus ke-1 di atas, maka disusunlah suatu upaya perbaikan tindakan selanjutnya dengan dilaksanakan siklus ke-2. Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan sebagai berikut:
1) Mengatur waktu sebaik-baiknya agar waktu dalam menggerjakan LKS dan mempresentasikan LKS sesuai dengan perencanaan.
2) Guru meningkatkan kerja sama siswa dengan membimbing siswa untuk saling bertukar pikiran antar sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
3) Memberi pemahaman kepada siswa dan memonitor dan membimbing siswa pada saat mereka melakukan pengamatan.
4.2.7 Analisis Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep pada Siklus II
Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup melalui penerapan direct instruction dikelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 dapat dianalisa dari nilai kuis, ujian blok dan tugas.
1) Kuis dan Ujian Blok
Kuis diberikan kegiatan akhir pada proses pembelajaran. Sedangkan ujian blok II (Lampiran 63) diberikan setelah selesai siklus II. Pada siklus II peneliti melakukan kuis sebanyak 2 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Daya Serap Nilai PPK Siklus II Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok
Daya Serap Siswa Siklus II
No Interval kategori Kuis V Kuis VI Ujian blok
N(%) N(%) N(%)
1 85 – 100 Amat Baik 15(53,57) 11(40,74) 7(25,92)
2 75 – 84 Baik 5(17,85) 6(22,22) 14(51,85)
3 65 – 74 Cukup 5(17,85) 7(25,92) 5(18,51)
4 45 – 64 Kurang 1(3,57) 3(11,11) 1(3,70)
5 ≤ 45 Kurang Sekali 2(7,14) - -
Jumlah Siswa 28(100) 27(100) 27(100)
Rata-Rata Kelas 81,75 80,67 79,34
Kategori Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas diperoleh daya serap siswa nilai PPK pada kuis 5 adalah 81,75% dengan kategori baik. Pada kuis 6 daya serap adalah 80,67% dengan kategori baik. Pada ujian blok II daya serap adalah 79,34 dengan kategori baik.
Gambar 3: Perbandingan Daya Serap Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Kuis dan Ujian Blok Siklus II
2) Tugas
Pada pertemuan kelima siswa disuruh mengerjakan tugas rumah yang dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Daya serap siswa berdasarkan nilai tugas rumah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Daya Serap Siswa Berdasarkan Nilai Tugas Siswa Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup pada Siklus II
No Skor Kategori Materi keanekaragaman makhluk hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 5 17,85
2 75 – 84 Baik 23 82,14
3 65 – 74 Cukup
4 45 – 64 Kurang -
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 28 100
Rata-Rata Kelas 78,55
Kategori Baik
Berdasarkan tabel di atas daya serap siswa nilai tugas 5 pada siklus II dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu: kategori amat baik 5 siswa (17,85%), kategori baik 23 siswa (82,14%), sedangkan kategori cukup, kurang dan kategori kurang sekali tidak ada. Rata rata daya serap siswa pada nilai tugas pada kuis II adalah 78,55% (kategori baik), terlampir pada Lampiran 62.
4.2.8. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep Pada Siklus II
Hasil belajar siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup melalui penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dikelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 menganalisa daya serap dan ketuntasan individual siswa.
1) Daya serap
Hasil daya serap nilai pengetahuan pemahaman konsep siswa berdasarkan rata-rata nilai kuis, nilai ujian blok 2 dan tugas. Daya serap siswa pada siklus II pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:
Tabel 14. Daya Serap Siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup
No Skor Kategori Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik 11 39,28
2 75 – 84 Baik 10 35,71
3 65 – 74 Cukup 5 17,85
4 45 – 64 Kurang 2 7,14
5 ≤ 45 Kurang Sekali - -
Jumlah 28 100
Rata-Rata Kelas 79,61
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa pada Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu: kategori amat baik 11 orang siswa (39,28%), kategori baik 10 orang siswa (35,71%), kategori cukup 5 orang siswa (17,85%), kategori kurang 2 orang siswa (7,14%). Sedangkan kategori kurang sekali tidak ada. Daya serap siswa pada nilai pengetahuan pemahaman konsep (PPK) pada siklus II adalah 79,61% (kategori baik).
2) Ketuntasan Individual Siswa
Ketuntasan belajar biologi pengetahuan pemahaman konsep siswa pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup setelah penerapan direct instructions dengan praktikum lapangan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini:
Tabel 15. Ketuntasan Individual Siswa Pada Siklus II Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup
No Kategori Jumlah siswa Persentase
1 Tuntas 27 96,42%
2 Tindak tuntas 1 3,57%
jumlah 28 100
ketuntasan klasikal 96,42% (tuntas)
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dijelaskan bahwa siklus II, ketuntasan belajar biologi siswa Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup dari 28 siswa yang tuntas 27 siswa (96,42%), dan 1 siswa (3,57%) dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai KKM sebesar 65.
Ketuntasan belajar biologi siswa pengetahuan pemahaman konsep (PPK) pada pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup maka nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) pada siklus II ketuntasan klasikalnya 92,85% secara klasikal dinyatakan tuntas karena rata-rata ketuntasan lebih dari 85% dari jumlah siswa. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK) setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan.
4.2.9. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI) Pada Siklus II
Nilai kinerja ilmiah pada siklus II materi keanekaragaman makhluk hidup dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16 berikut:
Tabel 16. Nilai Kinerja Ilmiah Siswa Kelas VIIA Pokok Bahasan Keanekaragaman Makhluk Hidup Pada Siklus II
No Skor Kategori Materi keanekaragaman makhluk hidup
Jumlah siswa Persentase (%)
1 85 – 100 Amat Baik -
2 75 – 84 Baik 25 89,28
3 65 – 74 Cukup 2 7,14
4 45 – 64 Kurang 1 3,57
5 ≤ 45 Kurang Sekali -
Jumlah 28 100
Rata-rata kelas 77,17
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil kinerja ilmiah siswa pada siklus II dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik sebanyak 25 siswa (89,28%), kategori cukup sebanyak 2 orang siswa (7,14), dan kategori kurang sebanyak 1 siswa (3,57%), sedangkan kategori amat baik, dan kurang sekali tidak ada. Rata-rata nilai kinerja ilmiah siswa pada siklus II adalah 77,17% (kategori baik).
4.2.10 Refleksi Siklus II
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya
4.2.11 Analisis Perbandingan Hasil Belajar
1) Nilai Pengetahuan Pemahan Konsep (PPK)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal pada nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) sebelum penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dan setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan pada siklu I dan II dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 17. Perbandingan hasil belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK)
No Analisis hasil belajar Sebelum PTK Setelah PTK
Siklus I Setelah PTK
Siklus II
1 Daya serap 65,89 75,12 79,61
2 Ketuntasan Klasikal 71,42% 85,71 92,85
Berdasarkan tabel di atas, maka peningkatan hasil belajar sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I dan II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 7. Perbandingan hasil belajar PPK
2) Nilai Kinerja Ilmiah (KI)
Perbandingan hasil belajar kinerja ilmiah sebelum penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dengan setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Perbandingan Hasil Belajar Kinerja Ilmiah (KI)
No Analisis hasil belajar Sebelum PTK Setelah PTK
Siklus I Setelah PTK
Siklus II
1 Nilai KI 68,25 75,40 77,17
Berdasarkan tabel di atas, maka peningkatan kinerja ilmiah sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I dan II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 8. Perbandingan Hasil Belajar KI
Berdasarkan perbandingan hasil belajar PPK dan KI di atas, penerapan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan mampu meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011 pada KD 7.1 dan 7.2 dengan menganalisis daya serap dan ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal.
4.3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan penulis terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus berbeda-beda setelah penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan. Hal ini dapat dilihat dari daya serap dan ketuntasan belajar pada standar kompetensi 7 yang terdiri dari satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 7.1 dengan materi komponen ekosistem, peran dan interaksinya. Siklus 2 meliputi SK 7 yang terdiri dari satu Kompetensi Dasar yaitu KD 7.2 dengan materi pokok keanekaragaman mahkluk hidup dan upaya pelestariaanya.
Hasil data yang telah dianalisis secara deskriptif terlihat bahwa hasil belajar siswa pada tiap pertemuan berbeda-beda, ini dapat kita lihat pada Siklus I pertemuan 1 (kuis) pada pokok bahasan Ekosistem yaitu hasil belajar siswa dengan rata-rata 78,14 pada kategori baik, pertemuan II dengan rata-rata 79,7 pada kategori baik, pertemuan III dengan rata-rata 81,88 dengan kategori baik. Pertemuan IV yaitu ujian blok dengan rata-rata 77,8 pada kategori baik. Sedangkan pada siklus II dilaksanakan 2 kali kuis, dari analaisis kuis tersebut rata-rata daya serap pada pertemuan V yaitu sebesar 81,75 (kategori baik), pada kuis VIyaitu 80,67 (kategori baik). Pertemuan VII yaitu ujian blok siklus II dengan rata-rata 79,34 (kategori baik). Daya serap siswa pada kuis 5 mengalami penurunan dibandingkan pada kuis 4, karena pada pertemuan ini konsentrasi belajar siswa menurun dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya sehingga pembelajaran menjadi tidak kondusif. Menurut Purwanto (2009), manusia memiliki perasaan yang turut mempengaruhi hasil pengukuran atas dirinya. Misalnya siswa yang diukur hasil belajarnya dengan tes yang sama pada kondisi sehat, gembira, ruang nyaman, pengawasan baik dan sebagainya akan berbeda apabila siswa diuji dalam kondisi sakit, sedih, ruang tak nyaman, pengawasan yang menegangkan, dan sebagainya. Berbagai kendala diluar tes hasil belajar dapat mempengaruhi hasil tes sehingga hasil ukurannya mengandung kesalahan.
Daya serap siswa sebelum PTK sebesar 65,89% dengan kategori cukup sedangkan setelah PTK pada siklus I sebesar 75,12% dengan kategori baik dan pada siklus II hasil belajar terus meningkat menjadi 79,61% dengan kategori baik. Dari data ini dapat dilihat perbandingan peningkatan daya serap siswa sebelum PTK dan setelah PTK pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9,23% sedangkan dari siklus I ke II terjadi peningkatan sebesar 4,49%. Dengan demikian secara keseluruhan terjadi peningkatan daya serap siswa dari sebelum PTK dan sesudah PTK siklus II sebesar 13,72%.
Ketuntasan individu sebelum PTK dari 28 orang siswa hanya 20 orang siswa yang telah tuntas dan sisanya sebanyak 8 orang siswa yang belum tuntas. Pada siklus 1 dari 28 orang siswa sebanyak 24 orang telah tuntas dan 4 orang yang belum tuntas, sedangkan pada siklus 2, dari 27 orang siswa sebanyak 26 orang telah tuntas dan 1 orang belum tuntas karena belum mencapai KKM yang di tetapkan oleh SMPN 2 Tandun untuk mata pelajaran IPA Biologi yaitu 65.
Ketuntasan klasikal sebelum PTK sebesar 71,42%. Dan pada Siklus I sebesar 85,71%. Secara klasikal pada Siklus 1 dinyatakan Tuntas sedangkan pada Siklus II sebesar 96,29%. Secara klasikal pada Siklus II dinyatakan tuntas. Ketuntasan klasikal nilai KI sebelum PTK adalah 75%. Secara klasikal nila KI sebelum PTK dinyatakan tidak tuntas dan pada Siklus I sebesar 96,42%. Secara klasikal nilai KI Siklus I dinyatakan tuntas sedangkan Siklus II nilai KI sebesar 96,42%. Secara klasikal nilai KI Siklus II dinyatakan tuntas.
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian diketahui bahwa nilai PPK siklus I dan siklus II dan nilai KI siklus I dan siklus II diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan adanya perubahan seperti cara berpikir dan minat siswa sehingga nilai yang diperoleh meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadinata (2007) yaitu penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perubahan prilaku, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Dengan kata lain penggunaan metode pempelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Desmiati (2009) diketahui bahwa penerapan praktikum lapangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan dan daya serap siswa. Daya serap siswa sebelum PTK (65,76%), setelah PTK Siklus 1 (71,02%) dan setelah PTK Siklus 2 (80,38%). Kemudian ketuntasan belajar siswasebelum PTK (69,76%) setelah PTK Siklus 1 (76,92%) dan setelah PTK Siklus 2 (88,1%).
Selanjutnya Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Maidesi (2010), maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran ekspositori dengan metode pengamatan juga dapat meningkatkan hasil belajar biologi dengan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 67,18% dan pada siklus II rata-rata sebesar 70,24%.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari analisis nilai PPK dan KI.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIA SMPN 2 Tandun Tahun Ajaran 2010/2011.
5.2 Saran
1. Bagi guru mata pelajaran biologi agar dapat menerapkan pembelajaran direct instruction dengan praktikum lapangan untuk menambah variasi dalam mengajar dan juga dapat merangsang siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian dan menerapkan penerapan direct instruction dengan praktikum lapangan hendaknya membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar, dan terlebih dahulu mempersiapkan tempat pembelajaran sebelum pembelajaran dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Desmiati. 2009. Penerapan Praktikum Lapangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII5 SMPN 4 Siak-Hulu Kampar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. 2006. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Elfis. 2010a. Desain PTK.Available at: http://3.bp.blogspot.com. (di akses 10 Juli 2010).
Elfis. 2010b. Teknik Analisa Data. Available at : http//elfisuir.blogspot.com. (di akses 16 Mei 2010).
Elfis. 2010c. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa-1. Available At: http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-biologi.html. Di Akses (2 Oktober 2010).
Elfis. 2010d. Hubungan Antara Kontruktivisme Dalam Pendekatan Kontekstual. Available at: http://elfisuir.blogspot. Di akses (3 Oktober 2010).
Gimin, Murni, Bahar, Johar, Wilson, Mustofa. 2008. Model-model Pembelajaran. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Herliani, E., Indrawati, Setiawan.R, Noeraida. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: PPPPKIPA. Media Online. Available at:http//pusat panduan.com. Diakses 12 april 2011.
Ismail. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIB SMP N 25 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas islam riau. Pekanbaru.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Maidesi, R. 2010. Penerapan pembelajaran ekspositori dengan metode pengamatan di kelas VIIc SMPN 3 Tambang tahun ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas islam riau. Pekanbaru.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riyanto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rustaman. 1995. Penerapan Metode Praktikum Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Kimia. http://pascaldaddy512.worotpress.com/2008/12/07. Diakses 21 Desember 2010.
Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Sabtu, 22 Oktober 2011
PEMBELAJARAN INKUIRI (SKRIPSI)
OLEH: JASRI,S.Pd
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedawasaan anak didik (Sardiman, 2008).
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).
Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah salah satu faktor-faktor yang manghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran Biologi, ditemukan berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Berkenaan dengan rendahnya hasil belajar Biologi siswa maka perlu perbaikan terhadap proses pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran yang tepat. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan metode pembelajaran yan efektif (Sumiati dan Asra, 2007). Strategi pembelajaran bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar, akan tetapi justru menitik beratkan pada aktivitas siswa, serta tidak hanya membuat guru aktif memberi penjelasan, tetapi membantu siswa aktif dan mampu menjawab soal- soal latihan.
Peneliti melihat model yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan proses pembelajaran Biologi adalah Pembelajaran Inkuiri terbimbing. Inkuiri Terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009). Siswa terlibat dalam membangun pengalaman belajarnya, sehingga dapat melihat keterkaitan materi yang dipelajari dengan dunia nyata.
Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah pada mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya.
Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja.
Siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.
Siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar.
Nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka peneliti perlu memberi batasan, yaitu : Penelitian ini menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang dilakukan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dengan Kompetensi Dasar 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir 2010/2011?”
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
5. 1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/2011 setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
5. 2 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
Guru; sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar.
Sekolah; untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah.
Peneliti; untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi.
Siswa; untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
1.6 Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari (Johnson, 2009).
Inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009).
BAB 2
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Kontruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan kontruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan terhadap siswa; (2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mengajar (Kunandar, 2008).
Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :
Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar;
Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka;
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyan-pertanyaan guru;
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain;
Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri;
Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi;
Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses “menemukan”.
Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
Paradigma Pembelajaran IPA Biologi
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Trianto, 2007).
Belajar biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Pembelajaran biologi harus dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung karena siswa itu perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan juga mengkomunikasikan hasil pengamatan, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan dan memecahkan masalah sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Herlina (2007), menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran bologi, seorang siswa dituntut untuk menguasai tiga ranah yang meliputi:
Kognitif, memiliki enam taraf, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Afektif, meliputi: memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan, dan memperhatikan nilai atau seperangakat nilai.
Psikomotor, meliputi: persepsi, respon terbimbing, respon mekanis, dan respon kompleks.
Handayani (2007), tujuan mata pelajaran IPA biologi yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan dalam:
Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan secara lisan dan tertulis.
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi.
Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, ketermpilan dan sikap percaya diri.
Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008).
Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Menurut Lufri (2007), ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:
Konstruktivisme (constructivisme)
Konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut;
Guru adalah salah satu sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.
Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah dalam diri mereka.
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan dari guru-guru.
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing keaktifan siswa.
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri.
Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiataan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat atau hafalan, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah.
Mengumpulkan data melalui observasi dengan cara:
Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
Mengamati dan mengumpulkan data dari sumber atau objek yang diamati.
Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan/observasi dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
Mempresentasikan hasil observasi di depan kelas.
Hasil observasi disampaikan didepan kelas untuk mendapatkan masukan.
Bertanya jawab dengan teman.
Memunculkan ide-ide baru.
Melakukan refleksi.
Evaluasi.
Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berguna untuk:
Mengawali informasi
Mengecek pemahaman siswa
Memecahkan persoalan yang dihadapi
Membangkitkan respon kepada siswa
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyamankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Pemodelan (modelling)
Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahaskan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.
Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.
Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan perkembangan belajar siswa. Ciri-ciri penilaian autentik yaitu: harus mengukur semua aspek pembelajaran, dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, menggunakan berbagai cara dan sumber, tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian¬-bagian yang kehidupan siswa yang nyata setiap hari, penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa.
2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Orlic dalam Admin (2009), menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu : (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalaui observasi, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun kesimpulan yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) sejumlah kesimpulan tertentu akan diperoleh dari siswa, dan (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan.
Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Bertanya
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah :
Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains.
Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.
Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Trianto (2009), langkah-langkah pemebelajaran inkuiri yang harus dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Fase Guru
Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
Membuat hipotesis Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
Mengumpulkan dan menganalisa data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil observasi
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Sumber: Trianto, 2009
2.1.5 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008).
Menurut Syah (2008), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
2.1.6 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.
Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Slameto (2003), menjelaskan ciri-ciri tingkah laku sebagai hasil belajar adalah: (a) perubahan terjadi secara sadar artinya, seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, (b) perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap, (e) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari, (f) perubahan mencakup segala aspek tingkah laku, perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku.
Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu:
Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ahmadi (2005), menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu sebagai berikut:
Faktor raw input (yaitu faktor murid itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologis
b) Kondisi psikologis
2) Faktor environmental input (yaitu faktor lingkungan), baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial
3) Faktor instrumental input, meliputi:
a) Kurikulum
b) Program atau bahan pengajaran
c) Sarana dan prasarana
d) Tenaga pendidik (guru)
2.1.7 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008).
Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009).
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusmaneli (2010), terhadap siswa kelas VII SMPN 18 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada adalah 74,6 kategori cukup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009), terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Untuk ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/ 1011.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret dari tangal 8 Maret hingga 30 Maret 2011, yang dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir (Lampiran 1).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, yang berjumlah tiga kelas yaitu kelas VIIA, VIIB, dan VIIC dengan jumlah seluruh siswa 107 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik dengan memberikan soal pre-test (lampiran 2) kepada seluruh populasi kelas, kemudian hasil pre-test (lampiran 59 dan 60) akan digunakan untuk dianalisis untuk melihat kemampuan dasar siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diambil dua kelas yang mempunyai nilai rata-rata yang sama (homogen). Kedua kelas tersebut akan dipilih secara acak untuk menentukan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Disini dapat dilihat dari hasil belajar pre-test siswa baik itu dari kelas dari eksperimen dan kontrol. Kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 60), diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t. Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VIIA dan VIIB dalam keadaan homogen. Pada analisis statistik t_hitung > t_tabel, artinya analisis berada pada daerah penerimaan H_I sehingga tolak H_O dan terima H_I. Dengan diterimanya H_I berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Apabila dilihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen 〖(VII〗_B) adalah 66,76, sedangkan kelas kontrol 〖(VII〗_A) adalah 66,57.
3.3 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (2008) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang membandingkan dua kelas sasaran penelitian. Satu kelas diberi perlakuan khusus dan satu kelas lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diterapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Tabel 2. Bentuk Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T1 Kelas yang Menerapkan Inkuiri terbimbing T2
Kontrol T1 Kelas yang tidak Menerapkan Pembelajaran Inkuiri terbimbing T2
Sumber: Modifikasi dari Sukardi , 2008
Keterangan:
T1 = Skor hasil belajar pre-test kedua kelas
T2 = Skor hasil post-test kedua kelas
Prosedur penelitian
Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain:
Menetapkan waktu penelitian yaitu bulan Maret 2011.
Menetapkan kelas eksperimen dan Kontrol.
Menetapkan materi yang akan diajarkan.
Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKPD), post-test, dan soal-soal ujian blok.
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.
2) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen
Pendahuluan
Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Motivasi dan apersepsi.
Kegiatan inti
Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari.
Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa.
Membantu siswa membuat hipotesis
Membagikan LKPD 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan.
Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa yang dianggap kurang tepat dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar.
Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan.
3) Penutup
Memberikan soal berupa post-test.
Menugaskan siswa berupa PR serta membawa alat dan bahan percobaan pada pertemuan berikutnya.
Kelas Kontrol
Pendahuluan
Guru memulai pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik.
Kegiatan Inti
Peserta didik duduk berdasarkan tempat duduknya masing-masing.
Guru menuliskan materi pelajaran.
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menampilkan media pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Peserta didik diminta menanggapi penjelasan guru dengan cara bertanya, dan menjawab pertanyaan dari guru.
Kegiatan akhir
Guru membimbing peserta didik dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut.
Guru memberikan post-test.
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Silabus (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Silabus adalah penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai serta materi pokok yang perlu menggambarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi. (Lampiran 4)
Rencana Pelaksanan Pembelajaran ( RPP) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
RPP adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis oleh peneliti berisikan langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan rincian waktu yang telah ditentukan untuk satu kali pertemuan. (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28, dan 30)
Materi Ajar (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. (Lampiran 9, 14, dan 19)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran10, 15, 20, dan 29)
Soal kuis beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk setiap materi yang telah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 11, 16, dan 21 )
Soal ujian blok beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 23 dan 24)
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes tertulis untuk memperoleh nilai PPK serta penilaian unjuk kerja dan penilaian portofolio untuk perolehan nilai KI. Penilaian PPK diambil dari nilai tes akhir pelajaran yang di peroleh setelah proses belajar mengajar (Lampiran 55 dan 57), tugas rumah yang dikerjakan secara individu (Lampiran 12 dan 17) dan ketuntasan ujian blok yang soalnya berjumlah 20 terdiri dari 15 soal objektif dan 5 soal esai (Lampiran 23) . Sedangkan penilaian KI diambil dari unjuk kerja yang penilaiannya dilakukan pada kegiatan praktikum dilaksanakan (Lampiran 32, 37, dan 42) pada lembar praktikum kemudian perwakilan satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum dan penilaian portofolio dalam bentuk laporan praktikum (Lampiran 31, 36, 41, dan 52). Pada penilaian individu dalam kelompok dilakukan pada saat proses diskusi tanya jawab dan penilaian setiap kelompok dinilai dari laporan. (Lampiran 33, 38,43, dan 54)
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Data yang diolah ialah data hasil belajar siswa dan kinerja ilmiah siswa.
3.6.1Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
3.6.1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Nilai PPK didapatkan dari nilai Tugas (T), nilai Pekerjaan Rumah (PR), nilai Kuis Tertulis (QT), dan Ujian Blok (UB). Masing-masing nilai ini akan dirumuskan sebagai berikut:
NUB PPK = 60% x (rata-rata nilai T + PR + QT) + 40% x UB (Elfis, 2010).
Pengolahan Data Hasil Belajar KI
Menurut Elfis (2010) nilai KI: didapatkan dari nilai portofolio (LKS dan makalah), serta nilai unjuk kerja (presentase portofolio). Masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
NUB KI = 40% x (rata-rata nilai portofolio) + 60% x (rata-rata nilai unjuk kerja)
3.6.2 Analisis Data Deksriptif
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Elfis (2010) analisis data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) daya serap, (b) ketuntasan individu, dan (c) ketuntasan klasikal. Analisis daya serap, ketuntasan individu, dan ketuntasan klasikal didasarkan pada pencapaian hasil belajar siswa melalui dua kelompok penilaian, yaitu penilaian pencapaian hasil belajar pemahaman dan penerapan konsep (PPK) dan penilaian pencapaian hasil belajar kinerja ilmiah (KI).
Kriteria penentuan pencapaian hasil belajar siswa
Daya Serap
Daya serap =
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar, dianalisis dengan menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Daya Serap Siswa
Interval (%) Kategori
90 – 100
80 – 89
65 – 79
56 – 64
≤ 55 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Sumber: Purwanto, 2008 (Disesuaikan dengan KKM sekolah)
Ketuntasan Belajar
(1.b) Ketuntasan individu siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal 75% terhadap pemahaman materi yang dipelajarinya berdasarkan tolak ukur kriteria ketuntasan minimal (KKM). Di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, nilai KKM ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan individu siswa adalah ≥ 65.
(2.b) Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
KK (%) =
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis, 2010)
3.6.3 Analisis Data Inferensial
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah secara statistik dengan uji-t (uji perbedaan rata-rata: uji satu pihak). Uji-t digunakan untuk melihat adanya perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) hasil belajar biologi siswa kedua kelas VII pada SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2009/ 2011 dari kedua kelas yang dijadikan sampel.
Langkah-langkah statistik uji-t:
Mencari nilai rata-rata kelas
(Sudjana, 2002)
Mencari varians
Uji kesamaan varians
4) Mencari standar deviasi gabungan (S)
5) Apabila Fhitung < Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila Fhitung > Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda
Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu:
Rumus hipotesis
H0 : =
H1 : ≠
Kriteria pengujian hipotesa:
Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < ttabel Terima H1 dan tolak H0 apabila thitung > ttabel (Sudjana, 2002)
Taraf signifikan (α) = 0,05
Keterangan:
F = simbol statistik untuk menguji varians
t = simbol statistik untuk menguji hipotesis
S^2 = varians
n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = banyaknya sampel kelompok kontrol
X1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
X2 = nilai rata-rata kelas kontrol
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Paparan Data Hasil Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di kelas VIIB dan VIIA SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah yang terdiri dari 6 kali pertemuan. Satu kali pertemuan untuk pengambilan data pre-test untuk menentukan kelas penelitian. Pengambilan data pre-test di kelas VIIB dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 pada jam ketiga dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran, kelas VIIC dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Maret 2011 pada jam kesembilan dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran dan kelas VIIA dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011 pada jam keempat dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran. Pre-test diberikan kepada seluruh populasi kelas dengan jumlah siswa 104 orang. Materi yang diujikan adalah Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Soal pre-test terdiri dari 10 soal objektif. Data kemudian diolah secara statistik untuk menentukan kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen (Menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) dan kelas kontrol (Tidak menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) berdasarkan homogenitas kelas.
Pertemuan sosialisasi dilakukan sebanyak satu kali pertemuan untuk mengenalkan proses belajar mengajar yang akan dilakukan sekaligus melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak merasa canggung lagi baik terhadap guru maupun pada metode pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap sosialisasi ini, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri dengan bimbingan guru. Dengan pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa pada setiap kelompoknya. Kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran seperti halnya kelompok eksperimen. Empat kali pertemuan berikutnya merupakan tahap pengambilan data. Pada kedua kelas penelitian, setiap pertemuan untuk perlakuan dilaksanakan dengan memberikan materi pokok yang sama yaitu pada SK 7 dengan KD 7.1 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dalam setiap pertemuan.
Pada setiap pertemuan, kelompok eksperimen melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pokok bahasan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan model pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen. Pada pertemuan terakhir (pertemuan keempat) digunakan untuk evaluasi hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan pada silabus dan sistem penilaian (Lampiran 4 dan 7) dan RPP (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28 dan 30) dari masing-masing kelas penelitian.
Kelas eksperimen (VIIB)
Penelitian di kelas ekperimen mulai dilaksanakan pada tanggal 8 Maret sampai dengan 29 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan membandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam materi komponen ekosistem, peran dan interaksinya, dan satu kali ujian blok. Alokasi waktu pada penelitian di kelas eksperimen dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa dengan alokasi waktu 2x40 menit, dimulai pada pukul 08.00 sampai 09.10 WIB. Jumlah siswa di kelas eksperimen ini adalah 34 orang, terdiri dari 26 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa 8 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah ekosistem. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman sekolah dan kebun sekolah. Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Kemudian guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru lalu memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi ekosistem untuk menarik perhatian siswa.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme? dan bagaimana pula peran ekosistem dalam upaya pelestarian suatu organisme dari kepunahan? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu bahwa suatu ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena antara komponen biotik dan abiotik sangat berpengaruh penting dalam kehidupan suatu ekosistem, adapun peran ekosistem di dalam pelestarian untuk terhindar dari kepunahan diantaranya antara organisma dan ekosistem harus saling mendukung untuk melangsungkan hidupnya di alam, guru kemudian mengajak siswa untuk melakukan observasi. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan observasi. Guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok. Setelah mengetahui bahwa alat-alat yang mereka bawa telah lengkap, maka guru langsung membimbing para siswa menuju ke lapangan. Kelompok 1 dan 8 melakukan observasi di padang rumput, kelompok 2, 7 sungai, kelompok 3 dan 6 pekarangan, sedangkan kelompok 4 dan 5 di hutan homogen, waktu yang ditetapkan untuk melakukan observasi adalah 20 menit.
Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa di kelas berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Pada kegiatan ini guru memberikan LKPD 1 (lampiran 10) pada setiap kelompok dan menjelaskan cara mengerjakan LKPD tersebut. Tiap kelompok berdiskusi. Setelah selesai mendiskusikan, guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil yaitu kelopok 2, 5 dan 8. Pada presentasi pertama adalah kelompok 5 yaitu (Em), pada diskusi kelompok yang bertanya yaitu MrT, DS, DH dan KR. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 5. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi MR. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 8 yaitu (PVW). Siswa yang bertanya yaitu RS, RF, Fik, HW dan DY. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 8. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini FMA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 2 yaitu (Ao) dengan siswa yang bertanya yaitu AI, MF, AM, dan RNS. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 2. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi diantaranya EDS. Kemudian guru-guru memberikan kuis (Lampiran 11), dan guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12), menutup pelajaran.
Pertemuan kedua
Pertemuan Ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 15 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah hubungan saling ketergantungan. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman dan kebun sekolah yaitu tentang pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, dan menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan.
Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Guru kemudian memeriksa alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru kemudian memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi hubungan saling ketergantungan untuk menarik perhatian siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah hubungan saling ketergantungan berlangsung? Apakah akibat yang akan muncul apabila terjadi gangguan pada komponen penyusun ekosistem? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu hubungan saling ketergantungan berlangsung dengan adanya saling ketergantungan antara organisme dan alam yang mana keduanya saling membutuhkan untuk mempertahankan hidup. Apakah masalah yang muncul bila penyusun komponen ekosistem maka suatu ekosistem mengalami kepunahan?
Guru menginformasikan dalam LKPD 2 (lampiran 15) diadakan praktikum di laboratorium? Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh tiap kelompok. Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik dan biotik terhadap pertumbuhan dan perkembangan di dalam suatu ekosistem. Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Guru memerintahkan kepada setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dan mempresentasikan hasil diskusinya. Guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil presentasi yaitu kelompok 1, 3 dan 6. Pada presentasi pertama adalah kelompok 3 yaitu RNS, Siswa yang bertanya kelompok 3 ini yaitu IS, IF, FMA, RF dan HH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 3. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini AMS. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 6 yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD yaitu (HH). Siswa yang bertanya yaitu MS, VPW dan WH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 6. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini NA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 1 yaitu (AI) yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD. Siswa yang bertanya yaitu SY, MR dan HW. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 1. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini YDS.
Setelah presentasi kelompok selesai, guru memberikan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada kelompok 2, 4 dan 6. Guru kemudian membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Siswa kembali duduk ke bangku masing-masing dan kemudian guru memberikan kuis (Lampiran 16) pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17).
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir, dan terlihat siswa telah duduk sesuai kelompoknya yang telah dibagi pada tahap sosialisasi. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian memulai pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 18). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan secara ringkas mengenai materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Setelah itu, guru memberikan rumusan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran kepada siswa, yaitu “Bagimanakah hubungan simbiosis kompetisi, dan predasi dapat berlangsung?”. Para siswa memberikan jawaban sementara, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan melalui LKPD 3 yang telah diberikan pada tahap sosialisasi (lampiran 20). Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam melakukan pengamatan sesuai dengan LKPD 3 dan mengecek kelengkapan alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok dan diberikan waktu selama + 20 menit untuk melakukan pengamatan dilingkungan sekolah, berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang ada di LKPD 3.
Perwakilan dari kelompok 7 (DY) kemudian mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah DH, RF, HH, dan RF dan siswa yang menjawab adalah kelompok 7 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi RZF, dan dilanjutkan presentasi perwakilan dari kelompok 4 (IS) dan mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah WH, SY, RNS, dan MrT dan siswa yang menjawab adalah kelompok 3 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi yaitu KS. Guru kemudian memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Guru kemudian memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Pada akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan diadakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan diujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Kelas Kontrol (VIIA)
Penelitian di kelas kontrol mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2011 sampai 30 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan materi pokok Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya serta satu
kali ujian blok. Pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan tanpa menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Agar tidak terjadi kecenderungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka peneliti menggunakan multimedia pada saat pembelajaran di kelas kontrol. Alokasi waktu pada penelitian di kelas kontrol dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 08.35 s/d 10.15 wib, dimana jam 09.10 s/d 09.40 jam istirahat dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pada pukul 08.35 s/d 10.15 Wib untuk pertemuan ke-1. Pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 08.35 s/d 10.15 wib untuk pertemuan ke-2. Pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-3. Sedangkan pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-4. Jumlah siswa di kelas kontrol ini adalah 35 orang, terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Kamis 10 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 1 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 26). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Ekosistem sedangkan para siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut. Kemudian guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 11) dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 2 SK 2 KD 7.1 (Lampiran 27). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Hubungan Saling Ketergantungan. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 16), dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17). Kemudian guru membagi kelompok belajar serta menjelaskan alat dan bahan yang akan dibawa untuk pertemuan berikutnya. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu 23 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 28). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Guru menyuruh para siswa untuk duduk dikelompoknya masing-masing dan memberikan LKPD (lampiran 29) pada tiap kelompok yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya. Setelah tiap kelompok selesai melakukan diskusi dan menjawab pertanyaan, perwakilan kelompok 4 (PW) dan 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (RA, AR, HA, dan MAS) dan siswa yang menjawab (PW, TMK, DA, dan NF) dan siswa yang menyanggah pendapat temannya AS. Dan perwakilan kelompok 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (GY, HAS, MON, dan AND) dan siswa yang menjawab (NUR, MFH, BR, KR dan RG) dan siswa yag menyimpulkan hasil diskusi FC. Kemudian guru memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Kemudian guru memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan di adakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan di ujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen
Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Setiap akhir proses belajar mengajar guru memberikan kuis berdasarkan materi yang telah dipelajari. Data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan perbandingan nilai hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dengan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya.
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Daya Serap Siswa yang Menerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis Tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12(35,29) 15 (44,17) 17(50) 17 (50)
2 80 – 89 Baik 7 ( 20,58) 5 (14,70) 10(29,41) 11(32,35)
3 65 – 79 Cukup 10 (29,41) 12 (35,29) 7 (20,58) 6 (17,64)
4 56 – 64 Kurang 3 (8,83) 1 (2,94) - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 2 (5,82) - - -
Jumlah 34 34 34 34
Rata-rata 79,26 85,29 89,91 87,76
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dari nilai kuis siswa tiap pertemuan. Pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 2 orang siswa dengan daya serap 5,82% (kategori kurang sekali), dari 34 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,26% (Lampiran 34). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,94% (kategori kurang), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 85,29% (Lampiran 39). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 89,91% (Lampiran 44). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup) dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 87,76%, (Lampiran 45).
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 79,26%. Pertemuan ke-2 mengalami penurunan nilai dengan daya serap kuis yaitu 85,29%. Pertemuan ke-3 mengalami peningkatan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 89,91%. Ujian blok nilai daya serap siswa mengalami penurunan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 87,76%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas eksperimen diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 88,60% (Lampiran 56). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12 35,25
2 80 – 89 Baik 15 44,11
3 65 – 79 Cukup 7 20,58
4 56 – 64 Kurang - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 34
Rata-rata Kelas 86,28
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,11% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup dari 34 orang). Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 86,28% (kategori baik).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah, dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 6. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 29 5 34 85,29
Kuis 2 32 1 34 94,11
Kuis 3 34 - 34 100
Ujian Blok 32 2 34 92,11
Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 29 orang siswa (85,29%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami peningkatan pada kuis 2 terdapat 32 orang siswa (94,11%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan kembali terdapat 34 orang siswa (100%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 32 orang siswa (92,11%) dari 34 orang siswa.
Tabel 7. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 34 29 5 85,29 Tuntas
Kuis 2 34 32 1 94,11 Tuntas
Kuis 3 34 34 - 100 Tuntas
Ujian Blok 34 32 2 94,11 Tuntas
Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 85,29%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu 94,11%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 100%. Pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 94,11%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 8. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 34 100
Tidak Tuntas - -
Jumlah 34 100
Ketuntasan Klasikal 100 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 34 orang siswa tuntas secara individual (100%) disebut tuntas
Kelas Kontrol (VIIA)
4.1.2.1 Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Daya Serap Siswa yang tidak Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 9 (26,47) 14(41,17) 11(32,35) 13(37,14)
2 80 – 89 Baik 6 (17,64) - 11(32,35) 9(25,71)
3 65 – 79 Cukup 12 (35,29) 12(35,29) 6(17,64) 6(17,14)
4 56 – 64 Kurang 5(14,70) 9(26,47) 7 (20,78) -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 3(8,82) - - 1(2,85)
Jumlah 35 35 35 35
Rata-rata 75,14 79,18 82,04 80,8
Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas Kontrol (VIIA) dari nilai kuis siswa pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 3 orang siswa dengan daya serap 8,82% (kategori kurang sekali), dari 35 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 75,14% (Lampiran 46). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 14 orang siswa dengan daya serap 41,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 9 orang siswa dengan daya serap 26,47% (kategori kurang), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,18% (Lampiran 48). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 11` orang siswa dengan daya serap 32,35% (kategori baik sekali dan baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 82,04% (Lampiran 50). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 13 orang siswa dengan daya serap 37,14% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,85% (kategori kurang sekali) dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 80,8% (Lampiran 45).
Gambar 2. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 75,14%, pertemuan ke-2 mengalami peningkatan nilai dengan daya serap kuis yaitu 79,18%, pada pertemuan ke-3 mengalami penurunan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 82,04%, dan pada ujian blok nilai daya serap siswa mengalami kenaikan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 80,8%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas Kontrol diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 77,25% (Lampiran 57). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Komponen ekosistem peran dan intraksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 3 8,57%
2 80 – 89 Baik 10 28,57%
3 65 – 79 Cukup 21 60%
4 56 – 64 Kurang 7 20%
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 2703,94 35
Rata-rata Kelas 77,25
Kategori Cukup
Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 21` orang siswa dengan daya serap 60% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20% (kategori kurang) dari 35 orang. Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 77,25% (kategori cukup).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Kontrol (VIIA), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 27 8 35 77,14
Kuis 2 26 9 35 74,28
Kuis 3 29 7 35 82,85
Ujian Blok 29 7 35 80
Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 27 orang siswa (77,14%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada kuis 2 terdapat 26 orang siswa (74,28%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan terdapat 29 orang siswa (82,85%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 2 orang siswa (80%) dari 35 orang siswa.
Tabel 12. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 35 27 8 77,14 Tuntas
Kuis 2 35 26 9 74,28 Tuntas
Kuis 3 35 29 7 82,85 Tuntas
Ujian Blok 35 29 6 82,85 Tuntas
Berdasarkan Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 77,14%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami penurunanan yaitu 74,28%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan kembali 82,85% dan pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 82,85%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Kontrol (VIIA)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 31 88,57
Tidak Tuntas 4 11,42
Jumlah 35 100
Ketuntasan Klasikal 88,571 (Tuntas)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 31 orang siswa tuntas secara individual (88,57%).
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai KI
Nilai KI siswa di kelas eksperimen diperoleh dari nilai unjuk kerja dan portofolio (Laporan pratikum). Nilai unjuk kerja yaitu dari praktikum, diskusi dan presentasi dan portofolio yaitu dari laporan praktikum. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai unjuk kerja dari nilai diskusi dan nilai portofolio diperoleh dari nilai laporan praktikum.
Tabel 14. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kinerja Ilmiah (KI) Siswa Kelas Eksperimen (VIIB) dan Kelas Kontrol (VIIA)
Kelas Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%) Ketuntasan Individual
Tuntas Tidak Tuntas
Eksperimen 1 34 - 34 100 T
2 34 - 34 100 T
3 34 - 34 100 T
Kontrol 3 33 2 33 94,28 T
Dapat dilihat pada Tabel 14 bahwa di kelas eksperimen pada pertemuan ke-1 terdapat siswa yang tuntas secara individual dengan persentase 100%, dan mengalami ketetapan pada pertemuan ke-2 dengan siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada pertemuan ke-3 kembali mengalami peningkatan dimana jumlah siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang siswa dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Sedangkan di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 terdapat siswa yang tuntas secara individual yaitu 33 orang dengan persentase 94,05% dari 35 orang siswa yang hadir.
Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa ketuntasan individu siswa pada nilai KI (Kinerja Ilmiah) mata pelajaran IPA Biologi di kelas eksperimen adalah 94,28% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual. Sedangkan di kelas kontrol adalah 97,05% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual.
4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Analisis Inferensial untuk Pre-test
Berdasarkan hasil pre-test siswa kelas VII SMPIT Syahrudiniyah Tahun Ajaran 2010/2011 (lampiran 59) dapat ditentukan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol. Data hasil pre-test kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Hasil Analisis Data Pre-test
Kelas n ∑X_ X ̅ 〖∑X_1〗^2 〖(∑X_1)〗^2
Ekperimen
Kontrol 34
35 2270
2330 66.76471
66.57143 161900
164300 5152900
5428900
Dari Tabel di atas, kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians, diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t. Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VII_b dan VII_a dalam keadaan homogen. Berdasarkan hasil analisis statistik maupun hasil rata-rata kelas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan dasar sama (homogen) atau mendekati sama. Analisis Inferensial untuk PPK Data PPK (Lampiran 61) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 16. Hasil Analisis Data PPK Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2) Eksperimen (VIIB) 34 2933,86 86,29 254593,2 8607534 Kontrol (VIIA) 35 2703,94 77,26 212140,9 7311292 Berdasarkan Tabel 16, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 62), maka diperoleh nilai Fhitung = 2,20 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 8,35 dan nilai thitung = 9,92 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa pada penelitian ini hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak Ho karena thitung > ttabel, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 86,28 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 77,25.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan PPK dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Analisis Inferensial untuk KI
Data KI (Lampiran 63) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Hasil Analisis Data KI
Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2)
Eksperimen (VIIB) 34 2668,867 78,50 209599,2 7122851
Kontrol (VIIA) 35 2390,467 68,30 164901,4 5714332
Berdasarkan Tabel 17, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 64), maka diperoleh nilai Fhitung = 15,31 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 5,09 dan nilai thitung = 11,21 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa thitung > ttabel, maka hipotesis terima H1, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 78,49 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 68,29.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan KI dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kamapar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka terdapat perbedaan hasil belajar dalam proses pembelajaran antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran Inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada analisis statistik data PPK nilai thitung = 9,92 dan ttabel = 2,00, artinya thitung > ttabel maka hasil analisis berada pada daerah penerimaan H1 sehingga tolak H0 dan terima H1. Dengan diterimanya H1 berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Jika dilihat dari persentase daya serap PPK siswa kelas eksperimen (VIIB) yaitu 86,28% pada kategori baik dengan ketuntasan individu siswa yaitu 34 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 100% sehingga kelas dikatakan tuntas. Pada kelas kontrol (VIIA) persentase daya serap siswa yaitu 77,25% pada kategori cukup dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 (20%) orang siswa dengan ketuntasan individu siswa yaitu 28 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 80% sehingga kelas dikatakan tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan pada kelas kontrol menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang mandiri dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada kelas Eksperimen (VIIB) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang siswa dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hal ini disebabkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing masih merupakan suatu yang baru oleh siswa, dan sebagian dari siswa tersebut masih belum dapat beradaptasi seperti penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikelas, dan kurangnya kerjasama dalam diskusi kelompok.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Daya serap ini mengalami peningkatan karena siswa mulai terbiasa dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan adanya motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu 89,91 dan lebih meningkat dari nilai rata-rata kuis pertemuan 2 dari 34 orang siswa yang hadir. Daya serap ini mengalami peningkatan karena ada motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok, Guru/ peneliti melakukan tindakan lanjut dengan selalu memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat lebih aktif, dapat bekerja sama, dan mempelajari terlebih dahulu materi.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok dengan daya serap siswa yaitu 87,76 pada kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 17 (50%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 2 (5,88%) orang siswa.. Penurunan ini dikarenakan materi yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai kuis tiap pertemuan dan ujian blok yaitu 85,55% pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001).
Pada kelas kontrol (VIIA) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 75,14% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik ada 9 (26,47%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang ada 5 (14,70%) orang siswa dan pada kategori kurang sekali sebanyak 3 (8,82%) orang siswa. Nilai rata-rata kuis pada kelas kontrol ini lebih rendah dibanding pada kelas eksperimen, karena model pembelajaran yang digunakan berbeda.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,18% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 14 (41,17%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 9 (26,47%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan meningkatnya minat, kemandirian, dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 82,04% dengan kategori baik dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 6 (17,64%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan siswa serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok pada kelas kontrol dengan daya serap siswa lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen yaitu 80,8% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 13 (37,14%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 9 (25,71%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,14%) orang siswa, dan pada kategori kurang sekali sebanyak 6 (17,14%) orang siswa. Ini disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya digunakan metode ceramah dan siswa hanya terpaku pada penjelasan guru yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Selain dari daya serap siswa, peningkatan hasil belajar siswa juga dilihat dari ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas eksperimen terdapat 34 orang siswa yang tuntas secara individu dengan ketuntasan klasikal 85,29% dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 32 orang dengan ketuntasan klasikal 94,11% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 34 orang dengan ketuntasan klasikal 84,62% dari 34 orang siswa yang hadir, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 32 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 94,11% sehingga kelas eksperimen (VIIB) dapat dikatakan tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas kontrol terdapat 27 orang siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 77,14% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami penurunan yaitu menjadi 26 orang dengan ketuntasan klasikal 74,28% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 29 orang dengan ketuntasan klasikal 80% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 29 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 80% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tidak tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu nilai PPK siswa pada kelas eksperimen dari 34 orang siswa sebanyak 34 (88,6%) orang siswa yang tuntas karena mencapai KKM yaitu 65, dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 100% dan siswa kelas eksperimen (VIIB) dikatakan tuntas secara klasikal. Perbandingan ketuntasan individu pada kelas kontrol (VIIA) yaitu dari 35 orang siswa sebanyak 30 (85,71%) orang siswa yang tuntas, dan sebanyak 4 (11,42%) orang siswa yang tidak tuntas dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 85,71% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tuntas secara klasikal.
Selain nilai PPK, siswa turut dinilai dari hasil belajar KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) (lampiran 56 dan 58) ini dianalisis dari nilai unjuk kerja dan portofolio. Berdasarkan analisis data ketuntasan individual nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) dari 34 orang siswa, 100% orang siswa dikatakan tuntas karena sudah melebihi KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Sedangkan pada kelas kontrol (VIIB) dari 35 orang siswa, 34 (97,14%) orang siswa dikatakan tuntas dan 1 (2,85%) orang siswa dikatakan tidak tuntas karena tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Jika kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dibandingkan ketuntasan individual nilai KI maka terdapat selisih angka yaitu siswa yang tuntas 10,17%. Untuk ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) sebesar 100% sedangkan ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas kontrol (VIIA) sebesar 97,14%. Terdapat perbedaan ketuntasan klasikal nilai KI antara kelas eksperimen (VIIB) dengan kelas kontrol (VIIA) sebesar 2,86%.
Perbedaan nilai rata-rata KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA), hal ini karena pada kelas eksperimen (VIIB) siswa lebih sering melakukan pratikum, diskusi, dan persentasi sehingga siswa lebih aktif dalam bertanya dan menjawab, sedangkan pada kelas kontrol (VIIA) sebaliknya yaitu tidak pernah pratikum dan diskusi sehingga siswa jarang bertanya, karena model pembelajaran yang diterapkan lebih membuat siswa kurang aktif dan kurang bersemangat.
Adanya perbedaan hasil belajar siswa baik dalam nilai PPK dan KI antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) disebabkan karena pada kelas eksperimen (VIIB) diterapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing sehingga siswa dapat berfikir aktif, analitis serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang diberikan guru. Dengan kata lain penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing di kelas eksperimen (VIIB), hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Adapun kelemahan Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu: (1) Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Adapun kelebihan dari Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut: (1) Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, (2) Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan, dan (4) Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010. Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Inkuiri terbimbing berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa pada pokok materi komponen ekosistem, peran dan intraksinya kelas VII SMP IT Syahruddiniyah, semester genap tahun ajaran 2010/ 2011.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurang agar mendapat perhatian yang lebih.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.
Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model Pembelajaran inkuiri terbimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. Model Pembelajaran. http://gurupemula.co.cc/ (Diakses 5 Februari 2010).
Ahmadi, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Ahmad, Andi. 2011. Hakikat Metode Inkuiri. http://pjjpgsd.dikti.go.id . (Diakses 26 April 2011).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Elfis. 2009. Model RPP Dengan Berbagai Model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Pekanbaru (Tidak dipublikasikan).
Elfis. 2010a. Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 20 Maret 2010).
Elfis. 2010b. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Handayani, Retno Dwi. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun Ajaran 2006/ 2007. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. UIN. Jakarta.
Ibrahim. 2009. Http://.Blogspot.Com. Pembelajaran Inkuiri. (Diakses 20 Maret 2010).
Johnson B. Elaine. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Mizan Media utama (MMU). Bandung.
Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek, dan Penelitian. UNP Press. Padang.
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto. N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Prenada Media Group. Bandung.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Wacana Prima: Bandung.
Sutrisno, Joko. 2008. Metode Pembelajaran Inkuiry. http://gurupkn.wordpress.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
Trianto. 2007. Model Pembelajran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedawasaan anak didik (Sardiman, 2008).
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).
Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah salah satu faktor-faktor yang manghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran Biologi, ditemukan berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Berkenaan dengan rendahnya hasil belajar Biologi siswa maka perlu perbaikan terhadap proses pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran yang tepat. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan metode pembelajaran yan efektif (Sumiati dan Asra, 2007). Strategi pembelajaran bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar, akan tetapi justru menitik beratkan pada aktivitas siswa, serta tidak hanya membuat guru aktif memberi penjelasan, tetapi membantu siswa aktif dan mampu menjawab soal- soal latihan.
Peneliti melihat model yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan proses pembelajaran Biologi adalah Pembelajaran Inkuiri terbimbing. Inkuiri Terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009). Siswa terlibat dalam membangun pengalaman belajarnya, sehingga dapat melihat keterkaitan materi yang dipelajari dengan dunia nyata.
Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
Siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah pada mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya.
Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja.
Siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.
Siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar.
Nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka peneliti perlu memberi batasan, yaitu : Penelitian ini menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang dilakukan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dengan Kompetensi Dasar 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh Inkuiri Terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir 2010/2011?”
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
5. 1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Syahrudiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/2011 setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
5. 2 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
Guru; sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar.
Sekolah; untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah.
Peneliti; untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi.
Siswa; untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
1.6 Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari (Johnson, 2009).
Inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto, 2009).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009).
BAB 2
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Kontruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan kontruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan terhadap siswa; (2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mengajar (Kunandar, 2008).
Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :
Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar;
Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka;
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyan-pertanyaan guru;
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain;
Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri;
Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi;
Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses “menemukan”.
Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
Paradigma Pembelajaran IPA Biologi
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Trianto, 2007).
Belajar biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Pembelajaran biologi harus dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung karena siswa itu perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan juga mengkomunikasikan hasil pengamatan, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan dan memecahkan masalah sehari-hari (Saptono dalam Handayani, 2007).
Herlina (2007), menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran bologi, seorang siswa dituntut untuk menguasai tiga ranah yang meliputi:
Kognitif, memiliki enam taraf, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Afektif, meliputi: memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan, dan memperhatikan nilai atau seperangakat nilai.
Psikomotor, meliputi: persepsi, respon terbimbing, respon mekanis, dan respon kompleks.
Handayani (2007), tujuan mata pelajaran IPA biologi yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan dalam:
Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan secara lisan dan tertulis.
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi.
Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, ketermpilan dan sikap percaya diri.
Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008).
Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Menurut Lufri (2007), ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:
Konstruktivisme (constructivisme)
Konstruktivisme adalah landasan berfikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut;
Guru adalah salah satu sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.
Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah dalam diri mereka.
Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan dari guru-guru.
Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing keaktifan siswa.
Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri.
Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiataan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat atau hafalan, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah.
Mengumpulkan data melalui observasi dengan cara:
Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
Mengamati dan mengumpulkan data dari sumber atau objek yang diamati.
Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan/observasi dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
Mempresentasikan hasil observasi di depan kelas.
Hasil observasi disampaikan didepan kelas untuk mendapatkan masukan.
Bertanya jawab dengan teman.
Memunculkan ide-ide baru.
Melakukan refleksi.
Evaluasi.
Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berguna untuk:
Mengawali informasi
Mengecek pemahaman siswa
Memecahkan persoalan yang dihadapi
Membangkitkan respon kepada siswa
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyamankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Pemodelan (modelling)
Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahaskan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.
Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu.
Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan perkembangan belajar siswa. Ciri-ciri penilaian autentik yaitu: harus mengukur semua aspek pembelajaran, dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, menggunakan berbagai cara dan sumber, tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian¬-bagian yang kehidupan siswa yang nyata setiap hari, penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa.
2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Orlic dalam Admin (2009), menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu : (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalaui observasi, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun kesimpulan yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (6) sejumlah kesimpulan tertentu akan diperoleh dari siswa, dan (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan.
Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah
Berorientasi pada pengembangan intelektual
Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Bertanya
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah :
Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains.
Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.
Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Trianto (2009), langkah-langkah pemebelajaran inkuiri yang harus dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Fase Guru
Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
Membuat hipotesis Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan
Mengumpulkan dan menganalisa data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil observasi
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Sumber: Trianto, 2009
2.1.5 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008).
Menurut Syah (2008), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
2.1.6 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.
Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Slameto (2003), menjelaskan ciri-ciri tingkah laku sebagai hasil belajar adalah: (a) perubahan terjadi secara sadar artinya, seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, (b) perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, (d) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap, (e) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari, (f) perubahan mencakup segala aspek tingkah laku, perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku.
Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu:
Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ahmadi (2005), menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu sebagai berikut:
Faktor raw input (yaitu faktor murid itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologis
b) Kondisi psikologis
2) Faktor environmental input (yaitu faktor lingkungan), baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial
3) Faktor instrumental input, meliputi:
a) Kurikulum
b) Program atau bahan pengajaran
c) Sarana dan prasarana
d) Tenaga pendidik (guru)
2.1.7 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008).
Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009).
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusmaneli (2010), terhadap siswa kelas VII SMPN 18 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada adalah 74,6 kategori cukup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009), terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010 dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Untuk ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2010/ 1011.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret dari tangal 8 Maret hingga 30 Maret 2011, yang dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir (Lampiran 1).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, yang berjumlah tiga kelas yaitu kelas VIIA, VIIB, dan VIIC dengan jumlah seluruh siswa 107 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik dengan memberikan soal pre-test (lampiran 2) kepada seluruh populasi kelas, kemudian hasil pre-test (lampiran 59 dan 60) akan digunakan untuk dianalisis untuk melihat kemampuan dasar siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diambil dua kelas yang mempunyai nilai rata-rata yang sama (homogen). Kedua kelas tersebut akan dipilih secara acak untuk menentukan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Disini dapat dilihat dari hasil belajar pre-test siswa baik itu dari kelas dari eksperimen dan kontrol. Kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 60), diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t. Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VIIA dan VIIB dalam keadaan homogen. Pada analisis statistik t_hitung > t_tabel, artinya analisis berada pada daerah penerimaan H_I sehingga tolak H_O dan terima H_I. Dengan diterimanya H_I berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Apabila dilihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen 〖(VII〗_B) adalah 66,76, sedangkan kelas kontrol 〖(VII〗_A) adalah 66,57.
3.3 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (2008) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang membandingkan dua kelas sasaran penelitian. Satu kelas diberi perlakuan khusus dan satu kelas lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diterapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Tabel 2. Bentuk Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T1 Kelas yang Menerapkan Inkuiri terbimbing T2
Kontrol T1 Kelas yang tidak Menerapkan Pembelajaran Inkuiri terbimbing T2
Sumber: Modifikasi dari Sukardi , 2008
Keterangan:
T1 = Skor hasil belajar pre-test kedua kelas
T2 = Skor hasil post-test kedua kelas
Prosedur penelitian
Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain:
Menetapkan waktu penelitian yaitu bulan Maret 2011.
Menetapkan kelas eksperimen dan Kontrol.
Menetapkan materi yang akan diajarkan.
Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKPD), post-test, dan soal-soal ujian blok.
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.
2) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen
Pendahuluan
Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Motivasi dan apersepsi.
Kegiatan inti
Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari.
Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa.
Membantu siswa membuat hipotesis
Membagikan LKPD 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan.
Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa yang dianggap kurang tepat dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar.
Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan.
3) Penutup
Memberikan soal berupa post-test.
Menugaskan siswa berupa PR serta membawa alat dan bahan percobaan pada pertemuan berikutnya.
Kelas Kontrol
Pendahuluan
Guru memulai pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik.
Kegiatan Inti
Peserta didik duduk berdasarkan tempat duduknya masing-masing.
Guru menuliskan materi pelajaran.
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menampilkan media pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Peserta didik diminta menanggapi penjelasan guru dengan cara bertanya, dan menjawab pertanyaan dari guru.
Kegiatan akhir
Guru membimbing peserta didik dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut.
Guru memberikan post-test.
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Silabus (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Silabus adalah penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai serta materi pokok yang perlu menggambarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi. (Lampiran 4)
Rencana Pelaksanan Pembelajaran ( RPP) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
RPP adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis oleh peneliti berisikan langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan rincian waktu yang telah ditentukan untuk satu kali pertemuan. (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28, dan 30)
Materi Ajar (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1)
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. (Lampiran 9, 14, dan 19)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran10, 15, 20, dan 29)
Soal kuis beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk setiap materi yang telah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 11, 16, dan 21 )
Soal ujian blok beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari. (Kelas VII SMP pada SK. 7 dan KD. 7.1) (Lampiran 23 dan 24)
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes tertulis untuk memperoleh nilai PPK serta penilaian unjuk kerja dan penilaian portofolio untuk perolehan nilai KI. Penilaian PPK diambil dari nilai tes akhir pelajaran yang di peroleh setelah proses belajar mengajar (Lampiran 55 dan 57), tugas rumah yang dikerjakan secara individu (Lampiran 12 dan 17) dan ketuntasan ujian blok yang soalnya berjumlah 20 terdiri dari 15 soal objektif dan 5 soal esai (Lampiran 23) . Sedangkan penilaian KI diambil dari unjuk kerja yang penilaiannya dilakukan pada kegiatan praktikum dilaksanakan (Lampiran 32, 37, dan 42) pada lembar praktikum kemudian perwakilan satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum dan penilaian portofolio dalam bentuk laporan praktikum (Lampiran 31, 36, 41, dan 52). Pada penilaian individu dalam kelompok dilakukan pada saat proses diskusi tanya jawab dan penilaian setiap kelompok dinilai dari laporan. (Lampiran 33, 38,43, dan 54)
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Data yang diolah ialah data hasil belajar siswa dan kinerja ilmiah siswa.
3.6.1Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
3.6.1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Nilai PPK didapatkan dari nilai Tugas (T), nilai Pekerjaan Rumah (PR), nilai Kuis Tertulis (QT), dan Ujian Blok (UB). Masing-masing nilai ini akan dirumuskan sebagai berikut:
NUB PPK = 60% x (rata-rata nilai T + PR + QT) + 40% x UB (Elfis, 2010).
Pengolahan Data Hasil Belajar KI
Menurut Elfis (2010) nilai KI: didapatkan dari nilai portofolio (LKS dan makalah), serta nilai unjuk kerja (presentase portofolio). Masing-masing nilai akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
NUB KI = 40% x (rata-rata nilai portofolio) + 60% x (rata-rata nilai unjuk kerja)
3.6.2 Analisis Data Deksriptif
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi siswa sesudah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Elfis (2010) analisis data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) daya serap, (b) ketuntasan individu, dan (c) ketuntasan klasikal. Analisis daya serap, ketuntasan individu, dan ketuntasan klasikal didasarkan pada pencapaian hasil belajar siswa melalui dua kelompok penilaian, yaitu penilaian pencapaian hasil belajar pemahaman dan penerapan konsep (PPK) dan penilaian pencapaian hasil belajar kinerja ilmiah (KI).
Kriteria penentuan pencapaian hasil belajar siswa
Daya Serap
Daya serap =
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar, dianalisis dengan menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Daya Serap Siswa
Interval (%) Kategori
90 – 100
80 – 89
65 – 79
56 – 64
≤ 55 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Sumber: Purwanto, 2008 (Disesuaikan dengan KKM sekolah)
Ketuntasan Belajar
(1.b) Ketuntasan individu siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal 75% terhadap pemahaman materi yang dipelajarinya berdasarkan tolak ukur kriteria ketuntasan minimal (KKM). Di SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir, nilai KKM ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan individu siswa adalah ≥ 65.
(2.b) Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
KK (%) =
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis, 2010)
3.6.3 Analisis Data Inferensial
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah secara statistik dengan uji-t (uji perbedaan rata-rata: uji satu pihak). Uji-t digunakan untuk melihat adanya perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) hasil belajar biologi siswa kedua kelas VII pada SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir Tahun Ajaran 2009/ 2011 dari kedua kelas yang dijadikan sampel.
Langkah-langkah statistik uji-t:
Mencari nilai rata-rata kelas
(Sudjana, 2002)
Mencari varians
Uji kesamaan varians
4) Mencari standar deviasi gabungan (S)
5) Apabila Fhitung < Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila Fhitung > Ftabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda
Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu:
Rumus hipotesis
H0 : =
H1 : ≠
Kriteria pengujian hipotesa:
Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < ttabel Terima H1 dan tolak H0 apabila thitung > ttabel (Sudjana, 2002)
Taraf signifikan (α) = 0,05
Keterangan:
F = simbol statistik untuk menguji varians
t = simbol statistik untuk menguji hipotesis
S^2 = varians
n1 = banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = banyaknya sampel kelompok kontrol
X1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
X2 = nilai rata-rata kelas kontrol
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Paparan Data Hasil Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di kelas VIIB dan VIIA SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah yang terdiri dari 6 kali pertemuan. Satu kali pertemuan untuk pengambilan data pre-test untuk menentukan kelas penelitian. Pengambilan data pre-test di kelas VIIB dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 pada jam ketiga dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran, kelas VIIC dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Maret 2011 pada jam kesembilan dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran dan kelas VIIA dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011 pada jam keempat dengan alokasi waktu 15 menit pelajaran. Pre-test diberikan kepada seluruh populasi kelas dengan jumlah siswa 104 orang. Materi yang diujikan adalah Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Soal pre-test terdiri dari 10 soal objektif. Data kemudian diolah secara statistik untuk menentukan kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen (Menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) dan kelas kontrol (Tidak menerapkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) berdasarkan homogenitas kelas.
Pertemuan sosialisasi dilakukan sebanyak satu kali pertemuan untuk mengenalkan proses belajar mengajar yang akan dilakukan sekaligus melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak merasa canggung lagi baik terhadap guru maupun pada metode pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap sosialisasi ini, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi melalui usaha sendiri dengan bimbingan guru. Dengan pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa pada setiap kelompoknya. Kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran seperti halnya kelompok eksperimen. Empat kali pertemuan berikutnya merupakan tahap pengambilan data. Pada kedua kelas penelitian, setiap pertemuan untuk perlakuan dilaksanakan dengan memberikan materi pokok yang sama yaitu pada SK 7 dengan KD 7.1 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dalam setiap pertemuan.
Pada setiap pertemuan, kelompok eksperimen melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pokok bahasan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan model pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen. Pada pertemuan terakhir (pertemuan keempat) digunakan untuk evaluasi hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan pada silabus dan sistem penilaian (Lampiran 4 dan 7) dan RPP (Lampiran 8, 13, 18, 22, 26, 27, 28 dan 30) dari masing-masing kelas penelitian.
Kelas eksperimen (VIIB)
Penelitian di kelas ekperimen mulai dilaksanakan pada tanggal 8 Maret sampai dengan 29 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan membandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam materi komponen ekosistem, peran dan interaksinya, dan satu kali ujian blok. Alokasi waktu pada penelitian di kelas eksperimen dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa dengan alokasi waktu 2x40 menit, dimulai pada pukul 08.00 sampai 09.10 WIB. Jumlah siswa di kelas eksperimen ini adalah 34 orang, terdiri dari 26 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa 8 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah ekosistem. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman sekolah dan kebun sekolah. Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Kemudian guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru lalu memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi ekosistem untuk menarik perhatian siswa.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme? dan bagaimana pula peran ekosistem dalam upaya pelestarian suatu organisme dari kepunahan? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu bahwa suatu ekosistem mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena antara komponen biotik dan abiotik sangat berpengaruh penting dalam kehidupan suatu ekosistem, adapun peran ekosistem di dalam pelestarian untuk terhindar dari kepunahan diantaranya antara organisma dan ekosistem harus saling mendukung untuk melangsungkan hidupnya di alam, guru kemudian mengajak siswa untuk melakukan observasi. Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan observasi. Guru mengecek alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok. Setelah mengetahui bahwa alat-alat yang mereka bawa telah lengkap, maka guru langsung membimbing para siswa menuju ke lapangan. Kelompok 1 dan 8 melakukan observasi di padang rumput, kelompok 2, 7 sungai, kelompok 3 dan 6 pekarangan, sedangkan kelompok 4 dan 5 di hutan homogen, waktu yang ditetapkan untuk melakukan observasi adalah 20 menit.
Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa di kelas berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Pada kegiatan ini guru memberikan LKPD 1 (lampiran 10) pada setiap kelompok dan menjelaskan cara mengerjakan LKPD tersebut. Tiap kelompok berdiskusi. Setelah selesai mendiskusikan, guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil yaitu kelopok 2, 5 dan 8. Pada presentasi pertama adalah kelompok 5 yaitu (Em), pada diskusi kelompok yang bertanya yaitu MrT, DS, DH dan KR. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 5. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi MR. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 8 yaitu (PVW). Siswa yang bertanya yaitu RS, RF, Fik, HW dan DY. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 8. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini FMA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 2 yaitu (Ao) dengan siswa yang bertanya yaitu AI, MF, AM, dan RNS. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 2. Sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi diantaranya EDS. Kemudian guru-guru memberikan kuis (Lampiran 11), dan guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12), menutup pelajaran.
Pertemuan kedua
Pertemuan Ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 15 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang, submateri yang diajarkan adalah hubungan saling ketergantungan. Pada hari itu siswa melaksanakan observasi yang dilaksanakan di taman dan kebun sekolah yaitu tentang pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, dan menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan.
Sebelum memulai proses belajar mengajar, terlebih dahulu guru mengabsen siswa agar mengetahui siswa yang tidak hadir. Guru kemudian memeriksa alat-alat yang dibawa oleh tiap kelompok. Guru kemudian memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi hubungan saling ketergantungan untuk menarik perhatian siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kemudian guru merumuskan masalah, yaitu bagaimanakah hubungan saling ketergantungan berlangsung? Apakah akibat yang akan muncul apabila terjadi gangguan pada komponen penyusun ekosistem? Para siswa memberikan jawaban sementara, yaitu hubungan saling ketergantungan berlangsung dengan adanya saling ketergantungan antara organisme dan alam yang mana keduanya saling membutuhkan untuk mempertahankan hidup. Apakah masalah yang muncul bila penyusun komponen ekosistem maka suatu ekosistem mengalami kepunahan?
Guru menginformasikan dalam LKPD 2 (lampiran 15) diadakan praktikum di laboratorium? Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh tiap kelompok. Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik, pengaruh komponen biotik terhadap komponen abiotik, menyusun rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen abiotik dan biotik terhadap pertumbuhan dan perkembangan di dalam suatu ekosistem. Setelah selesai melakukan observasi, guru membawa siswa kembali ke dalam kelas. Siswa berdiskusi dalam tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD. Guru memerintahkan kepada setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dan mempresentasikan hasil diskusinya. Guru mempersilahkan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada pertemuan ini ada tiga kelompok yang tampil presentasi yaitu kelompok 1, 3 dan 6. Pada presentasi pertama adalah kelompok 3 yaitu RNS, Siswa yang bertanya kelompok 3 ini yaitu IS, IF, FMA, RF dan HH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 3. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini AMS. Pada presentasi ke-2 adalah kelompok 6 yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD yaitu (HH). Siswa yang bertanya yaitu MS, VPW dan WH. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 6. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini NA. Pada presentasi ke-3 adalah kelompok 1 yaitu (AI) yang siap untuk mempresentasikan hasil LKPD. Siswa yang bertanya yaitu SY, MR dan HW. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu seluruh anggota kelompok 1. Siswa yang menyimpulkan hasil diskusi ini YDS.
Setelah presentasi kelompok selesai, guru memberikan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada kelompok 2, 4 dan 6. Guru kemudian membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Siswa kembali duduk ke bangku masing-masing dan kemudian guru memberikan kuis (Lampiran 16) pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17).
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir, dan terlihat siswa telah duduk sesuai kelompoknya yang telah dibagi pada tahap sosialisasi. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian memulai pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 18). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan secara ringkas mengenai materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Setelah itu, guru memberikan rumusan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran kepada siswa, yaitu “Bagimanakah hubungan simbiosis kompetisi, dan predasi dapat berlangsung?”. Para siswa memberikan jawaban sementara, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan melalui LKPD 3 yang telah diberikan pada tahap sosialisasi (lampiran 20). Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam melakukan pengamatan sesuai dengan LKPD 3 dan mengecek kelengkapan alat-alat yang dibawa oleh setiap kelompok dan diberikan waktu selama + 20 menit untuk melakukan pengamatan dilingkungan sekolah, berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang ada di LKPD 3.
Perwakilan dari kelompok 7 (DY) kemudian mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah DH, RF, HH, dan RF dan siswa yang menjawab adalah kelompok 7 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi RZF, dan dilanjutkan presentasi perwakilan dari kelompok 4 (IS) dan mempresentasikan hasil diskusi LKPD 3. Guru membimbing diskusi, siswa yang bertanya adalah WH, SY, RNS, dan MrT dan siswa yang menjawab adalah kelompok 3 sedangkan siswa yang menyimpulkan hasil diskusi yaitu KS. Guru kemudian memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Guru kemudian memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Pada akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan diadakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan diujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Kelas Kontrol (VIIA)
Penelitian di kelas kontrol mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2011 sampai 30 Maret 2011, dengan empat kali pertemuan untuk SK 7 KD 7.1 dengan materi pokok Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya serta satu
kali ujian blok. Pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan tanpa menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Agar tidak terjadi kecenderungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka peneliti menggunakan multimedia pada saat pembelajaran di kelas kontrol. Alokasi waktu pada penelitian di kelas kontrol dalam satu minggu ada satu kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011 08.35 s/d 10.15 wib, dimana jam 09.10 s/d 09.40 jam istirahat dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pada pukul 08.35 s/d 10.15 Wib untuk pertemuan ke-1. Pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 08.35 s/d 10.15 wib untuk pertemuan ke-2. Pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-3. Sedangkan pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dimulai pukul 09.40 s/d 10.50 WIB untuk pertemuan ke-4. Jumlah siswa di kelas kontrol ini adalah 35 orang, terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Kamis 10 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 1 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 26). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Ekosistem sedangkan para siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut. Kemudian guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 11) dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 12). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 2 SK 2 KD 7.1 (Lampiran 27). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Hubungan Saling Ketergantungan. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran, guru membuka sesi pertanyaan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 16), dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (lampiran 17). Kemudian guru membagi kelompok belajar serta menjelaskan alat dan bahan yang akan dibawa untuk pertemuan berikutnya. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu 23 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dengan menggunakan multimedia. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas (PR). Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran serta memberi apersepsi dan memotivasi siswa sesuai RPP 3 SK 7 KD 7.1 (Lampiran 28). Guru menulis topik pembelajaran dan menjelaskan materi pembelajaran yaitu Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya pada sub materi Pola Interaksi Organisme. Siswa mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Guru menyuruh para siswa untuk duduk dikelompoknya masing-masing dan memberikan LKPD (lampiran 29) pada tiap kelompok yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya. Setelah tiap kelompok selesai melakukan diskusi dan menjawab pertanyaan, perwakilan kelompok 4 (PW) dan 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (RA, AR, HA, dan MAS) dan siswa yang menjawab (PW, TMK, DA, dan NF) dan siswa yang menyanggah pendapat temannya AS. Dan perwakilan kelompok 7 (NUR) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membimbing diskusi serta siswa yang bertanya (GY, HAS, MON, dan AND) dan siswa yang menjawab (NUR, MFH, BR, KR dan RG) dan siswa yag menyimpulkan hasil diskusi FC. Kemudian guru memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan tersebut dan guru memberikan kuis yang berlangsung + 5 menit (Lampiran 21). Kemudian guru memberikan informasi tentang ujian blok yang akan diadakan minggu depan dan memberikan kisi-kisi untuk ujian blok pada SK 7 KD 7.1 (lampiran 25). Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada Rabu tanggal 30 Maret 2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 35 orang. Guru menyapa dan mengabsen siswa dengan menanyakan kepada ketua kelas siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa pada hari ini akan di adakan ujian blok atau evaluasi hasil belajar. Sebelum diadakan ujian, guru menyuruh siswa untuk menjarakkan tempat duduk agar selama proses ujian berlangsung tidak terjadi kerjasama antar siswa dan diberikan waktu selama + 5 menit untuk membaca materi yang akan di ujikan.
Guru kemudian membagikan lembar soal ujian kepada para siswa dan menjelaskan pelaksanaan tata tertib ujian selama ujian berlangsung. Soal ujian berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal dan essai sebanyak 5 soal dengan waktu + 40 menit (Lampiran 23) dimana hasil ujian tersebut diperiksa dan diberi skor dengan berpedoman pada kunci jawaban (Lampiran 24). Guru mengawasi siswa selama ujian berlangsung. Setelah 40 menit, guru mengumpulkan soal ujian kemudian membahas secara klasikal soal berbentuk objektif untuk menghemat waktu selama 10 menit. Akhir pembelajaran guru menutup pembelajaran dan memberi salam.
Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen
Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Setiap akhir proses belajar mengajar guru memberikan kuis berdasarkan materi yang telah dipelajari. Data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan perbandingan nilai hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dengan Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya.
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Daya Serap Siswa yang Menerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis Tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12(35,29) 15 (44,17) 17(50) 17 (50)
2 80 – 89 Baik 7 ( 20,58) 5 (14,70) 10(29,41) 11(32,35)
3 65 – 79 Cukup 10 (29,41) 12 (35,29) 7 (20,58) 6 (17,64)
4 56 – 64 Kurang 3 (8,83) 1 (2,94) - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 2 (5,82) - - -
Jumlah 34 34 34 34
Rata-rata 79,26 85,29 89,91 87,76
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah dari nilai kuis siswa tiap pertemuan. Pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 2 orang siswa dengan daya serap 5,82% (kategori kurang sekali), dari 34 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,26% (Lampiran 34). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,94% (kategori kurang), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 85,29% (Lampiran 39). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup), dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 89,91% (Lampiran 44). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 17 orang siswa dengan daya serap 50% (sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup) dari 34 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 87,76%, (Lampiran 45).
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 79,26%. Pertemuan ke-2 mengalami penurunan nilai dengan daya serap kuis yaitu 85,29%. Pertemuan ke-3 mengalami peningkatan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 89,91%. Ujian blok nilai daya serap siswa mengalami penurunan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 87,76%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas eksperimen diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 88,60% (Lampiran 56). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
No Interval Kategori Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 12 35,25
2 80 – 89 Baik 15 44,11
3 65 – 79 Cukup 7 20,58
4 56 – 64 Kurang - -
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 34
Rata-rata Kelas 86,28
Kategori Baik
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi Komponen Ekosistem, Peran, dan Interaksinya, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 15 orang siswa dengan daya serap 44,11% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20,58% (kategori cukup dari 34 orang). Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 86,28% (kategori baik).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Eksperimen (VIIB) SMP Islam Terpadu Syahruddiniyah, dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 6. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 29 5 34 85,29
Kuis 2 32 1 34 94,11
Kuis 3 34 - 34 100
Ujian Blok 32 2 34 92,11
Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 29 orang siswa (85,29%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami peningkatan pada kuis 2 terdapat 32 orang siswa (94,11%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan kembali terdapat 34 orang siswa (100%) yang tuntas secara individual dari 34 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 32 orang siswa (92,11%) dari 34 orang siswa.
Tabel 7. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Eksperimen (VIIB)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 34 29 5 85,29 Tuntas
Kuis 2 34 32 1 94,11 Tuntas
Kuis 3 34 34 - 100 Tuntas
Ujian Blok 34 32 2 94,11 Tuntas
Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 85,29%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu 94,11%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 100%. Pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 94,11%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 8. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Eksperimen (VIIB)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 34 100
Tidak Tuntas - -
Jumlah 34 100
Ketuntasan Klasikal 100 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 34 orang siswa tuntas secara individual (100%) disebut tuntas
Kelas Kontrol (VIIA)
4.1.2.1 Analisis Data Daya Serap Siswa untuk Nilai PPK
Analisis Nilai PPK dari Kuis dan Ujian Blok
Pada akhir pertemuan guru memberikan kuis pada seluruh siswa. Perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis dan ujian blok selama empat kali pertemuan dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Daya Serap Siswa yang tidak Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Hasil Kuis tiap Pertemuan dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Ujian Blok
N (%) N (%) N (%) N (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 9 (26,47) 14(41,17) 11(32,35) 13(37,14)
2 80 – 89 Baik 6 (17,64) - 11(32,35) 9(25,71)
3 65 – 79 Cukup 12 (35,29) 12(35,29) 6(17,64) 6(17,14)
4 56 – 64 Kurang 5(14,70) 9(26,47) 7 (20,78) -
5 ≤ 55 Kurang Sekali 3(8,82) - - 1(2,85)
Jumlah 35 35 35 35
Rata-rata 75,14 79,18 82,04 80,8
Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa daya serap siswa kelas Kontrol (VIIA) dari nilai kuis siswa pada pertemuan ke-1, kuis 1 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 12 orang siswa dengan daya serap 35,29% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 3 orang siswa dengan daya serap 8,82% (kategori kurang sekali), dari 35 orang siswa dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 75,14% (Lampiran 46). Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 14 orang siswa dengan daya serap 41,17% (kategori sangat baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 9 orang siswa dengan daya serap 26,47% (kategori kurang), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 79,18% (Lampiran 48). Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui jumlah siswa tertinggi yaitu 11` orang siswa dengan daya serap 32,35% (kategori baik sekali dan baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 6 orang siswa dengan daya serap 17,64% (kategori cukup), dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 82,04% (Lampiran 50). Pada pertemuan ke-4 diadakan ujian blok dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 13 orang siswa dengan daya serap 37,14% (kategori baik), dan jumlah siswa terendah yaitu 1 orang siswa dengan daya serap 2,85% (kategori kurang sekali) dari 35 orang siswa yang hadir dengan rata-rata daya serap siswa yaitu 80,8% (Lampiran 45).
Gambar 2. Perbandingan Daya Serap Siswa Berdasarkan Kuis dan Ujian Blok pada Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ke-1 nilai daya serap kuis siswa yaitu 75,14%, pertemuan ke-2 mengalami peningkatan nilai dengan daya serap kuis yaitu 79,18%, pada pertemuan ke-3 mengalami penurunan dengan nilai daya serap kuis yang diperoleh siswa yaitu 82,04%, dan pada ujian blok nilai daya serap siswa mengalami kenaikan dengan daya serap nilai ujian blok yang diperoleh siswa yaitu 80,8%.
Analisis Nilai PPK
Nilai rata-rata PPK kelas Kontrol diperoleh dari rata-rata nilai kuis siswa setiap kali pertemuan dan rata-rata nilai tugas rumah dikali 60%, ditambah nilai ujian blok dikali 40%. Setelah menggunakan rumus analisis nilai hasil PPK, maka diperoleh nilai rata-rata PPK yaitu 77,25% (Lampiran 57). Daya serap nilai PPK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Daya Serap Hasil Belajar PPK Kelas Kontrol (VIIA)
No Interval Kategori Komponen ekosistem peran dan intraksinya
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 90 – 100 Sangat Baik 3 8,57%
2 80 – 89 Baik 10 28,57%
3 65 – 79 Cukup 21 60%
4 56 – 64 Kurang 7 20%
5 ≤ 55 Kurang Sekali - -
Jumlah 2703,94 35
Rata-rata Kelas 77,25
Kategori Cukup
Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan daya serap hasil belajar PPK siswa pada materi, dengan jumlah siswa tertinggi yaitu 21` orang siswa dengan daya serap 60% (kategori cukup), dan jumlah siswa terendah yaitu 7 orang siswa dengan daya serap 20% (kategori kurang) dari 35 orang. Rata-rata daya serap siswa pada nilai PPK yaitu 77,25% (kategori cukup).
Analisis Data Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai PPK
Nilai PPK siswa yaitu gabungan dari nilai kuis, ujian blok dan tugas rumah. Berikut diuraikan ketuntasan individual nilai kuis, ujian blok dan PPK dengan tolak ukur KKM sekolah pada mata pelajaran IPA biologi.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai Kuis dan Ujian Blok
Ketuntasan individual dan klasikal siswa selama proses pembelajaran di kelas Kontrol (VIIA), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas Tidak Tuntas
Kuis 1 27 8 35 77,14
Kuis 2 26 9 35 74,28
Kuis 3 29 7 35 82,85
Ujian Blok 29 7 35 80
Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 terdapat 27 orang siswa (77,14%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada kuis 2 terdapat 26 orang siswa (74,28%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, kemudian pada kuis 3 mengalami peningkatan terdapat 29 orang siswa (82,85%) yang tuntas secara individual dari 35 orang siswa, dan mengalami penurunan pada ujian blok, dimana siswa yang tuntas secara individual yaitu 2 orang siswa (80%) dari 35 orang siswa.
Tabel 12. Ketuntasan Klasikal Berdasarkan Nilai Kuis dan Ujian Blok Kelas Kontrol (VIIA)
Kriteria Jumlah Siswa yang Hadir Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa yang tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%) Ket
Kuis 1 35 27 8 77,14 Tuntas
Kuis 2 35 26 9 74,28 Tuntas
Kuis 3 35 29 7 82,85 Tuntas
Ujian Blok 35 29 6 82,85 Tuntas
Berdasarkan Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa pada kuis 1 ketuntasan klasikal siswa yaitu 77,14%. Pada kuis 2 ketuntasan klasikal siswa mengalami penurunanan yaitu 74,28%. Pada kuis 3 ketuntasan klasikal mengalami peningkatan kembali 82,85% dan pada ujian blok ketuntasan klasikal siswa yaitu 82,85%.
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Nilai PPK
Berdasarkan seluruh nilai PPK siswa diperoleh ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai PPK Kelas Kontrol (VIIA)
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas 31 88,57
Tidak Tuntas 4 11,42
Jumlah 35 100
Ketuntasan Klasikal 88,571 (Tuntas)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa angka-angka tersebut merupakan gabungan dari nilai kuis, tugas dan ujian blok yang digabungkan dalam PPK (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep). Ketuntasan individual nilai PPK siswa yaitu terdapat 31 orang siswa tuntas secara individual (88,57%).
Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Siswa untuk Nilai KI
Nilai KI siswa di kelas eksperimen diperoleh dari nilai unjuk kerja dan portofolio (Laporan pratikum). Nilai unjuk kerja yaitu dari praktikum, diskusi dan presentasi dan portofolio yaitu dari laporan praktikum. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai unjuk kerja dari nilai diskusi dan nilai portofolio diperoleh dari nilai laporan praktikum.
Tabel 14. Ketuntasan Individual Berdasarkan Nilai Kinerja Ilmiah (KI) Siswa Kelas Eksperimen (VIIB) dan Kelas Kontrol (VIIA)
Kelas Pertemuan Kategori Jumlah Siswa Persentase (%) Ketuntasan Individual
Tuntas Tidak Tuntas
Eksperimen 1 34 - 34 100 T
2 34 - 34 100 T
3 34 - 34 100 T
Kontrol 3 33 2 33 94,28 T
Dapat dilihat pada Tabel 14 bahwa di kelas eksperimen pada pertemuan ke-1 terdapat siswa yang tuntas secara individual dengan persentase 100%, dan mengalami ketetapan pada pertemuan ke-2 dengan siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada pertemuan ke-3 kembali mengalami peningkatan dimana jumlah siswa yang tuntas secara individual yaitu 34 orang siswa dengan persentase 100% dari 34 orang siswa yang hadir. Sedangkan di kelas kontrol pada pertemuan ke-3 terdapat siswa yang tuntas secara individual yaitu 33 orang dengan persentase 94,05% dari 35 orang siswa yang hadir.
Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa ketuntasan individu siswa pada nilai KI (Kinerja Ilmiah) mata pelajaran IPA Biologi di kelas eksperimen adalah 94,28% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual. Sedangkan di kelas kontrol adalah 97,05% dengan 35 orang siswa tuntas secara individual.
4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Analisis Inferensial untuk Pre-test
Berdasarkan hasil pre-test siswa kelas VII SMPIT Syahrudiniyah Tahun Ajaran 2010/2011 (lampiran 59) dapat ditentukan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol. Data hasil pre-test kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Hasil Analisis Data Pre-test
Kelas n ∑X_ X ̅ 〖∑X_1〗^2 〖(∑X_1)〗^2
Ekperimen
Kontrol 34
35 2270
2330 66.76471
66.57143 161900
164300 5152900
5428900
Dari Tabel di atas, kemudian diadakan pengujian dengan uji kesamaan dua varians, diperoleh nilai F_hitung = 1,16 dengan nilai F_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 1,81. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut maka diperoleh F_hitung < F_tabel yang berarti kedua varians homogen. Kemudian dilakukan uji t. Berdasarkan hasil analisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai t_hitung = 0,21 dengan nilai t_tabel untuk taraf signifikansi 5% = 2,00, oleh karena itu jelas terlihat bahwa t_hitung < t_tabel maka H_O diterima. Dengan demikian kedua kelas tersebut yaitu kelas VII_b dan VII_a dalam keadaan homogen. Berdasarkan hasil analisis statistik maupun hasil rata-rata kelas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan dasar sama (homogen) atau mendekati sama. Analisis Inferensial untuk PPK Data PPK (Lampiran 61) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 16. Hasil Analisis Data PPK Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2) Eksperimen (VIIB) 34 2933,86 86,29 254593,2 8607534 Kontrol (VIIA) 35 2703,94 77,26 212140,9 7311292 Berdasarkan Tabel 16, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 62), maka diperoleh nilai Fhitung = 2,20 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 8,35 dan nilai thitung = 9,92 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa pada penelitian ini hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak Ho karena thitung > ttabel, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 86,28 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 77,25.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan PPK dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kampar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Analisis Inferensial untuk KI
Data KI (Lampiran 63) antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Hasil Analisis Data KI
Kelas N ∑"X" "X" ̅ ∑〖"X" _"1" 〗^2 (∑"X" ^2)
Eksperimen (VIIB) 34 2668,867 78,50 209599,2 7122851
Kontrol (VIIA) 35 2390,467 68,30 164901,4 5714332
Berdasarkan Tabel 17, kemudian data dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua varians (lampiran 64), maka diperoleh nilai Fhitung = 15,31 dengan nilai Ftabel = 1,81 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda. Kemudian dilanjutkan pengujian dengan uji-t.
Setelah dianalisis dengan uji satu pihak dengan jumlah (n) adalah 34 dan 35, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (S) = 5,09 dan nilai thitung = 11,21 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk taraf signifikan 5%. Berdasarkan uji satu pihak tersebut jelas terlihat bahwa thitung > ttabel, maka hipotesis terima H1, artinya pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB.
Secara statistik hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) lebih baik dari pada hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA). Apabila dilihat dari hasil belajar siswa, kelas eksperimen (VIIB) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 78,49 sedangkan kelas kontrol (VIIA) yaitu 68,29.
Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) berdasarkan hasil pre-test dan KI dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dengan demikian setelah diketahui hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen (VIIB) dengan menerapkan pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan Ekosistem, Peran dan Interaksinya memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIIB SMPIT Syahruddiniyah Kamapar Kiri Hilir tahun ajaran 2010/ 2011.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka terdapat perbedaan hasil belajar dalam proses pembelajaran antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran Inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada analisis statistik data PPK nilai thitung = 9,92 dan ttabel = 2,00, artinya thitung > ttabel maka hasil analisis berada pada daerah penerimaan H1 sehingga tolak H0 dan terima H1. Dengan diterimanya H1 berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas. Jika dilihat dari persentase daya serap PPK siswa kelas eksperimen (VIIB) yaitu 86,28% pada kategori baik dengan ketuntasan individu siswa yaitu 34 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 100% sehingga kelas dikatakan tuntas. Pada kelas kontrol (VIIA) persentase daya serap siswa yaitu 77,25% pada kategori cukup dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 (20%) orang siswa dengan ketuntasan individu siswa yaitu 28 orang siswa yang tuntas dan secara klasikal dengan persentase 80% sehingga kelas dikatakan tidak tuntas. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan pada kelas kontrol menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang mandiri dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dilihat dari hasil uji analisis statistik kedua kelas dan rata-rata hasil belajar biologi siswa.
Pada kelas Eksperimen (VIIB) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang siswa dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hal ini disebabkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing masih merupakan suatu yang baru oleh siswa, dan sebagian dari siswa tersebut masih belum dapat beradaptasi seperti penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikelas, dan kurangnya kerjasama dalam diskusi kelompok.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,26 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas 5 (14,70%) orang dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Daya serap ini mengalami peningkatan karena siswa mulai terbiasa dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan adanya motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu 89,91 dan lebih meningkat dari nilai rata-rata kuis pertemuan 2 dari 34 orang siswa yang hadir. Daya serap ini mengalami peningkatan karena ada motivasi dalam diri siswa untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa, siswa juga termotivasi untuk dapat terlibat dalam diskusi secara berkelompok, Guru/ peneliti melakukan tindakan lanjut dengan selalu memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat lebih aktif, dapat bekerja sama, dan mempelajari terlebih dahulu materi.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok dengan daya serap siswa yaitu 87,76 pada kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 17 (50%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 2 (5,88%) orang siswa.. Penurunan ini dikarenakan materi yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai kuis tiap pertemuan dan ujian blok yaitu 85,55% pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001).
Pada kelas kontrol (VIIA) kuis dilakukan sebanyak 3 kali setiap akhir pertemuan, dimana pertemuan ke-1 dengan kuis 1 diketahui rata-rata kelas 75,14% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik ada 9 (26,47%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 6 (17,64%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang ada 5 (14,70%) orang siswa dan pada kategori kurang sekali sebanyak 3 (8,82%) orang siswa. Nilai rata-rata kuis pada kelas kontrol ini lebih rendah dibanding pada kelas eksperimen, karena model pembelajaran yang digunakan berbeda.
Pada pertemuan ke-2 dengan kuis 2 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 79,18% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 14 (41,17%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 12 (35,29%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 9 (26,47%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan meningkatnya minat, kemandirian, dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada pertemuan ke-3 dengan kuis 3 diketahui daya serap siswa yaitu meningkat menjadi 82,04% dengan kategori baik dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kategori sangat baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori baik sebanyak 11 (32,35%) orang siswa, pada kategori kurang sebanyak 6 (17,64%) orang siswa. Daya serap ini mengalami peningkatan disebabkan siswa serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan ujian blok pada kelas kontrol dengan daya serap siswa lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen yaitu 80,8% dengan kategori cukup dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Dengan kategori sangat baik sebanyak 13 (37,14%) orang siswa, pada ketegori baik sebanyak 9 (25,71%) orang siswa, pada kategori cukup sebanyak 6 (17,14%) orang siswa, dan pada kategori kurang sekali sebanyak 6 (17,14%) orang siswa. Ini disebabkan pada kelas kontrol siswa hanya digunakan metode ceramah dan siswa hanya terpaku pada penjelasan guru yang telah dipelajari selama empat kali pertemuan diuji kembali sehingga siswa kesulitan mengingat semua materi pelajaran, selain itu siswa merasa tidak percaya diri dalam menjawab pada soal objektif.
Selain dari daya serap siswa, peningkatan hasil belajar siswa juga dilihat dari ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas eksperimen terdapat 34 orang siswa yang tuntas secara individu dengan ketuntasan klasikal 85,29% dari jumlah siswa yang hadir 34 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 32 orang dengan ketuntasan klasikal 94,11% dari 34 orang siswa yang hadir. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 34 orang dengan ketuntasan klasikal 84,62% dari 34 orang siswa yang hadir, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 32 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 94,11% sehingga kelas eksperimen (VIIB) dapat dikatakan tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu berdasarkan nilai kuis yang telah dianalisis pada kuis 1 kelas kontrol terdapat 27 orang siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 77,14% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 2 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami penurunan yaitu menjadi 26 orang dengan ketuntasan klasikal 74,28% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang. Pada kuis 3 jumlah siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatan yaitu menjadi 29 orang dengan ketuntasan klasikal 80% dari jumlah siswa yang hadir 35 orang, dan pada analisis ketuntasan individu pada ujian blok diperoleh 29 orang yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 80% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tidak tuntas secara klasikal.
Ketuntasan individu nilai PPK siswa pada kelas eksperimen dari 34 orang siswa sebanyak 34 (88,6%) orang siswa yang tuntas karena mencapai KKM yaitu 65, dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 100% dan siswa kelas eksperimen (VIIB) dikatakan tuntas secara klasikal. Perbandingan ketuntasan individu pada kelas kontrol (VIIA) yaitu dari 35 orang siswa sebanyak 30 (85,71%) orang siswa yang tuntas, dan sebanyak 4 (11,42%) orang siswa yang tidak tuntas dengan ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh dari nilai PPK siswa adalah 85,71% sehingga siswa kelas kontrol (VIIA) dikatakan tuntas secara klasikal.
Selain nilai PPK, siswa turut dinilai dari hasil belajar KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) (lampiran 56 dan 58) ini dianalisis dari nilai unjuk kerja dan portofolio. Berdasarkan analisis data ketuntasan individual nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) dari 34 orang siswa, 100% orang siswa dikatakan tuntas karena sudah melebihi KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Sedangkan pada kelas kontrol (VIIB) dari 35 orang siswa, 34 (97,14%) orang siswa dikatakan tuntas dan 1 (2,85%) orang siswa dikatakan tidak tuntas karena tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 65. Jika kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) dibandingkan ketuntasan individual nilai KI maka terdapat selisih angka yaitu siswa yang tuntas 10,17%. Untuk ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas eksperimen (VIIB) sebesar 100% sedangkan ketuntasan klasikal nilai KI pada kelas kontrol (VIIA) sebesar 97,14%. Terdapat perbedaan ketuntasan klasikal nilai KI antara kelas eksperimen (VIIB) dengan kelas kontrol (VIIA) sebesar 2,86%.
Perbedaan nilai rata-rata KI kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA), hal ini karena pada kelas eksperimen (VIIB) siswa lebih sering melakukan pratikum, diskusi, dan persentasi sehingga siswa lebih aktif dalam bertanya dan menjawab, sedangkan pada kelas kontrol (VIIA) sebaliknya yaitu tidak pernah pratikum dan diskusi sehingga siswa jarang bertanya, karena model pembelajaran yang diterapkan lebih membuat siswa kurang aktif dan kurang bersemangat.
Adanya perbedaan hasil belajar siswa baik dalam nilai PPK dan KI antara kelas eksperimen (VIIB) dan kelas kontrol (VIIA) disebabkan karena pada kelas eksperimen (VIIB) diterapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing sehingga siswa dapat berfikir aktif, analitis serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang diberikan guru. Dengan kata lain penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing di kelas eksperimen (VIIB), hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (VIIA) yang tidak menerapkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Adapun kelemahan Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu: (1) Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Adapun kelebihan dari Metode Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut: (1) Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, (2) Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan, dan (4) Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas X2 SMAN 2 Siak Hulu Tahun Ajaran 2009/ 2010. Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Inkuiri terbimbing berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa pada pokok materi komponen ekosistem, peran dan intraksinya kelas VII SMP IT Syahruddiniyah, semester genap tahun ajaran 2010/ 2011.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurang agar mendapat perhatian yang lebih.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.
Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model Pembelajaran inkuiri terbimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. Model Pembelajaran. http://gurupemula.co.cc/ (Diakses 5 Februari 2010).
Ahmadi, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Ahmad, Andi. 2011. Hakikat Metode Inkuiri. http://pjjpgsd.dikti.go.id . (Diakses 26 April 2011).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Elfis. 2009. Model RPP Dengan Berbagai Model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Pekanbaru (Tidak dipublikasikan).
Elfis. 2010a. Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 20 Maret 2010).
Elfis. 2010b. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Handayani, Retno Dwi. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun Ajaran 2006/ 2007. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. UIN. Jakarta.
Ibrahim. 2009. Http://.Blogspot.Com. Pembelajaran Inkuiri. (Diakses 20 Maret 2010).
Johnson B. Elaine. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Mizan Media utama (MMU). Bandung.
Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek, dan Penelitian. UNP Press. Padang.
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto. N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Roestiyah. 2001. Startegi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Prenada Media Group. Bandung.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Wacana Prima: Bandung.
Sutrisno, Joko. 2008. Metode Pembelajaran Inkuiry. http://gurupkn.wordpress.com. (Diakses 3 Februari 2010).
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
Trianto. 2007. Model Pembelajran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)